Mohon tunggu...
Aulia Retno Ayu S.P
Aulia Retno Ayu S.P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UM

Saya seorang mahasiswa S1 Bimbingan dan Konseling di UM yang antusias dengan isu-isu pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Kembali Mimpi Bersama Guru BK untuk Korban Cyberbullying

18 Desember 2024   07:50 Diperbarui: 18 Desember 2024   07:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Guru BK saat memberikan layanan. (Sumber : https://images.app.goo.gl/pPdDvgGBevKNWbWs9) 

Perubahan signifikan telah terjadi dalam kehidupan manusia dengan semakin canggihnya era digital, khususnya di bidang pendidikan. Namun terlepas dari kemudahannya, terdapat juga kelemahannya, seperti fakta bahwa cyberbullying telah menjadi masalah yang signifikan bagi banyak siswa, terutama siswa SMA di era digital. Menurut UNICEF, pada tahun 2020 kasus bullying terutama di dunia digital terungkap bahwa 45 persen dari 2.777 anak di Indonesia mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Perilaku ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental korban, tetapi juga dapat mengganggu proses pengambilan keputusan mereka, termasuk dalam memilih jurusan kuliah. Penelitian menunjukkan bahwa korban cyberbullying seringkali mengalami kesulitan dalam mengeksplorasi minat dan bakat mereka, penurunan kinerja akademik, penurunan tingkat kepercayaan diri, serta sulitnya membuat keputusan yang rasional. Kebutuhan akan guru BK semakin meningkat dalam keadaan seperti ini. Guru BK dapat berperan sebagai pendamping yang membantu siswa mengatasi dampak psikologis dari cyberbullying, serta memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyesuaikan antara minat dan potensi mereka dengan jurusan kuliah yang sesuai. Artikel ini akan membahas secara rinci tentang bagaimana cyberbullying memengaruhi keputusan siswa SMA untuk melanjutkan studi karir tingkat lanjut dan peran guru BK dalam membantu siswa SMA yang mengalami cyberbullying untuk membuat pilihan yang tepat.

Di era digital seperti sekarang, cyberbullying telah menjadi isu global yang mendesak. Praktik cyberbullying tidak hanya terjadi pada remaja, tetapi juga dapat menimpa siapa saja. Salah satu dampak paling serius dari cyberbullying adalah gangguan terhadap proses belajar dan pilihan studi korban. Korban cyberbullying seringkali mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan merasa tidak aman untuk bersekolah, sehingga mempengaruhi prestasi akademik mereka dan menghambat mereka untuk mencapai potensi penuh.

Korban cyberbullying rentan terhadap stres, kecemasan, dan kesedihan, yang dapat mengganggu kemampuan mereka untuk fokus dan berdampak pada prestasi akademik mereka. Ketika kesehatan mental terganggu, siswa mungkin merasa tidak mampu untuk mengambil keputusan penting seperti pemilihan jurusan kuliah. Kondisi psikologis yang buruk membuat korban sulit untuk fokus pada masa depan dan membuat keputusan yang rasional.

Serangan yang dilakukan oleh pelaku cyberbullying dapat mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri terhadap korban. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak layak atau tidak mampu untuk mengejar jurusan tertentu, terutama yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi atau kompetisi. Penelitian menunjukkan bahwa cyberbullying dapat mengurangi rasa percaya diri siswa hingga 20%.

Proses interaksi sosial korban akan terkena dampak cyberbullying. Mereka mungkin enggan berteman atau mungkin kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan positif dengan orang lain. Karena mereka takut berhubungan dengan orang lain, baik online maupun offline, korban cyberbullying sering kali mengalami isolasi sosial. Isolasi ini dapat mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan informasi tentang berbagai jurusan dan karir yang mungkin menarik bagi mereka. Siswa yang merasa terasing mungkin tidak mendapatkan dukungan dari teman sebaya atau mentor yang dapat membantu mereka dalam proses pemilihan studi. Korban cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan informasi dan dukungan dari orang lain.

Masalah psikologis yang dialami terkadang dapat menyebabkan korban cyberbullying memiliki prestasi akademis yang lebih buruk. Beran & Li (dalam Kumala & Sukmawati, 2020) mengatakan bahwa seorang korban cyberbullying akan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, dan jika korban sering mendapatkan cyberbullying maka hal ini akan semakin berdampak buruk pada kehidupan korban. Penurunan motivasi dan konsentrasi akibat pengalaman bullying dapat menyebabkan nilai yang buruk, sehingga siswa merasa kurang kompeten dalam mengejar jurusan impian mereka. Akibatnya, mereka mungkin memilih jurusan dengan standar yang lebih rendah atau bahkan meninggalkan pendidikan formal.

Guru BK bertugas untuk mengidentifikasi siswa yang menjadi korban cyberbullying. Melalui observasi dan interaksi langsung, mereka dapat mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang siswa mungkin mengalami bullying secara online. Setelah identifikasi, guru BK harus melakukan pendekatan yang sensitif dan mendukung untuk membantu siswa berbagi pengalaman mereka. Hubungan yang kuat antara guru BK dan siswa sangat penting untuk membangun kepercayaan dan membantu siswa merasa nyaman untuk berbagi masalah. Guru BK perlu menciptakan ruang aman bagi korban untuk berbagi perasaan dan pikiran mereka tanpa rasa takut.

Setelah mengidentifikasi korban, guru BK dapat memberikan konseling individu untuk membantu siswa mengatasi dampak emosional dari cyberbullying. Dalam sesi ini, guru BK dapat mendengarkan keluhan siswa tanpa memberikan penilaian atau menyalahkan, memberikan dukungan emosional, serta membantu mereka mengembangkan strategi coping untuk menghadapi situasi tersebut. Konseling ini juga berfungsi untuk meningkatkan kembali rasa kepercayaan diri siswa yang mungkin telah terganggu akibat pengalaman bullying. Selain itu, pada sesi konseling juga perlu diberikan motivasi kepada siswa untuk terus berjuang dan mencapai tujuan mereka.

Setelah pemberian motivasi, guru BK dapat membantu korban untuk membuat keputusan terkait dengan pilihan studi dan karier yang sesuai dengan minat dan bakat dan yang mereka inginkan. Guru BK dapat memberikan informasi yang up-to-date mengenai berbagai pilihan karier, termasuk persyaratan pendidikan, keterampilan yang dibutuhkan, dan prospek kerja.

Tidak lupa juga kolaborasi antara guru BK, orang tua, dan siswa merupakan kunci keberhasilan dalam membantu siswa korban cyberbullying memilih studi karir lanjutan. Guru BK sebagai ahli di bidang bimbingan dan konseling dapat memberikan arahan serta dukungan emosional. Orang tua sebagai sosok terdekat siswa dapat memberikan kasih sayang dan pengertian yang dibutuhkan. Sementara itu, siswa sendiri memiliki peran aktif dalam menentukan pilihannya. Dengan bekerja sama, mereka dapat menciptakan lingkungan yang suportif, membantu siswa mengatasi trauma akibat cyberbullying, dan menemukan jalur karier yang sesuai dengan minat, bakat, serta tujuan hidup mereka.

Cyberbullying adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif. Fungsi guru bimbingan dan konseling (BK) menjadi semakin signifikan dalam konteks era digital yang penuh tantangan. Guru BK membantu anak-anak dalam mengatasi berbagai masalah, termasuk cyberbullying, selain berperan sebagai pendidik. Studi ini menemukan bahwa guru yang memberikan bimbingan dan konseling sangat penting dalam membantu siswa yang mengalami cyberbullying memilih jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Dengan memberikan dukungan emosional, membantu siswa mengatasi dampak psikologis, dan memfasilitasi proses pengambilan keputusan, guru BK dapat membantu siswa meraih masa depan yang cerah. 

Daftar Rujukan 

Boleng, T. K., Pardede, V. F., Fahlevie, R. A., & Universitas Bung Karno, Jakarta, Indonesia. (2024). Menghadapi Tantangan Cyberbullying: Dampak dan Solusi. Jurnal Hukum Perlindungan Saksi Dan Korban, 8(1), 10250--10262.

Bulan, M. A. I. C., Wulandari, P. Y., & Departemen Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. (2021). Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Pada Remaja Pengguna Media Sosial Anonim. Buletin Riset Psikologi Dan Kesehatan Mental, 1--1, 497--507. http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM

Hardiyanti, K., & Indawati, Y. (2023). PERLINDUNGAN BAGI ANAK KORBAN CYBERBULLYING: STUDI DI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DAERAH (KPAID) JAWA TIMUR. SIBATIK JOURNAL Jurnal Ilmiah Bidang Sosial Ekonomi Budaya Teknologi Dan Pendidikan, 2(4), 1179--1198. https://doi.org/10.54443/sibatik.v2i4.763

Ikhsan, N. M. (2024). Tantangan Cyberbullying di Kalangan Remaja Analisis di Era Teknologi 21. Modem, 2(4), 222--228. https://doi.org/10.62951/modem.v2i4.265

Ministry of Women's Empowerment and Child Protection (MoWECP). (2020). BULLYING IN INDONESIA: Key Facts, Solutions, and Recommendations [Report]. https://www.liputan6.com/news/read/2361551/mensos-bunuh-diri-anak-indonesia-40-persen-karena-bullying

Ni'mah, S. A. (2021). Pengaruh Cyberbullying pada Kesehatan Mental Remaja. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra Dan Budaya (SEBAYA) Ke-3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun