Mohon tunggu...
Travel Story

#StudiDampak | Perjalanan Mudik ke Kampung Halaman

28 Juni 2018   18:10 Diperbarui: 28 Juni 2018   18:19 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran menjadi suatu momen orang-orang yang tinggal di perantauan untuk pulang ke kampung halaman masing-masing berkumpul, bersilaturahim dan bermaaf-maafan bersama saudara maupun orang tua dalam menyambut hari raya idul fitri banyak moda transportasi yang digunakan ada yang menggunakan pesawat, kapal feri, kereta api, bis ataupun kendaraan pribadi yang termasuk saya.

Saya sekeluarga menggunakan mobil pribadi melakukan mudik pada hari minggu pagi tanggal 10 juni jam 22.30 dengan berharap sedikitnya kendaraan di jalan. Dari depok tempat saya besar berangkat menuju kota jember tempat ibu saya dilahirkan, selama perjalanan kita menggunakan aplikasi google maps untuk melhat situasi jalan agar bisa terhindar dari tempat yang bisa menghambat jalan dan bisa dikatakan aplikasi besutan perusahaan google itu cukup akurat sesuai dengan kondisi yang terjadi.

Selama perjalanan saya melewati jalur toll pantura lalu keluar jawa tengah di Brexit(Brebes exit) dan melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan jalur antar kota antar provinsi, saya sempat singgah di beberapa kota untuk istirahat serta melihat tempat makan untuk sahur dan berbuka.

Ada yang menarik dari beberapa kota yang kami datangi yaitu adanya pembangunan toll di jawa timur yang nantinya merupakan jalan toll sepanjang pulau jawa, dari banten hingga ujung jawa timur banyuwangi. Setelah perjalanan yang melelahkan tibalah saya sekeluarga di kota Jember pada tanggal 12 Juni pukul 13.30 yang artinya perjalanan Jakarta-Jember ditempuh dengan waktu 36 jam.

Saya tinggal di Jember di daerah kepatihan jalan trunojoyo yang dekat dengan wilayah perkotaan jember, saya sekeluarga datang untuk bersilaturahmi dengan bude saya, namun sehari sebelum lebaran bude menderita penyakit demam berdarah yang membuat bude harus menjalani rawat inap di rumah sakit selama lebaran.

Saat hari raya idul fitri melakukan sholat ied serta ziarah ke makam kakek dari ibu lalu setelah itu ke rumah sakit untuk mengunjungi bude yang masih dirawat, baru pada hari kedua setelah lebaran bude sudah berangsur pulih yang langsung diperbolehkan pulang oleh dokter. Pada hari minggu malamnya tanggal 17 juni saya berangkat pulang ke Jakarta, tetapi sebelum pulang ke Jakarta saya berkunjung ke kota Bandung menemui saudara sepupu yang tinggal disana.

Tiba saya di kota bandung setelah dua hari perjalanan, bandung  merupakan kota yang mempunyai banyak sebutan seperti Kota Kembang, Kota Pramuka, Kota Zakat, Kota Mode, dan yang paling terkenal paris van java. Jika dilihat dari sejarah sebutan sebagai Paris-nya tanah Jawa populer untuk pertama kalinya dikalangan orang -- orang Belanda. Awal penamaan tersebut adalah dari seorang pedagang keturunan Yahudi -- Belanda bernama Roth. Di tahun 1920, Roth yang merupakan pemilik toto meubel dan interior mempromosikan dagangannya di pasar malam tahunan Jaarbeurs (sekarang Jalan Aceh) dengan menggunakan sebutan "Bandung Parijs van Java."

Alasan roth sederhana, dengan menggunakan kata Paris yang kala itu telah menjadi pusat mode dunia kiranya bisa membawa pengaruh bagi orang -- orang agar berdatangan ke dagangannya yang makin memperkuat bahwa Bandung adalah Paris versi Jawa dikarenakan perkembangan pesat mode di Paris yang berjalan seiring dengan antusiasme orang -- orang kaya di Bandung pada hal -- hal berbau seni, mulai dari arsitektur hingga fashion.

Dan seiring berjalannya waktu sebutan paris van java melekat pada kota bandung. Kota Bandung memiliki kalimat Gemah Ripah Wibawa Mukti yang empunyai arti Tanah subur rakyat makmur, bandung juga mempunyai hawa yang sejuk serta banyak aneka kuliner yang membuat banyak orang datang ke bandung karena menikmati suasana dan jalan-jalan.

Setelah saya berisitrahat di rumah saudara, saya berpikir untuk jalan-jalan sebentar dengan adik dan kakak saya ke taman hutan raya djuanda lalu berjalanlah dan waktu yang diperlukan untuk mencapai tahura djuanda sekitar 15 menit dari daerah dago. Sampailah ke tempat yang dituju yaitu taman hutan rakyat dengan biaya msuk untuk 12.000 rupiah di tahura djuanda ada beberapa atraksi wisata yang ada seperti curug lalay, curug omas, goa belanda, goa jepang, sayangnya saya datang disaat sore jam 4 jadi saya hanya sempat mendatangi goa jepang,.

Suasana yang ada di goa jepang sejuk, bersih namun cukup seram tapi banyak dijadikan tempat untuk berfoto oleh orang-orang. Setelah saya cukup mengelilingi tahura djuanda menurut saya ada beberapa masalah yaitu banyak wisatawan yang datang ke tahura namun masih ada beberapa wisatawan yang datang berkunjung namun tidak memperhatikan kebersihan karena mereka membuang sampah secara sembarangan meskipun dari pihak pengelola taman hutan raya menyediakan tempat sampah dan juga ketika saya  masuk dan membayar tidak diberi karcis masuk dengan alasan karcis habis ini menjadi permasalahan karena jika tidak diberi karcis masuk maka tidak ada pendataan berapa jumlah orang masuk per harinya.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Selanjutnya saya kembali kerumah sepupu untuk bercengkrama dan bercerita, malamnya saya jalan-jalan ke alun-alun kota bandung, selama perjalanan menuju kesana saya melihat banyak kendaraan berplat nomor jakarta yang membuat saya berfikir bahwa kota bandung penuh dengan para wisatawan. Sampai di alun-alun bandung sepanjang jalan asia afrika penuh dengan parkir mobil dan motor yang membuat saya harus parkir di jalan otto iskandar dinata, disana ada mesin parkir untuk membayar biaya parkir namun sayangnya mesin tersebut tidak ada petugas yang berjaga sehingga orang tidak tahu apakah mesin itu bisa digunakan atau tidak.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Alun-alun Bandung penuh dengan warga yang menggunakan dan di sekitar alun-alun ada masjid agung untuk ibadah, tugu asia afrika yang menjadi tempat foto ada juga tourist information center yang tutup pada saat malam. Saya mencari jajanan untuk mengisi perut karena disini ada bermacam-macam aneka makanan dan ketika saya berjalan saya melihat tumpukan sampah di jalan yang membuat jalanan menjadi kotor akhirnya setelah mencari-cari saya putuskan untuk makan nasi goreng. Setelah perut saya terisi saya berjalan-jalan dan melihat bahwa banyak orang foto di quotes di dinding terowongan yang membuat jalanan dipenuhi banyak orang dan membuat laju kendaraan melambat.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Tiba saya di tepi sungai cikapundung tapi saya dibuat kecewa karena banyaknya sampah di sungai yang membuat sungai menjadi tidak indah dan dapat membuat kota bandung menjadi kotor sayangnya saya tidak memfoto karena keadaan tidak memungkinkan. Meskipun begitu saya melihat pihak pemerintah berusaha dengan sebaik-baiknya dengan adanya mobil kebersihan yang menyapu jalan agar jalanan tidak berdebu.

Banyak cagar budaya yang masih bagus dan terawat, bangunan kuno yang tetap digunakan sesuai kepentingan, namun harus adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan ikut menjaga bangunan-bangunan bersejarah yang ada.Setelah saya sudah puas jalan-jalan saya kembali pulang kerumah sepupu untuk paginya pulang kembali ke kota depok tempat saya tinggal dan kembali melakukan aktifitas seperti biasa.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Dampak yang terjadi akibat adaya aktifitas wisata yang ada terjadi peningkatan pendapatan daerah karena banyaknya wisatawan yang melakukan transaksi jual beli  dan melakukan kegiatan pariwisata di kota bandung, ekonomi mikro pun juga mengalami kenaikan karena banyak pedagang yang jualannya habis karena banyak wisatawan. Namun wisatawan terkadang melihat bandung sebagai sebuah objek wisata dan tempat refreshing, tidak banyak yang peduli dengan keadaan kebersihan  untuk merawat kota bandung sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun