Mohon tunggu...
Muhammad Aulia
Muhammad Aulia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Barbie Hijab Pembawa Pesan Toleransi

14 November 2017   22:12 Diperbarui: 15 November 2017   10:56 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Senin kemarin di New York sebuah perusahaan multinasional Amerika Serikat yakni Mattel meluncukan boneka Barbie pertama yang menggunakan hijab. Fenomena tersebut sangatlah menjadi fenomenal yang langka dan terjadi untuk pertama kalinya, seperti yang kita ketahui Barbie merupakan boneka cantik yang memiliki postur idaman para wanita dengan pakaian yang dibuat untuk menonjolkan keindahan dari bentuk tubuh si Barbie.

Namun Mattel ingin membuat terobosan baru di tengah paradigma masyarakat dunia yang memiliki rasa fobia terhadap islam yang sering disebut "islamophobia." Khususnya di negara barat umat Islam sering mendapatkan tindakan diskriminasi dari berbagai pihak yang merupakan dampak rasa trauma yang timbul pasca aksi 9/11 dan aksi terorisme yang terjadi di dunia bahkan saat ini masih sering terdengar isu tentang Islamic State yang sangat meresahkan berbagai negara di dunia.

Ibtihaj Muhammad merupakan pemain anggar muslim berkewarganegaraan AS yang berlaga dalam Olimpiade 2016, dia mengenakan pakaian jilbab di kala mengikuti kompetisi tersebut walaupun pada akhirnya Muhammad mendapatkan bronze medal karena dikalahkan oleh Ccilia Berder atlet dari Perancis. Ibtihaj menjadi atlet Olimpiade yang menggunakan hijab pertama yang mendapatkan medali di Olimpiade kala mewakili kontingen AS.

Atlet anggar tersebut bukanlah atlet yang berdarah barat seutuhnya, melainkan wanita keturunan Afrika-Amerika sehingga tidaklah heran jika melihat warna kulitnya yang gelap. Lahir dari rahim seorang ibu bernama Denise yang merupakan "special education teacher" sekolah menengah pertama sedangkan ayahnya merupakan pensiunan polisi yang bekerja di tempat ia tinggal yakni Kota New Jersey.

Di tengah persepsi bias masyarakat tentang Islam, Muhammad tetap teguh untuk menggunakan hijab dan menjalani aturan agama Islam hingga kedua orang tuanya mencarikan olahraga yang cocok di mana ia bisa menggunakan hijab setiap saat dan anggar menjadi pilihannya. Setalah lulus dari Columbia High School pada 2003 Muhammad melanjutkan studi ke Duke University dan mendapatkan dual bachelors degree dalam studi Hubungan Internasional dan studi mengenai Afrika-Amerika.

Muhammad mulai menggeluti anggar sejak usia 13 tahun di bawah kepelatihan Frank Mustili di Columbia High School. Di akhir tahun 2002 muhammad mengikuti yayasan bergengsi Peter Westbrook Foundation, yakni sebuah program yang menjadikan anggar sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan pemuda yang diaplikasikan untuk melayani masyarakat.

Muhammad mendapatkan beasiswa untuk dapat melanjutkan studi ke Duke University di masa kuliahnya ia menjadi 3-time All America dan Junior Olympic Champion di tahun 2005. Muhammad menjadi anggota dari United States Fencing team sejak tahun 2010. Dan pada tahun 2016 ia menjadi atlet dengan rangking dua di USA dan menjadi rangking delapan di dunia. Dia adalah 5-time Senior World medalist, termasuk World Champion dalam kompetisi kelompok di tahun 2014.

Kini kisah heroik Ibtihaj Muhammad dibuat dalam bentuk boneka Barbie yang menjadi inspirasi bagi seluruh anak-anak di dunia bahwa warna kulit dan agama bukanlah menjadi halangan untuk menjadi yang terbaik dan menjadi seorang juara. Pemain anggar itu kini menjadi simbol atas toleransi dari suatu perbedaan di tengah krisis kemanusiaan yang terjadi. Boneka itu merupakan pembawa pesan perdamaian bagi dunia yaitu setiap perbedaan merupakan bukti dari luas dan indahnya dunia bukan sebagai tembok penghalang untuk memisahkan suatu kelompok yang mengakibatkan sebuah diskriminasi. Kini anak-anak dapat mengerti arti dari toleransi dan menghargai sebuah perbedaan lewat sebuah boneka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun