Mohon tunggu...
Aulia Zahra
Aulia Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen UIN MALIKI MALANG

Fashionable, berwawasan, terpenting mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ibu, Malaikat Tak Bersayap

19 Maret 2021   04:33 Diperbarui: 19 Maret 2021   04:45 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Assalammualaikum teman-teman semuanya....

Bagaimana nih kabarnya? Tentu sehat-sehat ya. Jagalah kesehatanmu, jangan lupa untuk selalu berpikir positif, dan bersyukur atas nikmat apapun yang kamu rasakan saat ini. Oh ya.. jangan lupa pratekkan sekali lagi saya beritahukan untuk pratekkan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

Ingatlah selalu teman-teman bahwa kita masih berada di tengan wabah Covid-19. Antisipasilah terlebih dahulu tentang apapun, jangan sampai sesuatu hal yang tidak mengenakkan terjadi dahulu barulah kita mengantisipasi. Ibarat pepatah bawalah payung sebelum hujan agar tidak menyesal kemudian. 

Artikel kali ini saya berbicara mengenai sosok yang sangat berjasa dalam hidup kita. Siapapun yang membaca artikel ini pasti anda sudah tahu siapa yang saya maksud, tentu saja tidak lain dan tidak bukan yaitu IBU.

Berbicara mengenai sosok Ibu menurut saya tidak akan pernah habisnya. Dia adalah sosok yang sangat sangat berjasa dalam hidup kita. Siapapun anda sehebat apapun anda, jika anda durhaka terhadap ibumu maka sama saja kamu menyia-nyiakan hidupmu dan juga tidak mensyukuri malaikat yang Tuhan berikan padamu. 

Malaikat yang bisa ditemui setiap harinya,malaikat yang bisa kita pandang wajahnya, yang bisa kita lihat senyum dan tawa cantiknya, setiap doa yang ia panjatkan untuk kita setiap saat, setiap detik tanpa kenal lelah dan akan selalu terkabul. Doa ibumu akan selalu menyertai kehidupanmu.

Sosok ibu bukan hanya malaikat tanpa sayap dalam hidup, ia juga adalah sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidup. Seperti yang kita ketahui, pahlawan itu sering sekali digambarkan seseorang yang rela mengorbankan hidupnya demi bangsa dan Negara. Selalu mendahulukan kepentingan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri. 

Jasa pahlawan akan selalu dikenang dan tidak akan pernah dilupakan bagi suatu bangsa yang besar. Bangsa tersebut tidak akan tercipta dunia seperti sekarang, merdeka dari penjajahan seperti saat ini tanpa adanya pengorbanan dari sosok pahlawan.

Seperti yang saya sebutkan di awal sosok ibu juga pahlawan dalam hidup kita tentu saja sangat benar. Sangat benar sekali sampai-sampai kita tidak bisa membalasnya. 

Hidup kita, tubuh, akhlak dalam diri kita tidak akan bisa seperti sekarang tanpa adanya perjuangan, pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu. 

Mungkin teman-teman lain mempunyai sosok pahlawan/hero dalam hidup anda, siapapun mereka yang telah membesarkan anda janganlah pernah lupakan apalagi menyia-nyiakan. Mereka juga salah satu pilihan manusia yang dikirim Tuhan untukmu dalam hidupmu. 

Selamanya tanpa ada batasan apapun. Bagi saya definisi pahlawan dalam hidup saya adalah seseorang yang mengajarkan saya banyak hal dan selalu berbuat hal apapun untuk kita.

Sosok itu adalah ibu (mama). Mama adalah wanita yang sangat hebat dan sangat berarti dalam kehidupan saya. Perjuangannya, pengorbananya, tidak bisa di ganti oleh apapun. 

Saya ingat beberapa cerita yang pernah beliau bilang ke saya. Sebuah pergorbanan yang sangat berat, tetapi mama mampu melewatinya demi anaknya bisa hidup di dunia. Saat itu, mama saya sedang hamil menginjak umur 9 bulan. 

Dan pada kamis subuh, mama sudah mau melahirkan. Posisinya saat itu berada di kondisi yang tidak aman, dan terjadi pemadaman listrik berkepanjangan. Tetapi, mama saya tidak memikirkan semua itu, ia lebih mementingkan anaknya lahir ke dunia dan hidup sehat

Mengapa saya bilang saat itu posisinya tidak aman...sebab saat mama mengandung dan melahirkan saya, wilayah tempat kami tinggal sedang rawan dengan GAM pasukan yang sangat terkenal sekali di Aceh dan memakan banyak korban jiwa. Diluar rumah tidak henti-hentinya terjadi aksi baku tembak dengan para polisi dan tentara. 

Pada saat itu pula mama saya tidak memikirkannya, yang beliau pikirkan hanyalah untuk melahirkan saya tidak perduli keadaan seperti apa di luar sana.

Pada akhirnya ayah saya membawa ke rumah sakit walaupun sempat ayah saya ketakutan saat keluar rumah, tetapi tetap beliau antarkan mama ke rumah sakit dengan menggunakan mobil milik tetangga. Setelah mengantarkan ke rumah sakit yang dituju, dokter kandungannya tidak ada dirumah sakit dan dimintai pihak rumah sakit untuk segera datang ke rumah sakit, tetapi beliau menolak  dikarenakan posisinya jam tiga subuh dan GAM juga masih rawan. Pada saat juga keadaan masih gelap gulita karena pemadaman listrik.

Akhirnya dokter kandungannya pun menyetujui dengan syarat harus dibawa ke posisi rumah sakit tempat ia berada. Mau tidak mau ayah saya menyetujuinya, dan mama serta ayah saya diantar menggunakan ambulans. 

Pada saat di tengah jalan, sempat mobil ambulans yang ditumpangi orang tua saya diberhentikan oleh orang GAM. Sempat disuruh turun semua orang di dalamnya. 

Tetapi saat itu ayah saya bicara ke orang tersebut karena kebetulan sama-sama dari suku Aceh. Tak lama kemudian diperbolehkan pergi. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana pengorbanan rasa sakit yang dirasakan oleh mama saya saat itu.

Rumah sakit yang dituju lumayan jauh sekitar 30 menit, dan tiba disana sekitar 15 menit dikarenakan ambulans dan posisinya juga subuh jadi tidak banyak kendaraan yang lewat. 

Mama saya tidak memikirkan itu semua, beliau hanya memikirkan tetap harus kuat jangan sampai kenapa-kenapa selama dalam perjalanan kala itu. Ketika sampai tujuan mama saya pingsan, dan salah satu jalan saya dilahirkan dengan di operasi. 

Mama saya bilang kepada saya bahwa saya lahir dalam keadaan yang sangat ektrim keadaannya, tetapi itu memang sudah resikonya. Lahirlah saya pada jam 6 pagi di hari jumat dan setelah saya lahir besoknya listrik hidup kembali dari cerita yang beliau ceritakan ke saya.

Dari cerita tersebut bisa dilihat bagaimana perjuangan dan pengorbanan seorang ibu menahan rasa sakit ketika ingin melahirkan saya. Tentu saja bukan hanya ibu saya saja yang merasakan. Sosok ibu para pembaca pasti juga merasakan hal yang sama dan perjuangan yang sama tetapi hanya berbeda kisah. 

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dan apa yang dirasakan mama saya kala itu. Perjuangannya dimulai dari melahirkan hingga merawat sampai keadaan sekarang tentu bukanlah hal mudah.

Jadi teman-teman semuanya. Janganlah kalian durhaka kepada Ibu kalian, teruntuk juga saya. Sebab melahirkanmu di dunia saja sudah setengah mati tetapi ia masih memikirkan dirimu agar bisa keluar kedunia dan hidup sehat di dunia. Perjuangannya bukan hanya sampai dititik itu saja melainkan juga merawat kita hingga sampai keadaan sekarang. Janganlah sesekali karena urusan dunia kalian melupakannya. Sebab rejeki yang datang kepadamu semua itu adalah doa darinya.

Saya yakin bagi setiap orang yang memiliki ibu walaupun sudah tidak berada lagi dunia dan sudah di surga tetap saja selalu setiap detik, setiap saat mendoakanmu. Hargailah dan sayangi mereka, ikuti saja apapun perintahnya jangan pernah melawannya dan jangan sesekali mengeluarkan kata "AH" ke ibumu. 

Doakanlah kembali ibumu sebagai anak kepada ibu yang sudah melahirkan kita. Berilah sebagian rejeki yang kamu punya kepada ibumu, karena perjuangan pengorbanannya tidak akan bisa kita ganti dengan barang maupun uang. Sepintar dan sehebat apapun anda janganlah melupakan orang tua terutama ibumu.

Saya sangat berterima kasih kepada ibu saya. Berkat beliau saya bisa di posisi sekarang. Saya bisa menulis seperti sekarang. Dari kisah itu saya belajar bahwa apapun perjuangan dan pengorbanan yang kita hadapi saat ini itu tidak lebih berat dari perjuangan seorang ibu melahirkan anaknya. 

Saya selalu belajar untuk menjadi pribadi yang kuat, tabah, dan selalu bersyukur akan segala hal. Dan sekali lagi saya ingatkan sepintar dan sehebat apapun anda janganlah melupakan orang tuamu terutama sosok ibu.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun