Mohon tunggu...
Aulia RachmaFebriani
Aulia RachmaFebriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang

Menyukai bidang teknologi dan informasi, serta menyukai bidang kearsipan meliputi bidang arsip kantor maupun sejenisnya. Tak hanya itu saya memiliki minat dalam membaca menulis maupun menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menyingkap Penyebab dan Obat Untuk Muda-Mudi yang Sering Dilanda Overthinking

19 Agustus 2022   14:15 Diperbarui: 19 Agustus 2022   14:53 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar mengendalikan diri dari cemas stress yang berlebih akibat ketidakpastian akan hidup oleh Henry Manampiring pada bukunya yang berjudul "Filosofi Teras" terjemahan dari Filsafat Stoa menurut penulis yang belum rampung saya baca, karena bentrokan waktu dan banyaknya aktivitas tidak produktif yang saya kerjakan. 

Nah, Muda-Mudi di era sekarang sering dilanda stress galau overthinking dan rasa cemas pada sesuatu yang seharusnya tidak perlu dipikirkan secara berlebihan. Stress yang merupakan suatu tekanan yang mengganggu keseimbangan dalam hidup jangan terlalu larut dibiarkan menyeluruh menguasai tubuh. 

Kebanyakan dari remaja hingga orang dewasa mengalami stress dikarenakan hubungan percintaan, orang tua, kolega, maupun persahabatan. Padahal, faktanya stress muncul dibuat oleh penderita itu sendiri. Yang mana penderita hanya melihat sisi gelap suatu kejadian tanpa terlintas hal-hal yang baik nernilai positif di dalamnya. Salah satu penyebab stress yaitu rasa cemas yang berlebihan, perlunya kontrol diri untuk menghilangkan perlahan rasa cemas dalam tubuh dan pentingnya manajemen persepsi ketika cemas. 

"Bukan stress yang membunuh kita, tapi reaksi kita terhadapnya" (Hans Style) . Tak hanya rasa cemas yang memicu munculnya stress berkelanjutan, adanya rasa khawatir akan masa depan dan depresi juga bisa berakibat fatal bila terlalu larut dibiarkan. 

Ungkapan menurut seorang ahli yunani tokoh Filsuf Stoa pada bukunya berkata bahwa "Some things are up to us, some things are not up to us" Epictetus, Enchidiron. Yang artinya bahwa ada hal-hal dibawah kendali kita (tergantung pada kita), ada hal-hal yang tidak dibawah kendali kita (tidak bergantung pada kita). 

Menurut Henry Manampiring menyebutkan beberapa hal- yang masuk ke dalam kedua definisi di atas menurut Stoisisme :

TIDAK di bawah kendali kita:

1. Tindakan orang lain (kecuali tentunya dia berada di bawah ancaman kita).

* Opini orang lain.

*Reputasi/popularitas kita.

*Kesehatan kita.

*Kekayaan kita.

*Kondisi saat kita lahir, seperti jenis kelamin, orang tua, saudara-saudara, etnis/suku, kebangsaan, warna kulit, dan lain-lain.

*Segala sesuatu di luar pikiran dan tindakan kita, seperti cuaca, gempa bumi, dan peristiwa alam lainnya.

*Ada banyak hal-hal yang belum ada di masa para filsuf Stoa hidup, tetapi dapat kita kategorikan di sini, seperti harga saham, indeks pasar modal, razia sepeda motor, dan nilai tukar rupiah.

DI BAWAH kendali kita:

1.Pertimbangan [judgment], opini, atau persepsi kita.

2.Keinginan kita.

3.Tujuan kita.

4.Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.

Lebih lanjut, Epictetus menjelaskan dalam buku Enchiridion, "Hal-hal yang ada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak di bawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu menganggap hal-hal tersebut yang bagaikan budak sebagai bebas, dan hal-halyang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia."

Dalam bahasa gampangnya: siap-siap saja kecewa terobsesi pada hal-hal di luar kendali diri, seperti perbuatan/ opini orang lain, kekayaan kita, bahkan sampai kesehatan kita sendiri. Atau, menyesali kondisi kita terlahir misalnya. Awal eksistensi kita di dunia ini adalah sebuah hal yang sangat di luar kendali kita.

"Sekadar berpikir positif dan memikirkan hal yang kita dambakan saja mampu membawa perubahan yang kita mau". The Secret, 2006.

Untuk mencapai ketentraman pada hidup, menurut Filsuf Stoa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, mampu mengambil keputusan terbaik dalam situasi apapun dalam keadaan kepala dingin (tidak gegabah), memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur, berani berbuat dalam kebenaran, serta menahan diri dari hawa nafsu dan emosi. 

Nah, sekian beberapa nilai-nilai positif yang saya dapat pada buku "Filosofi Teras" ini, semoga bisa kita terapkan pada kehidupan sehari-hari. Tak hanya merawat organ luar, kita harus peduli dengan organ dalam yang kita miliki termasuk mental health yang sering disepelekan oleh sebagian orang. Salam sehat semoga berbahagia selalu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun