2. Kritik Terhadap Gereja dan Moralitas
Banyak cerita dalam The Canterbury Tales mengkritik kemunafikan kaum rohaniwan dan praktik-praktik korupsi dalam gereja. Melalui humor dan satir, Chaucer mengajak pembaca untuk mempertanyakan moralitas para tokoh berkuasa.
3. Kekuatan Humor dan Irioni
Chaucer memadukan humor, ironi, dan sindiran untuk menyampaikan kritik sosial dengan cara yang menghibur. Gaya ini membuat The Canterbury Tales tetap menarik meskipun sudah berusia ratusan tahun.
4. Perjalanan Sebagai Simbol Kehidupan
Perjalanan ziarah dalam cerita ini melambangkan perjalanan hidup manusia, dengan segala suka duka, kepercayaan, dan harapan yang mereka bawa.
Mengapa The Canterbury Tales Masih Relevan?
Meski ditulis lebih dari 600 tahun yang lalu, The Canterbury Tales masih memiliki relevansi di era modern. Cerita-cerita dalam karya ini membahas tema-tema universal seperti keserakahan, cinta, kekuasaan, dan moralitas---isu yang masih kita hadapi hingga sekarang.
Selain itu, Chaucer mengingatkan kita tentang pentingnya mendengarkan berbagai perspektif dalam kehidupan. Setiap karakter dalam The Canterbury Tales memiliki suara dan kisahnya sendiri, mengajarkan kita untuk memahami keberagaman dalam masyarakat.
Gaya Bahasa yang Kaya dan Unik
Chaucer menulis The Canterbury Tales dalam bahasa Inggris Tengah, sebuah langkah revolusioner di zamannya ketika sastra masih didominasi bahasa Latin atau Prancis. Gaya bahasanya yang cerdas, jenaka, dan penuh metafora menjadikan karya ini sebagai tonggak penting dalam perkembangan sastra Inggris.