Di era digital saat ini, pendidikan sastra anak menghadapi transformasi yang menantang pembinaan literasi. Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Pendidikan yang menjadi landasan utama pengembangan karakter dan peningkatan kualitas sumber daya manusia terpaksa mengambil keputusan-keputusan baru seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi. Teknologi tidak lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi media utama komunikasi dan ekspresi bagi generasi muda.Â
Anak-anak kini tumbuh di lingkungan yang dipenuhi layar, aplikasi interaktif, dan narasi digital yang terus berubah, menggeser konsep membaca. Dunia digital telah mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi, termasuk bagaimana anak-anak mengonsumsi karya sastra. Buku digital atau e-book kini menjadi alternatif yang semakin populer di samping buku cetak konvensional. Fenomena ini membawa perubahan signifikan dalam pendidikan dasar, khususnya dalam pengembangan literasi dan kreativitas anak. Namun, seperti dua sisi mata uang, digitalisasi sastra anak membawa tantangan sekaligus peluang yang perlu ditelaah secara cermat.
Tantangan utama dalam sastra anak digital adalah menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pengembangan imajinasi murni anak. Buku digital memiliki potensi luar biasa untuk menciptakan pengalaman membaca yang lebih dinamis, dengan fitur animasi, suara, dan interaktivitas yang dapat merangsang minat anak. Namun, di sisi lain, kemudahan akses ini berpotensi mengurangi kemampuan anak untuk mengembangkan imajinasi mandiri dan kedalaman berpikir kritis mereka. Kegiatan membaca anak di era digital belum mengarah pada bacaan yang berkualitas. Aktivitas menulisnya masih berkisar pada mengobrol dan menulis caption di sosial media. Mereka belum melakukan secara sistematis mengunjungi situs terpercaya yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan valid (seperti Perpustakaan Nasional dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Paparan berlebihan terhadap layar digital dapat berdampak negatif pada kesehatan mata dan pola tidur anak.Â
Selain itu, kemudahan mengakses konten digital terkadang mengurangi kesabaran dan daya konsentrasi anak dalam mengikuti alur cerita yang panjang. Mereka cenderung mencari cara instan dan mengabaikan proses pemikiran yang penting dalam membangun imajinasi dan pemahaman mendalam. Tantangan lain yang perlu diperhatikan adalah kesenjangan digital yang masih terjadi di berbagai daerah (Zakia A'yunin et al., 2024). Tidak semua anak memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital dan koneksi internet yang memadai. Oleh karena itu, pengembangan sastra anak digital perlu diimbangi dengan upaya pemerataan infrastruktur dan literasi digital. Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan industri kreatif diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan sastra anak digital yang merata.
Dalam konteks pendidikan dasar, sastra digital sebaiknya tidak ditempatkan sebagai pengganti total buku cetak, melainkan sebagai komplemen yang saling melengkapi. Keseimbangan antara pengalaman membaca konvensional dan digital dapat memberikan manfaat optimal bagi perkembangan literasi anak. Buku cetak tetap memiliki nilai tersendiri dalam membangun kedekatan emosional dan melatih motorik halus, sementara buku digital menawarkan dimensi baru dalam eksplorasi cerita dan pengetahuan.
Pendidik dan orang tua memiliki peran krusial dalam mengarahkan anak memanfaatkan teknologi secara positif. Mereka perlu merancang strategi literasi digital yang tidak sekadar mentransfer informasi, tetapi mampu mendorong kreativitas, empati, dan pemahaman mendalam terhadap narasi yang membangun imajinasi mereka. Kolaborasi antara penulis, desainer konten digital, psikolog anak, dan teknologi menjadi kunci untuk menghasilkan pengalaman sastra yang bermakna. Para pendidik dan orang tua perlu mengambil peran aktif dalam mendampingi anak mengeksplorasi sastra digital. Pemilihan konten yang berkualitas dan sesuai usia menjadi kunci utama. Buku digital sebaiknya tidak sekadar mentransfer format cetak ke layar, tetapi memanfaatkan potensi teknologi untuk menciptakan pengalaman membaca yang lebih kaya dan bermakna sehingga dapat membangun imanjinasi anak saat membacanya. Misalnya, melalui fitur yang memungkinkan anak berinteraksi dengan cerita, memberikan respons, atau bahkan menciptakan alternatif ending sesuai imajinasinya.
Peluang terbesar dalam sastra anak digital adalah demokratisasi akses informasi dan pengembangan imajinasi global. Platform digital memungkinkan anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengeksplorasi cerita dari seluruh penjuru dunia, membangun pemahaman lintas budaya sejak usia dini. Interaktivitas dalam buku digital dapat mengubah anak dari sekadar pembaca pasif menjadi peserta aktif dalam penciptaan narasi. Penggunaan platform pembelajaran online seperti Learning Management Systems (LMS) sangat bermanfaat dalam menyediakan bahan ajar, tugas, dan sumber literatur (Kami & Artika, 2024). Akses karya sastra dalam berbagai format melalui aplikasi e-book, audio book, dan platform digital lainnya (Sudarsih, 2024). Interaktivitas dan keterlibatan siswa adalah hal yang penting penting dan dapat dicapai melalui penggunaan alat interaktif seperti kuis online, forum diskusi, dan kegiatan kolaboratif, serta melalui penggunaan media digital seperti video dan animasi untuk membantu lebih memahami konten sastra.
Anak-anak dapat mengakses ribuan judul buku dari berbagai penjuru dunia hanya melalui perangkat digital. Hal ini membuka cakrawala pengetahuan yang lebih luas dan memungkinkan mereka mengenal beragam kultur dan perspektif melalui cerita. Fitur interaktif seperti animasi, suara, dan permainan edukatif dapat meningkatkan pengalaman membaca menjadi lebih menarik dan multisensori. Buku digital juga dapat dilengkapi dengan kamus terintegrasi yang membantu anak-anak memahami kosa kata baru dengan lebih mudah. Anak-anak tumbuh bersama teknologi dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap platform digital. Hal ini justru dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Integrasi sastra digital dalam kurikulum pendidikan dasar dapat menjadi jembatan yang menghubungkan tradisi literasi klasik dengan kecakapan digital yang dibutuhkan di masa depan. Perkembangan teknologi juga membuka peluang bagi anak-anak untuk menjadi kreator konten, bukan sekadar konsumen pasif. Platform digital memungkinkan mereka menuangkan ide dalam berbagai format, mulai dari cerita bergambar sederhana hingga buku interaktif multimedia. Hal ini dapat merangsang kreativitas sekaligus membangun kepercayaan diri mereka dalam berekspresi. Selain itu, kemampuan menciptakan konten digital merupakan keterampilan yang semakin dibutuhkan di era digital.
Mempertahankan dan meningkatkan literasi dan apresiasi sastra di era digital memerlukan upaya kolaboratif antara guru, siswa, dan pemerintah. Di era digital, akses terhadap karya sastra Indonesia dapat ditingkatkan melalui platform digital seperti website, aplikasi, dan perpustakaan digital. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat dari berbagai latar belakang untuk mengakses dan mempelajari sastra Indonesia tanpa dibatasi oleh batasan geografis atau fisik (Kariyawan Ys., 2023). Selain itu, platform digital juga dapat menyediakan fitur tambahan seperti penerjemahan, pencatatan, dan diskusi online, yang meningkatkan pemahaman dan pengalaman membaca. Perpustakaan digital dapat memberikan akses terhadap berbagai karya sastra Indonesia yang sulit ditemukan di perpustakaan fisik dan memungkinkan individu membaca dan mempelajari karya tersebut tanpa harus pergi ke perpustakaan fisik. Anak-anak dari berbagai latar belakang mempunyai kesempatan untuk mengakses dan mempelajari sastra Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya Indonesia.
Kesuksesan implementasi sastra anak digital tidak dapat diukur dari kecanggihan teknologi, melainkan dari kemampuannya menginspirasi, mendidik, dan membuka cakrawala berpikir anak yang membangun imajinasi mereka. Pendekatan yang memadukan sentuhan manusiawi, kreativitas, dan teknologi akan menjadi kunci utama dalam mendidik generasi sekarang di era digital. Tantangan dan peluang yang muncul perlu disikapi dengan bijak dan adaptif. Keberhasilan dalam mengintegrasikan sastra digital dalam pendidikan dasar akan sangat bergantung pada kemampuan kita mengelola keseimbangan antara inovasi teknologi dan nilai-nilai fundamental dalam pengembangan literasi anak (Fidratul Husnah et al., 2024). Dengan pendekatan yang tepat, sastra anak digital dapat memperkaya pengalaman belajar dan mengembangkan potensi anak secara optimal di era digital saat ini.
DAFTAR PUSTAKA