Di masa sekarang, pendidikan literasi gencar dilakukan oleh para praktisi pendidikan untuk mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, namun juga memiliki pola pikir kritis dan logis. Praktiknya tentu saja tidak harus terpaku pada pembelajaran di sekolah. Orang tua di rumah pun perlu turut andil dalam menanamkan pendidikan literasi pada anak-anak mereka mulai dari usia prasekolah.
Perkembangan literasi pada anak sangat berhubungan erat dengan kemampuan berbahasa atau berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, seperti kemampuan membaca dan menulis yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Menurut Schickedanz (2013) pentingnya mendedeteksi awal kemampuan literasi anak usia dini akan memberikan informasi terkait kesulitan membaca dan menulis. Hal senada dari penelitian Reese at.al (2000) ditemukan bahwa pengalaman anak berinteraksi dengan literasi sejak dini akan menyiapkan anak secara matang untuk mengikuti pembelajaran di sekolah formal.Â
Lebih lanjut dalam penelitian (Hilbert & Eis, 2014) mengemukakan penggunnaan/penerapan intervensi awal perkembangan literasi awal terhadap kemampuan literasi anak terutama berkaitan dengan kemampuan penamaan gambar, bersajak/aliterasi dan kosa kata pada keluarga yang bepenghasilan rendah mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan anak selanjutnya.Â
Intervensi awal yang dilakukan oleh guru maupun orang tua sebenarnya, membantu anak dalam mengembangkan kemampuan literasi dan bahkan sebagai media untuk mendiagnosa kesulitan anak terkait kemampuan literasinya.
Laporan penelitian PISA (2003), memberikan gambaran bahwa kemampuan membaca yang baik akan meningkatkan konsep diri anak, yang pada akhirnya akan memotivasi mereka untuk belajar. Selanjutnya, ditemukan kebiasaan membaca yang baik dan ada kontinyuitas keterlibatan dengan aktivitas membaca akan menentukan keberhasilan anak mendapatkan pengetahuan.
Menurut Joyce, Weil & Chalhoun (2011) mengemukakan bahwa anak belajar literasi atau bahasa secara alamiah. Dengan demikian periode literasi anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada periode tersebut anak-anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak melalui pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi.Â
Dengan mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan berpartisipasi dengan aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan yang merupakan prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.Â
Penelitian lain juga menegaskan bahwa membaca nyaring memiliki pengaruh positif lain, seperti mempererat hubungan kasih- sayang orang tua dan anak, mengenalkan anak pada bahasa lisan dan tulis, meningkatkan kemampuan berbahasa anak, membuat anak menikmati dunia belajar sebagai hiburan, dan sekaligus memperluas wawasan dan pengetahuan mereka (Depdiknas RI, 2004)
Pertama, anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak komunikasi. Kedua,dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain, sehingga kemampuan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak.