Mohon tunggu...
Aulia Sabila Yassarah
Aulia Sabila Yassarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi Universitas Gunadarma

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) dalam Perspektif Psikologi

23 Januari 2023   18:41 Diperbarui: 23 Januari 2023   18:56 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa takut ketinggalan, yang dikenal dengan bahasa sehari-hari sebagai FOMO, tampaknya menjadi pengalaman umum, dan baru-baru ini menjadi bagian dari bahasa sehari-hari, sering juga disebut di media populer. FOMO atau Fear Of Missing Out adalah ketakutan atau kecemasan akan perasaan "ditinggalkan" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Perasaan cemas dan takut yang muncul pada diri seseorang karena tertinggal sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dll. Ketakutan akan kehilangan ini terkait dengan perasaan atau persepsi bahwa orang lain sedang bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.

Kata FOMO semakin hari semakin berkembang. FOMO menyebabkan banyak orang menjadi berasumsi punya peringkat sosial yang rendah, dan kemudian menimbulkan kecemasan dan merasa harga dirinya rendah. FOMO menjadi gambaran anak muda yang merasa terintimidasi dan ingin dicap keren, seperti contohnya pengguna media sosial yang selalu ingin update dengan informasi dan tren terbaru.

Apa sih penyebab FOMO?

FOMO ditandai dengan keinginan untuk menghubungkan apa yang dilakukan seseorang melalui media sosial. Menurut Abel (2016), ada beberapa orang yang mengalami gejala seperti teman-teman media sosial yang terobsesi dengan status dan postingan orang lain serta selalu ingin berbagi dan eksis dalam segala aktivitas melihat akunnya. Beberapa hal akibat aktivitas tersebut dapat terjadi, seperti rasa takut jauh dari ponselnya karena tidak ingin terlambat mendapatkan informasi terbaru dari media sosial dan melihat informasi dari postingan orang lain.

Remaja dan dewasa muda sangat rentan terhadap efek FOMO. Melihat postingan teman dan orang lain  di media sosial dapat menyebabkan ketakutan yang kuat akan tertinggal dengan apa yang dialami rekan mereka. Hal ini terkait dengan aspek FOMO (Fear of Missing Out) yaitu kebutuhan psikologis yang tidak terpuaskan akan kedekatan dengan orang lain, kurangnya keintiman individu dengan individu lain atau kelompok sosial dan aspek lainnya, yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dirinya sendiri.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi FOMO :

  • Mengubah fokus anda

Daripada terus berfokus pada kekurangan diri sendiri, cobalah untuk fokus pada apa yang kita miliki. Kehidupan setiap orang sangatlah berbeda, kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Setiap orang tidak mungkin selalu merasa senang, ada kalanya juga mereka merasa sedih. Lebih baik kita fokus untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan value diri. Fokus pada diri sendiri membuat sesorang lebih sadar terhadap emosi, pikiran, dan kebutuhannya.

  • Membatasi penggunaan gadget dan media sosial

Seperti yang sudah dijelaskan, menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain ponsel atau media sosial dapat memicu FOMO. Dengan membatasi penggunaan gadget dan beristirahat dari media sosial dapat membantu terhindar dari FOMO.

  • Mencari koneksi nyata

Manusia adalah makhluk sosial, tentunya kita membutuhkan orang lain. Daripada mencoba terhubung dengan orang-orang di media sosial, membuat rencana yang menyenangkan atau kegiatan sosial dengan teman dekat secara langsung bisa mengurangi FOMO, karena kita mengutamakan koneksi nyata.

cr pict : pinterest

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun