Mohon tunggu...
Travel Story

#StudiDampak | Perjalanan Mudik ke Kampung Halaman

28 Juni 2018   18:10 Diperbarui: 28 Juni 2018   18:19 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Selanjutnya saya kembali kerumah sepupu untuk bercengkrama dan bercerita, malamnya saya jalan-jalan ke alun-alun kota bandung, selama perjalanan menuju kesana saya melihat banyak kendaraan berplat nomor jakarta yang membuat saya berfikir bahwa kota bandung penuh dengan para wisatawan. Sampai di alun-alun bandung sepanjang jalan asia afrika penuh dengan parkir mobil dan motor yang membuat saya harus parkir di jalan otto iskandar dinata, disana ada mesin parkir untuk membayar biaya parkir namun sayangnya mesin tersebut tidak ada petugas yang berjaga sehingga orang tidak tahu apakah mesin itu bisa digunakan atau tidak.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Alun-alun Bandung penuh dengan warga yang menggunakan dan di sekitar alun-alun ada masjid agung untuk ibadah, tugu asia afrika yang menjadi tempat foto ada juga tourist information center yang tutup pada saat malam. Saya mencari jajanan untuk mengisi perut karena disini ada bermacam-macam aneka makanan dan ketika saya berjalan saya melihat tumpukan sampah di jalan yang membuat jalanan menjadi kotor akhirnya setelah mencari-cari saya putuskan untuk makan nasi goreng. Setelah perut saya terisi saya berjalan-jalan dan melihat bahwa banyak orang foto di quotes di dinding terowongan yang membuat jalanan dipenuhi banyak orang dan membuat laju kendaraan melambat.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Tiba saya di tepi sungai cikapundung tapi saya dibuat kecewa karena banyaknya sampah di sungai yang membuat sungai menjadi tidak indah dan dapat membuat kota bandung menjadi kotor sayangnya saya tidak memfoto karena keadaan tidak memungkinkan. Meskipun begitu saya melihat pihak pemerintah berusaha dengan sebaik-baiknya dengan adanya mobil kebersihan yang menyapu jalan agar jalanan tidak berdebu.

Banyak cagar budaya yang masih bagus dan terawat, bangunan kuno yang tetap digunakan sesuai kepentingan, namun harus adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan ikut menjaga bangunan-bangunan bersejarah yang ada.Setelah saya sudah puas jalan-jalan saya kembali pulang kerumah sepupu untuk paginya pulang kembali ke kota depok tempat saya tinggal dan kembali melakukan aktifitas seperti biasa.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Dampak yang terjadi akibat adaya aktifitas wisata yang ada terjadi peningkatan pendapatan daerah karena banyaknya wisatawan yang melakukan transaksi jual beli  dan melakukan kegiatan pariwisata di kota bandung, ekonomi mikro pun juga mengalami kenaikan karena banyak pedagang yang jualannya habis karena banyak wisatawan. Namun wisatawan terkadang melihat bandung sebagai sebuah objek wisata dan tempat refreshing, tidak banyak yang peduli dengan keadaan kebersihan  untuk merawat kota bandung sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun