WFH dan cita-cita utopis
Efisiensi karena teknologi yang implementasinya tidak membebaskan manusia dari pekerjaan rutin yang bisa dilakukan oleh robot, namun malah membuat manusia semakin sibuk karena pekerjaan, menandakan bahwa pengejawantahan makna revolusi industri 4.0 tidak seiring dengan cita-cita yang dikembangkannya. Oleh sebab itu, implementasi WFH sebagai akibat dari pekerjaan rutin manusia yang telah diambilalih oleh robot sebagai implementasi dari revolusi industri 4.0 tidak perlu mendapatkan reaksi yang berlebihan seperti ketakutan akan kehilangan pekerjaan, kehilangan pendapatan dan sebagainya. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyetaraan persepsi serta pemahaman dari kita mengenai makna dari inovasi yang menghasilkan otomasi pekerjaan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, WFH mempunyai dampak positif terhadap segi teknis seperti mengurangi kemacetan, mereduksi konsumsi energi dan sebagainya. Lebih dari itu, penulis melihat bahwa implementasi WFH sarat akan manfaat non-teknis seperti karyawan tidak mengalami stress karena kemacetan dan polusi yang ditimbulkan, menjadi dekat dengan keluarga dan manfaat lain yang diperoleh seperti ketika kita mengimajinasikan cita-cita utopis dari revolusi industri 4.0. Â Â Â
Dampak pandemi di revolusi industri 4.0
Perlu penyesuaian ketika penerapan teknologi dilakukan secara tiba-tiba, sebagai contohnya karena adanya pandemi Covid-19, terutama di negara berkembang. Namun sebagaimana yang telah kita amati bahwa pandemi Covid-19 berkontribusi sebagai salah satu pendorong agar manusia tersadar bahwa revolusi industri 4.0 adalah hal nyata. WFH sebagai dampak dari penyebaran pandemi semestinya bisa dipandang sebagai langkah awal manusia dalam merasakan bekerja di era revolusi industri 4.0. Seperti konsep awal dari revolusi teknologi, adalah untuk mempermudah hidup dan menjadikan pekerjaan kita menjadi lebih efisien. Namun apabila kita tidak sigap dalam menyikapinya, WFH beserta cita-cita revolusi industri 4.0 bisa menjadi bumerang bagi kita, karena kita merasa seperti semakin direpotkan dengan hal-hal baru yang malah menjadi lebih sophisticated. Jadi kesimpulannya pilihan berjalan beriringan dengan teknologi revolusi industri namun ribet pada awalnya atau terus resisten terhadap perkembangan teknologi namun kedepannya akan stagnan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI