Banyak sekali yang bisa saya pelajari ketika tinggal di Sorong. Tinggal di Sorong memanglah pengalaman yang tak dapat tergantikan, apalagi diisi dengan kenangan-kenangan manis pahit akan membuat siapapun merasa ingin kembali.
Ada hal yang saya pelajari dan tentu sampai sekarang sangat merubah pribadi saya. Saya mempelajari dari masyarakat Papua bahwa sifat ramah dan sopan harus tetap dimiliki oleh setiap orang. Sifat dan karakter yang mereka punyai, membuat saya terkadang malu akan pribadi yang saya miliki. Hal yang sangat saya kagumi dari mereka adalah mereka sangatlah baik kepada siapapun, tidak memandang ras ataupun suku, tidak memandang warna kulit, mereka sangat ramah terhadap setiap orang. Mungkin para pembaca tidak mempercayainya, tetapi sekali lagi itulah kenyataanya.
Terkadang saya merasa malu, terhadap masyarakat wilayah jawa yang masih saja memandang mereka sebelah mata. Seperti peristiwa pada tahun 2019, dimana kala itu sekelompok mahasiswa Papua yang berada di Jawa Timur dikatai dengan sebutan yang tak lazim. Padahal kita semua sama, tidak ada yang membedakan.Â
Mahasiswa Papua di Jawa Timur merasa risih,tidak aman dengan sebutan yang dilontarkan masyarakat Jawa Timur. Hal itu membuat saya merasa sangat sedih. Kenyataannya teman-teman semua, saya sebagai orang pendatang yang sudah 5 tahun tinggal di Papua, saya merasa sangat aman, tenang karena mereka sangat baik terhadap masyarakat pendatang. Selama saya tinggal disana, saya tidak pernah melihat mereka menjelek-jelekkan ras dan suku apalagi sampai melontarkan sebutan yang tak lazim. Mereka sangat ramah, sangat menghargai keberadaan masyarakat pendatang.
Saat saya duduk di bangku SMP,setiap selesai sekolah saat menunggu bel pulang selalu diberi pesan-pesan singkat oleh guru-guru kami. Pesan yang paling saya ingat yaitu :
"Janganlah kalian merusak nama baik Papua hanya karena sikap dan karakter yang kalian miliki. Jangan sesekali kalian menjelek-jelekkan suku. Agama apapun yang ada di Papua, suku apapun semuanya sama baik jawa, ambon, buton, papua semuanya sama di mata Tuhan. Kita semua bagai debu ditangannya. Saling melengkapi, ramahlah satu sama lain, maka hidup kalian lebih tentram. Jagalah omongan, mulutmu harimaumu."pesan guruku.
Bisa dilihat teman-teman. Mungkin dari pesan-pesan tersebutlah tak hanya saya saja, mereka pun selalu menjaga sikap dan ramah terhadap sesama. Hal itulah yang membuat selalu merasa kagum terhadap masyarakat asli Papua. Walaupun kenyataanya diluar sana di luar wilayah Papua masih banyak pelajar atau mahasiswa Papua yang masih merasa tidak aman, tetapi mereka tidak ingin membalasnya ke suku lain terutama Jawa yang berada di wilayahnya. Justru mereka melindungi kami, sehingga para pendatang merasa aman berada di Papua. Jika ingin membalas mungkin mudah saja bagi mereka apalagi di daerahnya sendiri.
Oleh karena itu, para pembaca semuanya. Stop men-judge dan menjelekkan suku Papua. Jangan menyeletukkan sesuatu yang kita sendiri tidak pernah tahu kenyataannya. Jangan hanya mereka berkulit hitam, dan kalian berikan sebutan atau hal lain yang tidak mengenakkan. Hiduplah tentram, saling melengkapi satu sama lain. Baik putih, hitam, kuning langsat semuanya sama. Yang jahat hanyalah karakter dari diri seseorang. Semoga dari pengalaman yang saya ceritakan dapat diambil hikmahnya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H