Rahang tertutup dan terkunci bukanlah akhir dari segalanya. Selama masih bisa menikmati makanan dan minuman yang ada, sekalipun butuh waktu yang jauh lebih lama dari yang lain, aku tetap berusaha agar tidak menyisakan makanan yang diberikan. Kecuali jika memang porsinya besar/dobel. :D
Berbagai kondisi telah kulalui dengan berusaha untuk tetap sabar dan ikhlas. Salah satunya adalah kekakuan pada rahang ini, yang menurutku paling berat dibanding tak bisa menekuk lutut dan siku, mengangkat ketiak, meluruskan kedua jari di tangan kiri, atau sekedar menggaruk kepala dengan tangan sendiri.
Ya, karena rahang dan juga mulut adalah satu-satunya jalur masuk makanan dan minuman ke dalam tubuh. Cukup sering juga aku mengalami di mana saat rahang sudah capek mengunyah, namun perut masih meminta untuk di isi. Serba salah kan jadinya? Wkwk.
Meski awalnya memang berat, jika sudah terbiasa pasti juga akan terasa lebih ringan dan tak menganggapnya masalah yang berarti lagi.
Pesanku cuma satu; jangan suka menyisakan makanan! Kalau masih mampu, usahakanlah untuk menghabiskannya. Kalaupun tidak, berikan pada seseorang, kucing atau hewan lainnya disekitarmu, yang mungkin juga sedang membutuhkan makanan.
Syukuri apapun keadaanmu saat ini. Bagi kalian yang bisa makan dengan mudah tanpa harus berpikir yang akan disantap itu bisa masuk mulut atau tidak, sadarilah bahwa itu adalah anugerah luar biasa yang mungkin sering diabaikan.
Tapi bukan berarti aku menganggap kondisiku yang seperti ini bukan anugerah. Usiaku sudah cukup untuk membuatku paham bahwa kehidupan setiap manusia itu adalah anugerah dari Allah SWT. Bagaimanapun kondisinya, sulit atau tidak menjalaninya, senang atau tidak menikmatinya, semuanya tergantung dari pola pikir dan pribadi manusia itu sendiri.
Mubazir juga tidak baik kan? Karena diluaran sana masih banyak orang-orang yang ingin makan seperti kita, tapi sulit bahkan tak mampu untuk membelinya hingga terpaksa harus menahan lapar. :'(
Jadilah peka terhadap sesuatu yang mungkin selama ini belum pernah kau syukuri. Hal-hal yang bisa kau rasakan ditubuhmu, yang mungkin kau anggap sepele seperti membuka rahang lebar-lebar, nikmatnya makan dan minum, mudahnya berjalan tegap, berlari kencang, melakukan banyak aktivitas dengan mudah, rebahan dengan posisi nyaman, hingga tidur dengan nyenyak.
Bahkan sekedar menghirup napas pun harus selalu kita syukuri. Bayangkan jika kita harus membeli tabung oksigen hanya agar bisa bernapas. Berapapun jumlahnya takkan cukup untuk memenuhi kebutuhan napas kita, karena sepanjang hidup kita sudah pasti membutuhkannya. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H