Mohon tunggu...
Aulia Vidya Almadana
Aulia Vidya Almadana Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Menjaga asa menjadi kaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi dan Era Revolusi Industri 4.0

23 Februari 2021   12:26 Diperbarui: 23 Februari 2021   13:05 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjangan pandemi Covid-19

Desember 2019 merupakan bulan yang akan selalu diingat oleh penduduk dunia, karena diduga menjadi awal terjadinya pandemi Covid-19 yang berdampak ke hampir seluruh wilayah dunia, termasuk Indonesia. Beberapa studi menunjukan awal kemunculan virus tersebut ditengarai dimulai pada tanggal 1 Desember 2019 yang berasal dari seorang pria berumur yang berasal dari Tiongkok tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pasar makanan laut Huanan. Namun ada versi lain yang mengatakan bahwa patient zero adalah seorang wanita berusia 57 tahun yang bekerja di pasar makanan laut Huanan.

Akhir Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa virus telah menyebar ke 18 negara tidak termasuk Indonesia. Tetapi, ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menduga bahwa virus Corona telah masuk ke Indonesia. Pandu Riono menambahkan bahwa di bulan Maret 2020 sudah ada laporan 3 orang di Indonesia positif Covid-19. Sebagai dampak dari pengumuman adanya kasus Covid-19, bertepatan dengan penetapan status darurat, pada tanggal 16 Maret 2020 beberapa instansi memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Work from home dan perubahan pola kerja

Topik work from home atau telecommuting sebenarnya telah lama dibahas sebagai peluang dalam perubahan pola kerja sebagai dampak inovasi di dalam mikroelektronik dan telekomunikasi. Dampak besar yang dapat tercipta atas implementasi work from home adalah mereduksi kemacetan, mengurangi konsumsi energi dan mengurangi polusi beserta dampak buruknya. Work from home sangat digemari oleh pekerja, terutama generasi milenial, karena hal tersebut bisa menjadi manfaat ganda yang dapat memacu kreativitas pegawai. Adapun manfaat WFH dari sudut pandang perusahaan antara lain: mengurangi biaya listrik, air dan biaya pemeliharaan gedung serta biaya operasional kantor.

Menurut penulis seiring dengan beberapa instansi menerapkan WFH di dalam keadaan darurat pandemi Covid-19, seyogyanya instansi tersebut telah mempersiapkan perubahan pola kerja di organisasi sembari mempersiapkan implementasi WFH yang lebih jauh setelah kondisi darurat berakhir. WFH di era pandemi Covid-19 diibaratkan sebagai ajang sparring pada perusahaan dalam mengantisipasi perubahan global, yang hal tersebut akan membawa dampak atau menjadi awal dimulainya perubahan pola pikir dan cara pandang masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan yang berorientasi pada aspek kemudahan dan kecepatan dalam pertukaran akses informasi. Oleh sebab itu, hal tersebut menjadi salah satu persiapan untuk mengimplementasikan cita-cita revolusi industri 4.0.

WFH manifestasi revolusi industri 4.0

Dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution, Klaus Schwab menyatakan bahwa dunia telah menjalani empat tahap revolusi industri, yaitu: 1) Revolusi industri 1.0 yang terjadi pada abad ke 18 dengan ditemukannya mesin uap sehingga memungkinkan adanya produksi barang secara massal, 2) Revolusi industri 2.0 yang terjadi pada akhir abad ke-19 dengan adanya penemuan listrik yang memungkinkan bisa menekan biaya produksi, 3)  Revolusi industri 3.0 yang  menggunakan teknik komputerisasi serta 4) Revolusi indusrti 4.0 yang terjadi di tahun 2010-an dengan ditemukannya rekayasa intelegensia dan internet of things sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.

 Revolusi industri 4.0 dengan kemampuan algoritmanya digadang-gadang mampu mengatasi keterbatasan manusia untuk menjaga akurasi saat dihadapkan dengan pekerjaan rutin. Oleh sebab itu, apabila kita lihat dari sudut pandang agenda pemodal, efisiensi dapat tercapai dalam hegemoni otomasi dalam revolusi industri 4.0, seperti pengurangan kewajiban pemodal akan tuntutan upah para pekerja. Lebih daripada itu, otomasi membuat pemodal bisa mendapatkan hasil pekerjaan dengan lebih cepat, akurat, dan secara kuantitas meningkat.

Namun, apabila kita diperbolehkan berpikir lebih jauh dari sekedar kepentingan pemodal, revolusi industri 4.0 membawa banyak cita-cita luhur. Oleh karena pekerjaan rutin manusia terkristal ke dalam wujud mesin, manusia lebih bisa melakukan kegiatan yang bersifat analitis, filosofis, seni, peribadatan, dan kegiatan manusiawi lainnya. Sehingga manusia disarankan , cepat atau lambat, untuk melaksanakan pekerjaan dengan metode telecommuting demi kepentingan peradaban.

WFH dan cita-cita utopis

Efisiensi karena teknologi yang implementasinya tidak membebaskan manusia dari pekerjaan rutin yang bisa dilakukan oleh robot, namun malah membuat manusia semakin sibuk karena pekerjaan, menandakan bahwa pengejawantahan makna revolusi industri 4.0 tidak seiring dengan cita-cita yang dikembangkannya. Oleh sebab itu, implementasi WFH sebagai akibat dari pekerjaan rutin manusia yang telah diambilalih oleh robot sebagai implementasi dari revolusi industri 4.0 tidak perlu mendapatkan reaksi yang berlebihan seperti ketakutan akan kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyetaraan persepsi serta pemahaman dari kita mengenai makna dari inovasi yang menghasilkan otomasi pekerjaan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, WFH mempunyai dampak positif terhadap segi teknis seperti mengurangi kemacetan, mereduksi konsumsi energi dan sebagainya. Lebih dari itu, penulis melihat bahwa implementasi WFH sarat akan manfaat non-teknis seperti karyawan tidak mengalami stress karena kemacetan dan polusi yang ditimbulkan, menjadi dekat dengan keluarga dan manfaat lain yang diperoleh seperti ketika kita mengimajinasikan cita-cita utopis dari revolusi industri 4.0.     

Dampak pandemi di revolusi industri 4.0

Perlu penyesuaian ketika penerapan teknologi dilakukan secara tiba-tiba, sebagai contohnya karena adanya pandemi Covid-19, terutama di negara berkembang. Namun sebagaimana yang telah kita amati bahwa pandemi Covid-19 berkontribusi sebagai salah satu pendorong agar manusia tersadar bahwa revolusi industri 4.0 adalah hal nyata. WFH sebagai dampak dari penyebaran pandemi semestinya bisa dipandang sebagai langkah awal manusia dalam merasakan bekerja di era revolusi industri 4.0. Seperti konsep awal dari revolusi teknologi, adalah untuk mempermudah hidup dan menjadikan pekerjaan kita menjadi lebih efisien. Namun apabila kita tidak sigap dalam menyikapinya, WFH beserta cita-cita revolusi industri 4.0 bisa menjadi bumerang bagi kita, karena kita merasa seperti semakin direpotkan dengan hal-hal baru yang malah menjadi lebih sophisticated. Jadi kesimpulannya pilihan berjalan beriringan dengan teknologi revolusi industri namun ribet pada awalnya atau terus resisten terhadap perkembangan teknologi namun kedepannya akan stagnan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun