Mohon tunggu...
Maulidha Faiqotul Azizah
Maulidha Faiqotul Azizah Mohon Tunggu... -

SDN 4 Besuki, SMPN 1 Banyuglugur, SMAN 1 Besuki, Midwife @auliedha\r\nMan saara ala darbi washala

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil

13 Mei 2013   12:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:39 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia. Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi antara lain berupa gangguan fungsi kognitif, penurunan daya tahan tubuh, tumbuh kembang yang terlambat, penurunan aktivitas, dan perubahan tingkah laku. Oleh karena itu masalah ini memerlukan cara penanganan dan pencegahan yang tepat. Pemberian preparat besi secara selama 3-5 bulan. Mencari dan mengatasi penyebab merupakan hal yang penting untuk mencegah kekambuhan. Antisipasi harus di lakukan sejak pasien dalam stadium I (stadium deplesi besi) dan stadium II (stadium kekurangan besi). Dianjurkan pula untuk menunda jarak kehamilan minimal 2 tahun untuk mengurangi resiko defisiensi besi pada ibu hamil.

Kata kunci : Anemia, Defisiensi besi,

Pendahuluan

Anemia Defisiensi Besi merupakan suatu polemik bagi kesehatan di indonesia yang sering terjadi pada ibu hamil. Dimana Anemia defisiensi besi mengakibatkan terjadinya berbagai disfungsi antara lain berupa penurunan daya tahan tubuh, tumbuh kembang yang terlambat, pada ibu dan janin yang sedang di kandung nya. Oleh karena itu masalah ini memerlukan cara penanganan dan pencegahan yang tepat. Pemberian suplemen zat besi untuk ibu hamil adalah salah satu tindakan kesehatan masyarakat yang paling banyak.

Sebagian besar dari perempuan di negara-negara industri dan berkembang mengalami anemia selama kehamilan. Perkiraan dari laporan Organisasi Kesehatan Dunia bahwa dari 35% menjadi 75% (56% rata-rata) dari wanita hamil di negara berkembang, dan 18% perempuan dari negara-negara industri mengalami anemia (Organisasi Kesehatan Dunia. Prevalensi anemia pada wanita: tabulasi dari informasi yang tersedia. 2nd ed. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1992)

Namun, banyak dari perempuan ini sudah mengalami anemia pada saat konsepsi, dengan prevalensi diperkirakan anemia dari 43% pada wanita hamil di negara berkembang dan 12% pada wanita di daerah maju (Organisasi Kesehatan Dunia. Prevalensi anemia pada wanita: tabulasi dari informasi yang tersedia. 2nd ed. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1992).

Pembahasan

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi dimana ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua, kurang dari kondisi hemoglobin normal.

Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi selama kehamilan yang mengalami peningkatan, serta gangguan absorbsi serta  berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil mempunyai Dampak bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur atau prematur dan gangguan pada janin dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup.

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat besi) diberikan 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada salah satu kunjungan, tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai akhir masa kehamilannya ditujukan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan persediaan besi di dalam tubuh ke keadaan normal. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menybabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.

Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan bahwa pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg.

Pengobatan melalui suntikan baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral dan adanya gangguan penyerapan, untuk penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua. Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.

Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin bany ak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh karena itu, perlu di upayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.

KESIMPULAN

Ulasan ini menunjukkan bahwa efek samping anemia ibu dan kekurangan zat besi pada saat kehamilan dapat menyebabkan dampak buruk. Dampak tersebut termasuk yang menyebabkan pada kematian ibu, morbiditas, dan kesejahteraan, dan kesehatan bayi dan perkembangan serta kelahiran prematur dan berat lahir rendah berikutnya. Akan tetapi anemia defisiensi besi ini dapat di cegah dengan makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta pemberian Fe 1 kali setiap hari selama 90 hari.

Daftar Pustaka

Bakta, IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

WHO. Prevalensi anemia pada wanita: tabulasi dari informasi yang tersedia. 2nd ed. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1992

Klebanoff MA, Shiono PH, Selby JV, et al. Anemia and spontaneous preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 1991; 164:59-63

Hercberg G, Galan P, Preziosi P, et al. Consequences of iron deficiency in pregnant women. Clin Drug Invest 2000; 19 Suppl. 1:1-7

Markum HA. Diagnostik dan penanggulangan anemia defisiensi. Dalam: Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI I; 1982, Jakarta: IKA FKUI, 1982. h. 5-13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun