Mohon tunggu...
Aulia Suci Rahmadhani
Aulia Suci Rahmadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Nama saya Aulia Suci Rahmadhani. Saya bersekolah di MTsN Padang panjang. Saya duduk di kelas 9J. Hobi saya menonton anime, mendengarkan musik dan menggambar. Bahkan karena saya sering menonton anime dan budaya jepang saya jadi sering dipanggil Wibu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ringkasan Cerpen Yang Lebih Penting dari Aku

9 November 2024   22:18 Diperbarui: 9 November 2024   22:20 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerpen yang berjudul "Yang Lebih Penting dari Aku" menceritakan tentang ketegangan keluarga di rumah sakit. Tampak kecemasan dan kekhawatiran di wajah mereka. Mereka menunggu kakek yang sedang di operasi.

Si tokoh "Aku" merasa bosan karena di sana sampai tengah malam. Si "Aku" memilih membaca buku. Tapi terdengar suara-suara sepupunya  yang membicarakannya. Mereka membicarakannya karena tidak mau mengobrol bersama. Si tokoh merasa kesal dan menghampiri mereka. Suasana pun menjadi semakin tegang.

Si "Aku" dan sepupunya bersitegang dan hampir bertengkar. Karena dokter yang keluar dari ruangan operasi membawa kabar bahagia. Kakek mereka berhasil dioperasi. Semuanya mengucapkan syukur. Wajah yang sebelumnya tegang menjadi lega. Si "Aku" dan para sepupunya yang hampir bertengkar pun saling bermaafan.

Pada cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku", aku menyukai cerita pada paragraf 10. Karena menurutku itu bagian bahagianya. Letak ide pokoknya di akhir paragraf. Ide pokoknya yaitu seruan syukur. Ide pendukungnya adalah Ayah bangkit dan mengusap matanya, para om dan tante lega, sepupu-sepupu yang tertidur jadi terbangun, Kakek terlepas dari bahaya.

Perasaanku ketika membaca cerita di atas, awalnya tegang saat si "Aku" tidak tahan lagi menahan amarahnya yang terdapat di paragraf 1 sampai 3. Tokoh pun mendekati saudaranya dan mulai berseteru yang dijelaskan pada paragraf 5. Di paragraf 7 mereka hampir bertengkar saat Bahar bilang "kamu tidak mau bergabung dan itu mengganggu". Di paragraf 9, ku kira si aku akan bertengkar karena di kalimatnya si aku siap meledak. Saat membaca paragraf 10 aku menjadi lega sekaligus senang karena kakeknya berhasil dioperasi. Si "Aku" dan para saudaranya pun juga saling memaafkan di paragraf 11.

Menurutku, tokoh "Aku" pada cerita "Yang Lebih Penting dari Aku" adalah laki-laki". Di paragraf 5, ia juga menyebut bahwa dirinya seumuran dengan edo dan tidak cocok. Di paragraf 7 dijelaskan juga si Bahar mencondongakan bahu ke "Aku" dan di paragraf 11 hampir terjadi baku hantam di antara mereka.

Kalimat "Suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia" di paragraf 1 memiliki arti suasana yang sunyi membuat setiap bunyi terdengar jelas. Seperti yang dijelaskan paragraf 1 tersebut saat "Aku" membaca buku. Telinganya mendengar semua. Walaupun mereka berbicara dengan suara rendah.

Aku paham dan sadar kalau peristiwa ini terjadi di rumah sakit pada paragraf 9. Pada kalimat dokternya "operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan". Sebenarnya aku juga sudah mengira di paragraf 2 itu kejadian ini di rumah sakit. Karena kalimat wajah-wajah gundah dan lelah serta orang mondar-mandir.

Perasaan tokoh ketika berkata "...mereka semua terikat darah denganku". Menurutku perasaan si tokoh kesal. Karena di paragraf 3 ada kalimat "Jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi?". Jadi pasti si tokoh kesal dan ingin marah tapi tidak bisa.

Di paragraf 7, saat Bahar berkata "Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu". Maksudnya Bahar tidak suka "Aku" tidak mau bergabung dan berbincang bersama-sama. Di paragraf 6 "Aku" berkata "maaf kalau aku tidak bisa bergabung". "Aku" memilih baca buku karena ingin tenang itulah sebab Bahar tidak suka "Aku".

Perasaan tokoh pada paragraf 9 gembira. Di jelaskan di paragraf itu ayahnya lega dan yang lain bahagia sekaligus gembira.

Menurutku judul bacaan "Yang Lebih Penting dari Aku" belum tepat. Aku mengusulkan bacaan di atas menjadi "Suasana menegangkan". Karena dari paragraf 1 sampai 8 banyak suasana menegangkan. Mulai dari keluarga yang tegang dan cemas menunggu kakek selesai operasi. Serta "Aku" yang bersitegang dengan saudara-saudaranya.

Menurutku arti kata gundah yaitu khawatir atau cemas. Arti menggunjingkan seperti membicarakan keburukan orang lain. Arti deru yaitu bunyi. Berdengung artinya suara yang menggema di telinga seperti suara lebah.

Kata lainnya yang aku pahami dari cerpen itu mustahil, melirik, derit dan baku hantam. Mustahil artinya tidak mungkin. Melirik sama dengan melihat. Derit bunyi berdecit seperti bunyi pintu terbuka. Baku hantam artinya bertengkar.

Cerita "Yang Lebih Penting dari Aku" termasuk cerpen. Cerpen adalah sebuah karya sastra yang mengisahkan tentang sebuah cerita secara singkat, jelas dan ringkas.

Dalam cerita terdapat sudut pandang.
Sudut pandang termasuk unsur intrinsik dalam cerita.
Sudut pandang adalah posisi atau kedudukan pengarang dalam cerita.
Sudut pandang terbagi 3, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua dan sudut pandang orang ketiga.

Berikut pengertian setiap sudut pandang.
Sudut pandang orang pertama adalah sudut pandang yang menetapkan pengarang sebagai tokoh cerita. Sudut pandang orang kedua adalah cara penulis mencerutakan cerita dengan mengarahkan pembaca seolah menjadi tokoh utama. Sudut pandang orang ketiga adalah cara penulis menceritakan cerita dari luar karakter utama sehingga terlihat seperti perspektif orang ketiga.

Setiap sudut pandang mempunyai kata ganti sendiri. Sudut pandang orang pertama menggunakan aku dan saya. Sudut pandang orang kedua menggunakan kamu dan kalian. Sudut pandang orang ketiga menggunakan Dia dan mereka.

contoh paragraf dari cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku" yang menggunakan sudut orang pertama terdapat pada paragraf 2. Yaitu This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tuba memenuhi dadaku. Aku berdiri sambil menghentakkan kaki. Derit nyaring kursi tua membuat beberapa orang menoleh.

Lalu aku coba ubah menjadi paragraf menggunakan sudut pandang orang ketiga. Menjadi, This is it. Cukup sudah. Dia tidak tahan lagi. Dia harus bicara. Dia akan menegur mereka. Seenaknya saja menggunjikan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadanya. Dia berdiri sambil menghentakkan kaki. Derit nyaring kursi tua membuat beberapa orang menoleh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun