Mohon tunggu...
Aulia Rahman Latief
Aulia Rahman Latief Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tetap di Rumah dan Bekerja dari Rumah, Apakah Sudah Berjalan dengan Efektif?

15 Agustus 2020   09:19 Diperbarui: 15 Agustus 2020   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lebih kurang 4 bulan sudah seluruh masyarakat Indonesia melakukan segala bentuk aktifitas dari rumah baik itu pekerjaan, maupun proses belajar mengajar dengan menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Ini semua dilakukan karena sedang merebaknya wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang dapat meneyebar dengan cepatnya, yang menurut World Healthy Organization (WHO) dapat menyebar melalui udara, droplet, yaitu partikel-partikel kecil yang keluar ketika batuk maupun bersin, dan permukaan yang terkontaminasi.

Selain itu WHO juga menyinggung bahwa penyebaran virus ini juga dapat terjadi pada tempat yang ramai, tempat yang sempit dan ruangan yang terbatas dan tertutup.

Maka dari itu pemerintah di Indonesia menerbitkan peraturan yang bertujuan untuk memutus rantai penyebaran covid-19, seperti yang tertuang pada peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2020, tentang Pedoman Pembatasan Sosial Bersekala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Dan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Oleh karena itu masyarakat diharapkan pemerintah untuk dapat menjalankan program PSBB dan protokol kesehatan ini agar Covid-19 dapat dicegah dan terputus penyebarannya.

Namun setelah lebih kurang 4 bulan melaksanakan berbagai kegiatan dari rumah, seperti yang sudah diduga banyak pihak, masyarakat memutuskan kembali melakukan aktifitasnya di luar rumah dan tak lagi mengindahkan pedoman PSBB dan protokol kesehatan yang telah diterapkan.

Penyebabnya, masyarakat merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok, dan memaksakan diri bekerja di luar rumah. Padahal, apa yang dilakukan oleh masyarakat banyak, terhtung riskan, dan beresiko tinggi. Karena hingga pada saat tulisan ini dikerjakan, belum ada tanda-tanda pandemi covid-19 ini mereda.

Melihat statistik yang dirilis oleh menteri kesehatan, jumlah kasus yang terkonfirmasi di Indonesia ada 127.083 dengan rincian 82.236 kasus yang dinyatakan sembuh, 5.765 orang meninggal dan 39.082 pasien yang dirawat di rumah sakit atau menjalani isolasi mandiri di rumah.

Dengan data yang seperti di tulis diatas menunjukkan bahwa kasus yang ada di Indonesia telah melampaui negara China yang menjadi negara pertama yang mengonfirmasi kasus positif corona, harusnya dengan data ini mampu mendorong ataupun memaksa masyarakat untuk tidak menyalurkan hasratnya untuk keluar rumah.

Namun apa sebenarnya yang membuat masyarakat tetap melakukan aktifitasanya di luar rumah?. Mengingat bahwa,  pemerintah telah menyalurkan bantuan kapada masyarakat yang ekonominya mengalami penurunan terdampak Covid-19 ini.

Ya walaupun bukan tanpa masalah, seperti beberapa Bantuan Langsung Tunai (BLT) ini yang tidak tepat sasarannya, dan semoga hal ini menjadi perhatian lebih oleh pemerintah, karena bila program ini tidak tepat sasaran yang ada hanya akan membuat sebagian masyarakat menjadi lebih sulit dalam memenuhi kebutuhannya.

Kemudian ada program pemerintah yaitu memberi bantuan Rp 600 ribu kepada karyawan swasta yang mendapat gaji dibawah Rp 5 juta, program ini, menurut Sri Mulyani diberikan kepada 13 juta karyawan swasta yang memiliki upah dibawah Rp 5 juta.

Tetapi dengan bantuan-bantuan yang telah dikeluarkan pemerintah, mengapa masyarakat masih saja menghiraukan, tidak peduli dengan problem ini?. Padahal diketahui pada tanggal 19 juli terjadi rekor baru di Indonesia yaitu kasus Covid terbanyak mencapai angka 2657 kasus dalam satu hari yang bisa jadi hasil dari kelalaian masyarakat untuk tak menerapkan protokol kesehatan.

Bayangkan 2657 perhari pada tanggal 19 juli dan total keseluruhannya 127.083 kasus positif yang ada di Indonesia, itu bukanlah sebuah angka yang kecil, tetapi lagi-lagi mengapa masyarakat masih saja mengabaikannya dan menanggapi hal ini seperti biasa saja? Melakukan aktivitas di luar rumah, tak lagi menjalankan pedoman PSBB dan protokol kesehatan?.

Ternyata, seperti dikutip yang diberitakan dari kompas.com (20/05/2020) meihat hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Roda Tiga Konsultan tentang pandangan masyarakat terhadap penangan pandemi covid-19, dari 1200 responden tercatat 51,8 persen menyatakan ragu-ragu dengan data yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait jumlah positif, meninggal, dan sembuh dari covid-19.

Sementara itu, sebanyak 45,2 persen responden percaya dengan data yang dikeluarkan oleh pemerintah. Melihat permasalahan ini, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Fajar Junaedi, mengatakan, tata kelola komunikasilah yang menjadi dasar persoalan pemerintah saat ini.

Menurutnya pemerintah gagal dalam promosi kesehatan untuk membangun kesadaran terhadap covid-19 kepada masyarakat. Ia juga menyebut bahwa pemerintah gagal mengurangi ketidakpastian covid-19. Padahal, masyarakat membutuhkan kepastian, terutama untuk edukasi bahaya serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Dengan keadaan yang seperti ini sudah seharusnya pemerintah mengeluarkan program-program yang dapat memenuhi kebutuhan masayarakat agar mereka bisa menjalankan perintah yang telah diberikan, terutama pada sebagian masyarakat yang memang melakasanakan pekerjaan mereka dari luar rumah agar mereka tetap bisa hidup layak dalam masa sulit ini, dan tidak terkendalanya lagi kegiatan-kegiatan dari rumah.

Juga memberikan edukasi yang dapat kembali mendidik masyarakat agar tetap mematuhi pedoman PSBB dan protokol kesehatan guna untuk menghindari kegiatan-kegiatan yang ada di luar rumah yang berpotensi akan memprcepatnya penyebaran virus ini, sehingga penyebaran virus ini dapat ditekan dan akan terputus penyebarannya, karena bagaimanpun Covid-19 bukanlah hal yang sepele melainkan sebuah ancaman bagi kehidupan.

Juga kepada masyarakat, hendaklah memperhatikan dan taatilah aturan agar virus ini segera berakhir, karena selain pemerintah yang berusaha melakukan yang terbaik untuk masyarakatnya.

Kita sebagai masyarakat juga harus menjalankan kegiatan dengan aturan yang ada agar dapat meredam hingga memutus kasus covid-19, karena dengan saling bekerjasama antara pemerintah dan masyarakat maka covid-19 ini akan segera menghilang dari tanah indonesia ini, dan kita semua akan dapat kembali lagi ke kehidupan normal dan kembali menikmati menjalankan kegiatan-kegiatan dengan normal seperti sedia kala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun