Mohon tunggu...
Winda Aulia Saad
Winda Aulia Saad Mohon Tunggu... Lainnya - Lhia. Skoliosis & FOP fighter. Penulis yang selalu brusaha memahami arti kehidupan :)

Namaku Winda Aulia Saad, biasa disapa dengan nama Aulia, atau Lia. Lahir di Timor Timur (Timor Leste), 19 Februari 1995\r\n\r\nHobiku menulis, menggambar, dan menulis not lagu. Selain itu aku juga senang bermain piano, desain foto & video, main gadget, dan pastinya games :D\r\n\r\nMy blog :\r\nhttp://dunialiasaad.blogspot.com/\r\nhttp://lhianaaulia.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku dan Sepatuku

28 Juni 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saat itu, sekitar tahun 2004. Aku masih duduk di kelas 3 SD. Usiaku kira-kira baru menginjak angka 9 tahun. Aku bersekolah di SDN Sudirman III. Salah satu SD Negeri favorit yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Jika berangkat dengan menaiki angkot, waktu yang diperlukan adalah 30 menit untuk sampai di sekolah tersebut.

Aku sangat senang dan bersyukur karena walaupun kondisi fisikku tidak senormal anak-anak seusiaku yang lain, aku tetap bisa diterima di sekolah formal yang umumnya berisi anak-anak normal yang tidak memiliki kelainan fisik seperti diriku. Ya, sejak kecil, aku memang sudah memiliki kelainan pada persendian di lutut kedua kakiku, dan juga leherku. Tapi aku sangat bersyukur karena sejak usia Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Dasar, aku tetap bisa bersekolah di Sekolah umum, dan mempunyai banyak teman dan sahabat-sahabat yang menyayangiku, tidak pernah merasa risih dan mempermasalahkan keadaanku, dan selalu menerimaku apa adanya.

Kisah aku dan sepatuku ini berawal dari sepasang sepatu kesayanganku yang dibelikan Mama sejak aku kelas 3 SD dulu. Aku sangat menyukai sepatu itu, sampai-sampai pada saat pelajaran olahraga yang membuatku sangat aktif pun, aku memakainya karena terasa sangat nyaman dikakiku.

Sepatu itu memang bukanlah merk terkenal. Harganya pun tidak sampai beratus-ratus ribuan. Beralaskan karet mentah, berwarna hitam, dengan tali berwarna merah zig-zag yang modelnya sangat sederhana. Karena kondisi fisikku yang sejak kecil memiliki gerakan yang cukup terbatas, Mamaku pun selalu memilihkan aku sepatu yang beralaskan bahan karet mentah yang tidak licin sehingga tidak membuatku mudah jatuh karena kehilangan keseimbangan, ataupun terpeleset di sekolah. Salah satunya adalah sepatu hitam karet bertali merah yang kupakai saat duduk di kelas 3 dan 4 SD itu.

Suatu ketika, disaat Omku datang menjemputku dengan mengendarai motor, aku diharuskan untuk duduk di depan karena postur badanku yang gemuk tidak bisa duduk ditengah. Yang menariknya adalah, kaki kananku yang sejak kecil memang sudah tidak bisa dilipat tekuk, akhirnya terpaksa harus menginjak mesin motor yang luar biasa panasnya. Hari itu mungkin ada sekitar dua tempat yang disinggahi Omku hingga kami bertiga sampai di rumah.

Dan setibanya di rumah, aku pun terkejut melihat alas sebelah kanan sepatu kesayanganku yang meleleh karena panas dari mesin motor yang kupijak selama kurang lebih setengah jam diperjalanan itu. Untung saja, melelehnya tidak sampai menembus kakiku, sehingga sepatu hitam karet bertali merah itu masih bisa kupakai ke sekolah di hari-hari berikutnya. Dan walaupun sedikit aneh rasanya jika berjalan dengan sepatuku, tapi aku berusaha untuk tidak mempedulikan kondisi itu. Bahkan, aku masih bisa berlari-larian dengan sepatu kesayanganku itu.

Saat itu, lariku memang tidaklah cepat seperti teman-temanku yang lain. Hal itu terjadi karena persendian di kedua lututku yang tidak lentur seperti anak-anak lainnya. Tapi aku senang karena masih bisa bermain dan berlarian bersama dengan teman dan sahabat-sahabatku, dan juga karena sepatu kesayanganku yang beralaskan karet dan tidak licin. Alas sebelah kanannya yang terlihat sudah meleleh karena mesin motor yang kupijak setiap kali aku naik motor, ternyata tidak pernah sekalipun membuatku merasa risih jika memakainya ke sekolah.

Sepatu itu memang bukan satu-satunya sepatu yang kumiliki saat kelas 4 SD. Namun yang lebih sering kupakai ke sekolah hanyalah sepatu hitam karet bertali merah itu. Aku memakainya hingga naik ke kelas 5 SD. Dan disaat sepatu itu sudah terasa sempit di kakiku, walau dengan berat hati, akhirnya sepatu kesayanganku itu pun disimpan, dan diganti dengan sepatu lainnya, ataupun dengan sepatu baru yang pastinya dengan alas yang berbahan karet.

Aku juga teringat disaat aku masih duduk di kelas 3 SD. Setahun sebelum aku memiliki sepatu hitam karet bertali merah itu. Saat itu memang untuk pertama kalinya aku memakai sepatu yang tidak biasa kupakai ke sekolah. Alasnya tidak berbahan karet mentah, dan menggunakan tali yang harus diikat simpul. Waktu itu aku bermain lari-larian bersama dengan teman-temanku di sekitar lapangan sekolah. Itu memang pertama kalinya aku menggunakan sepatu itu untuk berlari. Dan akhirnya, setelah beberapa menit berlarian kesana kemari, aku pun terjatuh disebabkan karena tali sepatu yang kuinjak. Aku mendapatkan luka di banyak tempat di tubuhku. Mulai dari lutut, kening, hingga dibawah hidungku pun berdarah karena luka tersebut.

Mulai dari saat itulah, Mama selalu memilihkan aku sepatu yang tidak bertali, dan alas yang tidak licin. Mama tidak pernah mau membiarkanku memakai sepatu bertali, agar aku tetap bisa merasa nyaman menikmati hari-hariku di sekolah bersama dengan teman-temanku. Aku pun bisa mengerti dengan kekhawatiran Mama yang selalu berusaha melakukan yang terbaik agar aku tetap bisa bermain dengan senang, dan tidak mudah jatuh lagi seperti kejadian waktu itu.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun