Skor Performance IQ yang lebih rendah daripada skor Verbal IQ. Hal ini dapat terjadi dikarenakan rendahnya skor PIQ tersebut berkaitan dengan kesulitan dalam memahami konsep keruangan, gangguan persepsi visual, dan juga adanya gangguan asosisasi visual-motorik yang dialami oleh anak dengan diskalkulia.
Dari ciri-ciri tersebut di atas, dapat ditemukan adanya kesesuaian dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada orang tua siswa di Yayasan Peduli Anak Spesial atau Sekolah Talenta. Di mana anak diketahui mengalami kesulitan dalam membedakan antara kanan dan kiri, dan tidak bisa memperkirakan jauh dekatnya sesuatu sehingga anak tersebut sering jatuh dan mengalami kecerobohan.
Anak dengan diskakulia juga terhambat dalam kemampuan membaca dan berbahasanya, yang dapat dilihat dari kesulitan anak dalam mengerjakan soal matematika dalam bentuk cerita. Selain itu, perlu waktu 6 bulan bagi siswa tersebut untuk dapat memperbaiki hambatannya.
Perlu diketahui juga, bahwa diskalkulia tidak berdiri sebagai satu kesulitan tersendiri melainkan dapat disertai dengan komorbid lain, seperti misalnya gangguan ADHD maupun gangguan belajar lainnya.
Lalu, apa saja cara yang dapat dilakukan untuk menangani anak dengan diskalkulia?
Menurut Deputi Bidang Perlindungan Anak, (2012) ada beberapa hal yang dapar dilakukan oleh orang tua dan pengajar, di antaranya:
- Melakukan sesi konsultasi bersama dengan psikolog.
- Melaksanakan proses asesmen atau tes IQ untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan anak.
- Membantu anak dalam membuat strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan anak.
- Keluarga, khususnya orang tua perlu untuk selalu mendampingi dan membimbing anak dalam belajar di rumah, terutama dalam mengoptimalkan kemampuan fisik motorik anak.
- Anak dapat dibantu dalam memvisualisasikan tiap simbol-simbol dengan
memanipulasi tanda. Misalkan minus memiliki tanda (-), yang berarti hilang, sedangkan plus (+) artinya datang, sehingga jumlahnya menjadi banyak. - Orang tua dan pengajar juga harus berperan menjadi sahabat bagi anak yang siap mendampinginya dalam melewati setiap kesulitan dengan mengapresiasi setiap pencapaian sang anak.
Di samping itu, orang tua juga perlu tahu kekurangan anak, dan mengatasi hal tersebut dimulai dari proses pemahaman dasarnya, karena jika tidak dari dasar maka akan sulit untuk ke depannya bagi sang anak. Maka, bagi orang tua diharapkan untuk tidak melihat hasil akhir dari yang dikerjakan anak, melainkan proses perkembangan dan bagaimana anak mencapai hal tersebut.
Sumber:
Suzana, Y., & Maulida, I. (2019). Mengatasi Dampak Negatif Diskalkulia Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Logaritma: Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan dan Sains, 7(01), 15.
Deputi Bidang Perlindungan Anak (2012). Buku Saku Anak Berkebutuhan Khusus,Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H