Mohon tunggu...
Muhammad AuliaRahman
Muhammad AuliaRahman Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

hanya untuk sekedar sharing

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Anak Ingin Menjadi Profesional Player dalam Game, Mengapa Tidak?

2 Januari 2023   19:11 Diperbarui: 2 Januari 2023   19:43 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

Siapa di sini yang senang ataupun mempunyai hobi bermain game? Banyak dari anak kecil bahkan sampai orang tua mempunyai hobi dalam bermain game. Mulai dari game di Personal computer (PC), Plastation (PS), Xbox ataupun Mobile. Beberapa tahun belakangan ini industri game sedang berkembang pesat di Indonesia.

Tercatat ada beberapa game yang akan dilombakan dalam Asian Game seperti League of Legends, Dream Three Kingdoms 2, HearthStone, dan Street Fighter V . Bahkan dalam ajang pekan olahraga nasional (PON) juga menyertakan game untuk diperlombakan seperti Mobile Legends, Free Fire Dan PES 2021.

Bermain game yang dulu awalnya hanya sekadar mengisi waktu luang ataupun sekedar melepas penat dari rutinitas sehari-hari ternyata bisa menjadi pekerjaan yang menjanjikan dan sangat layak lho..

Dilansir dari esportnesia.com Andrian Pauline selaku CEO RRQ menyatakan "Gaji player esports Free Fire (FF) di Indonesia paling kecil sekitar Rp. 4,6 Juta karena dibatasi oleh peraturan UMR. Namun yang paling tinggi dapat mencapai RP. 61 Juta perbulan".Bahkan gaji yang didapatkan belum termasuk benefit lainnya yang diberikan oleh tim untuk menunjang prestasi serta pengembangan kemampuan agar menjadi pemain yang terus berprestasi.

Salah satu pemain profesional dalam game Free Fire yaitu EVOS SAM13.  Memiliki nama asli Saeful Muharrom yang baru berusia 20 tahun merupakan captain dari EVOS Divine. Tercatat telah memiliki pendapatan sekitar Rp. 1,79 Miliar. Wow nilai yang sangat fantastis bukan,  untuk anak usia 20 tahun. Lalu apa penyebab banyak dari genarasi Gen Z ingin menjadi profesional player ?

Dari yang saya amati ada beberapa alasan mengapa generasi gen Z menginginkan untuk menjadi profesional player dalam geme. Diantaranya ingin mengubah nasib dan mengangkat derajat keluarga, tidak diperlukannya ijazah atau pendidikan yang tinggi, modal yang cendrung tidak begitu besar  jika  memainkan game mobile seperti Free Fire ataupunMobile Legend. Anda hanya membutuhkan handphone yang memiliki spesifikasi yang layak dengan harga sekitar 2 jutaan ditamabah modal internet

Ditambah lagi banyak dari para youtuber gaming yang bermunculan dan mengenalkan game kepada masyarakat. Terbukti mereka bisa mendapatkan uang dari permainan game tersebut, ada juga aplikasi streaming yang membayar para profesional dengan kontrak yang sangat besar hanya untuk sekedar bermain game secara live di aplikasi mereka. Kapan lagi kan main game yang disenangi lalu dibayar dengan gaji yang besar. Tapi apakah semudah itu?

Salah satu pemain Mobile Legend Onic buts saat tampil di chanel youtube Empetalk bersama Jonathan Liandi. Dalam video tersebut Buts mengungkapkan jadwal latihan ONIC yang berlangsung hingga 12 jam dalam satu hari. Buts mengatakan "Pagi bangun jam 11 langsung latihan sampai jam 11 malam, breaknya 1 jam 2 jam lah". 

Dari ranah permainan lainnya yaitu Free Fire, Rafli aidil fitrah selaku kapten tim Free Fire Garuda dari tim Rajawali yang sukses menjadi MVP turnamen berkat permainan ciamiknya di SEA Games 2021. 

Dalam kesempatan tersebut, Fayad dan Richard William Manurung membantu anak didiknya untuk bercerita mengenai momen-momen sebelum dan saat SEA Games serta visi mereka ke depannya.

Terungkap, ternyata untuk bisa tampil luar biasa di SEA Games 2021 lalu, para pemain timnas berlatih sampai 14 jam selama bootcamp 3 bulan kurang lebih.  Richard William Manurung menambahkan untuk para profesional game umumnya bisa 6 sampai 8 jam bermain Free Fire dalam sehari.

Selain itu  profesional player tidak hanya bermain game saja. Mulai dari olahraga fisik, makanan dan minum yang bergizi serta jam latihan selama 8 jam membuat pastinya ranah esport ini bukan hanya sebagai hobi lagi tetapi sudah menjadi pekerjaan yang bersifat profesional. Jadi tidak ada istilah hanya bermain game saja anda senang lalu dibayar. Pastinya dibalik gaji yang besar ada proses yang berat dan tanggung jawab yang besar.

Lalu bagaimana peran orang tua dalam menanggapi hal ini, jika ada anak kalian yang ingin bercita-cita menjadi pemain profesional dalam game? Ini hanya opini pribadi saya,  jika kita melihat dari segi gaji yang ditawarkan sangatlah besar dan layak. Bahkan dari pernyataan diatas gaji yang ditawarkan bahkan sampai ada ratusan juta. 

Tapi sebagai orang tua harus tetap perlu memperhatikan hal-hal esensial seperti tidak mengorbakan pendidikan, kemudian adanya bimbingan dari orang tua jika si anak sudah tidak menjadi profesional player dalam game. Apakah akan tetap berada dalam industri tersebut, ataukan menjadi konten kreator atau streaming game. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun