Apa itu Diskalkulia?
Menurut Astuti, et.al (2014), diskalkulia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar anak yang ditandai dengan kesulitan dalam berhitung. Anak-anak tidak dapat memahami konsep aritmatika atau mengenali simbol aritmatika seperti penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan akar.
Selain itu, diskalkulia juga dapat dijelaskan sebagai kesulitan dalam belajar matematika atau ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan keterampilan matematika dengan kemampuan intelektual.
Bagaimana ya, ciri-ciri anak yang mengalami diskalkulia?
Menurut Suzana & Maulida (2019), ciri-ciri tersebut di antaranya:
Gangguan dalam memahami pola hubungan keruangan. Yaitu ketika seorang anak mengalami kesulitan dalam memahami pola, seperti atas-bawah, puncak-dasar, jauh-dekat, besar-kecil, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir.
Abnormalitas persepsi visual. Anak merasa kesulitan dalam melihat jenis-jenis objek yang berbeda di dalam satu kelompok.
Asosiasi visual-motorik. Anak dengan diskalkulia tidak dapat menghitung beberapa benda dengan berurutan sambil membilang benda tersebut.
Gangguan perseverasi. Di sini anak hanya berfokus pada satu objek saja dalam waktu yang lama, sehingga pada awalnya anak dapat menyelesaikan tugas dengan baik, namun lambat laun fokus anak akan melekat pada objek yang lain.
Ketidakmampuan dalam memahami simbol-simbol. Sebagian anak dengan diskalkulia tidak mampu untuk mengenal dan menggunakan beberapa simbol matematika, seperti misalnya simbol +, -, , , >, < dan simbol lainnya.
Kesulitan memahami bahasa dan membaca. Anak bisa saja mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan membaca, karena hal ini berkaitan dengan pelajaran matematika yang banyak menggunakan simbol-simbol tertentu.