Tentu hal tersebut sangat tidak etis apalagi hanya untuk sebuah konten sampai harus membahayakan nyawa. Satwa liar tetap akan memiliki insting liarnya terutama pada hal yang dianggapnya mengancam, meskipun niat manusia hanya ingin bercanda.Â
Dalam kasus ini, jika kita kembali pada kasus – kasus satwa liar sebelumnya, bahwa konten – konten memelihara dan bermain dengan satwa liar turut ikut andil pengaruhnya.Â
Pasalnya, orang – orang awam akan cenderung mentah mentah apa yang mereka lihat dan percaya bahwa semua hewan jika diajak bermain akan memberikan respon lucu dan memotivasi mereka untuk membuat konten agar viral.Â
Padahal tanpa mereka tahu, bisa saja respon dan perilaku hewan liar adalah sebuah bentuk perlindungan karena mereka menganggapnya sebagai ancaman. Lantas dalam ini, siapakah yang pantas disebut sebagai korban dan penyerang?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H