Mohon tunggu...
Auliya Ahda Wannura
Auliya Ahda Wannura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Seorang Penulis freelance dan solo traveler.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Menjadi Perfeksionis Sulit Diterima di Lingkungan Sosial?

17 Juli 2024   18:20 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:44 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest/Wings Hypnosis, LLC

Mengapa Menjadi Perfeksionis Sulit Diterima di Lingkungan Sosial?

Perfeksionisme sering kali dianggap sebagai kualitas yang positif karena mencerminkan komitmen untuk mencapai hasil terbaik. Namun, di banyak lingkungan sosial, termasuk di sekolah, perfeksionis sering kali mengalami penolakan. Mengapa bisa demikian?

Fenomena Penolakan Perfeksionis di Lingkungan Sosial

Di lingkungan sekolah, terutama dalam kelompok belajar, siswa perfeksionis sering kali tidak disukai oleh rekan-rekan mereka. Salah satu alasannya adalah karena mereka cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi, baik untuk diri mereka sendiri maupun orang lain. Standar ini sering kali dianggap tidak realistis dan membebani, sehingga menimbulkan tekanan dan ketidaknyamanan dalam kelompok.

Penelitian Pruett (2004)

Penelitian Pruett (2004) menemukan bahwa siswa yang memiliki kecenderungan gifted, atau berbakat, cenderung menunjukkan tanda-tanda perfeksionisme lebih tinggi dibandingkan dengan siswa non-gifted.

Anak-anak gifted sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap diri mereka sendiri, didorong oleh kemampuan kognitif yang lebih maju dan dorongan untuk mencapai kesempurnaan. Pruett menyatakan bahwa tekanan dari orang tua dan lingkungan untuk memaksimalkan potensi akademis mereka sering kali memicu munculnya perilaku perfeksionis.

Mereka tidak hanya mengejar hasil yang sempurna tetapi juga cenderung mengalami kecemasan dan ketakutan terhadap kegagalan, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka.

Parenting dan Perfeksionisme

Pola asuh yang cenderung membuat anak menjadi perfeksionis biasanya ditandai dengan:

  • Ekspektasi Tinggi: Orang tua yang selalu menuntut anak mereka untuk mendapatkan nilai tertinggi atau menjadi yang terbaik di semua bidang.
  • Kritik Berlebihan: Orang tua yang sering mengkritik dan tidak memberikan apresiasi yang cukup untuk usaha anak.
  • Kontrol yang Ketat: Orang tua yang mengontrol setiap aspek kehidupan anak, mulai dari kegiatan sehari-hari hingga pilihan pendidikan dan karier.
  • Kurangnya Dukungan Emosional: Orang tua yang tidak memberikan dukungan emosional dan cenderung fokus pada pencapaian materialistik atau akademis.

Penelitian Vieth dan Trull (1999) mengidentifikasi tiga dimensi utama perfeksionisme: self-oriented, other-oriented, dan socially-prescribed. Self-oriented perfeksionisme melibatkan menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri dan berusaha keras untuk mencapainya.

Other-oriented perfeksionisme mengacu pada harapan tinggi yang seseorang miliki terhadap orang lain, sering kali mengkritik atau kecewa ketika orang lain tidak memenuhi standar tersebut.

Socially-prescribed perfeksionisme terjadi ketika individu merasa tekanan eksternal dari orang lain atau masyarakat untuk menjadi sempurna, percaya bahwa mereka harus memenuhi ekspektasi yang sangat tinggi untuk diterima atau dihargai.

Ketiga dimensi ini menggambarkan berbagai cara bagaimana perfeksionisme dapat berkembang dan mempengaruhi perilaku serta interaksi sosial.

Ciri-Ciri Orang Perfeksionis

Orang perfeksionis memiliki beberapa ciri-ciri khas, antara lain:

  • Standar Tinggi: Mereka menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri sendiri dan orang lain.
  • Takut Gagal: Mereka memiliki ketakutan berlebihan terhadap kegagalan dan kesalahan.
  • Perfeksionisme Kognitif: Mereka cenderung berpikir dalam istilah hitam-putih; sesuatu dianggap sempurna atau sepenuhnya gagal.
  • Kritik Diri yang Keras: Mereka sering kali mengkritik diri sendiri dengan keras dan merasa tidak pernah cukup baik.
  • Prokrastinasi: Ironisnya, karena takut gagal, mereka sering menunda-nunda tugas hingga merasa semuanya sempurna.

Sisi Negatif dan Positif dari Menjadi Perfeksionis

Perfeksionisme memiliki sisi negatif dan positif.

Sisi Negatif:

  • Stres dan Kecemasan: Perfeksionis sering merasa cemas dan stres karena tekanan untuk selalu sempurna.
  • Hubungan Sosial yang Buruk: Standar yang tinggi dan kritik berlebihan bisa mengganggu hubungan sosial dan membuat mereka dijauhi.
  • Prokrastinasi: Ketakutan terhadap kegagalan bisa membuat mereka menunda-nunda pekerjaan.
  • Burnout: Perfeksionis rentan terhadap kelelahan fisik dan mental karena terus-menerus berusaha mencapai kesempurnaan.

Sisi Positif:

  • Kualitas Kerja yang Tinggi: Perfeksionis sering menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang sangat baik.
  • Motivasi Tinggi: Mereka memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan.
  • Disiplin dan Dedikasi: Mereka cenderung sangat disiplin dan berdedikasi.
  • Perhatian terhadap Detail: Mereka sering sangat detail-oriented, yang bisa sangat bermanfaat dalam beberapa bidang pekerjaan.

Alasan Mayoritas Orang Tidak Menyukai Sosok Perfeksionis

Ada beberapa alasan mengapa mayoritas orang tidak menyukai sosok perfeksionis, terutama dalam lingkungan sosial dan kelompok belajar:

  • Tekanan dan Ketidaknyamanan: Standar yang tinggi dan kritik berlebihan dari perfeksionis bisa membuat orang lain merasa tertekan dan tidak nyaman.
  • Kurangnya Fleksibilitas: Perfeksionis cenderung kurang fleksibel dan sulit berkompromi, yang bisa mengganggu dinamika kelompok.
  • Egoisme: Beberapa orang menganggap perfeksionis terlalu fokus pada diri sendiri dan pencapaiannya, sehingga kurang memperhatikan orang lain.
  • Komunikasi yang Buruk: Perfeksionis sering kali sulit berkomunikasi dengan baik karena terlalu fokus pada kesempurnaan.

Mengapa Kita Harus Terbiasa dengan Sosok Perfeksionis

Meskipun perfeksionis sering kali menghadapi penolakan sosial, ada alasan mengapa kita harus terbiasa dan bahkan menghargai kehadiran mereka:

  • Mendorong Peningkatan Kualitas: Perfeksionis bisa mendorong orang lain untuk meningkatkan standar dan kualitas pekerjaan mereka.
  • Sumber Inspirasi: Dedikasi dan kerja keras mereka bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk bekerja lebih baik.
  • Memperkenalkan Disiplin: Perfeksionis sering kali membawa disiplin dan ketertiban dalam lingkungan kerja atau belajar.
  • Pemecahan Masalah yang Mendalam: Kemampuan mereka untuk memperhatikan detail bisa membantu dalam pemecahan masalah yang kompleks.

Perfeksionisme seperti pedang bermata dua yang bisa membawa manfaat maupun kerugian. Di lingkungan sosial, terutama di sekolah, perfeksionis sering kali mengalami penolakan karena tekanan yang mereka bawa dan standar yang mereka tetapkan.

Namun, dengan memahami latar belakang dan sifat perfeksionisme, kita bisa lebih toleran dan bahkan memanfaatkan potensi positif yang dimiliki oleh para perfeksionis. Menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dan menghargai usaha mereka bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih inklusif dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun