Komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan individu dalam berinteraksi, menyampaikan ide, serta membangun hubungan antar manusia. Sebagai mahasiswa, keterampilan komunikasi yang baik merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kesuksesan akademik dan profesional. Namun, komunikasi yang efektif bukan hanya tentang berbicara dengan jelas atau mendengarkan dengan saksama. Ada aspek yang lebih dalam yang harus dipahami agar komunikasi benar-benar dapat mencapai tujuannya. Salah satu bidang yang sangat mendukung pen3ingkatan keterampilan komunikasi adalah pragmatik. Pragmatik, sebagai cabang ilmu bahasa, mempelajari hubungan antara tanda dan penggunaannya dalam konteks sosial. Dalam hal ini, pragmatik membantu kita memahami bagaimana makna suatu ucapan dapat bergantung pada situasi dan konteks di mana ucapan tersebut digunakan. Bagi mahasiswa, menguasai pragmatik dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan mendengarkan, yang pada gilirannya memperkuat interaksi dan efektivitas komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan akademik maupun sosial.
Pragmatik adalah studi tentang penggunaan bahasa dalam konteks sosial, serta bagaimana penutur dan pendengar saling mempengaruhi dalam suatu interaksi. Dalam pragmatik, tidak hanya makna literal yang menjadi perhatian, tetapi juga aspek-aspek seperti tujuan, niat, dan bagaimana kata-kata dapat dimaknai berbeda tergantung pada situasi dan hubungan antar pihak yang berkomunikasi.Sebagai mahasiswa, kemampuan untuk menguasai pragmatik sangat penting karena komunikasi yang efektif melibatkan lebih dari sekadar memahami makna kata secara harfiah. Dalam interaksi sehari-hari, seperti diskusi kelompok, presentasi, atau saat berdialog dengan dosen, sering kali terjadi perbedaan interpretasi tergantung pada konteks dan latar belakang budaya peserta komunikasi. Pragmatik membantu mahasiswa untuk lebih peka terhadap konteks sosial, membedakan antara ucapan yang secara eksplisit dinyatakan dan yang tersirat, serta menggunakan bahasa dengan cara yang lebih tepat sesuai dengan situasi.
Kemampuan berbicara yang baik tidak hanya melibatkan kejelasan pengucapan, tetapi juga penguasaan bagaimana memilih kata dan struktur kalimat yang sesuai dengan konteks. Dalam hal ini, pragmatik memberikan wawasan yang berharga untuk berbicara dengan efektif. Misalnya, dalam berbicara di depan umum atau presentasi, mahasiswa perlu memahami audiens mereka. Mereka harus tahu kapan menggunakan bahasa yang formal, kapan harus mengubah nada suara, atau kapan harus menggunakan humor untuk mencairkan suasana. Pragmatik mengajarkan mahasiswa untuk memperhatikan faktor-faktor sosial, seperti hubungan hierarkis antara pembicara dan pendengar. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang dosen atau atasan, cara berbicara yang digunakan harus lebih sopan dan formal dibandingkan saat berbicara dengan teman sekelas. Dalam hal ini, mahasiswa yang menguasai pragmatik lebih mampu menyesuaikan gaya bicara mereka dengan konteks, menjadikan komunikasi mereka lebih efektif dan relevan dengan situasi yang ada. Selain itu, pragmatik juga membantu mahasiswa untuk menghindari kesalahan komunikasi. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, sering kali ada perbedaan interpretasi terhadap ucapan yang tidak langsung (indirect speech). Sebagai contoh, ketika seseorang mengatakan, "Apakah kamu bisa menutup jendela?" dalam konteks tertentu, ini mungkin bukan sekadar pertanyaan, melainkan permintaan. Mahasiswa yang memahami pragmatik akan lebih mampu menangkap makna yang tersirat di balik kalimat tersebut dan meresponnya dengan cara yang tepat.
Tidak hanya berbicara, mendengarkan juga merupakan keterampilan yang tak kalah penting dalam komunikasi. Mendengarkan dengan baik tidak hanya berarti mendengar suara yang diucapkan, tetapi juga mengerti makna di balik kata-kata tersebut, serta memahami konteks dan niat pembicara. Di sinilah pragmatik memainkan peran penting dalam membantu mahasiswa untuk mendengarkan dengan lebih efektif. Pragmatik mengajarkan bahwa makna tidak hanya ditentukan oleh kata-kata yang diucapkan, tetapi juga oleh konteks di mana kata-kata itu diucapkan. Sebagai contoh, dalam situasi akademik, mahasiswa harus mampu mendengarkan dengan cermat saat dosen memberikan instruksi atau menjelaskan materi. Dalam hal ini, kemampuan untuk memahami maksud di balik pernyataan dosen sangat penting agar tidak terjadi salah paham. Misalnya, jika seorang dosen mengatakan, "Ini penting, jadi pastikan kalian memperhatikan," mahasiswa yang memahami prinsip-prinsip pragmatik akan tahu bahwa pernyataan tersebut bukan sekadar informasi, tetapi sebuah instruksi yang mengindikasikan tingkat urgensi.
Lebih dari itu, kemampuan mendengarkan yang baik juga melibatkan pemahaman terhadap aspek-aspek non-verbal, seperti intonasi suara, bahasa tubuh, atau ekspresi wajah. Pragmatik membantu mahasiswa untuk membaca isyarat-isyarat ini dengan lebih akurat, yang memungkinkan mereka untuk merespons secara lebih tepat. Ini sangat penting dalam situasi diskusi atau debat, di mana mahasiswa tidak hanya perlu mendengarkan apa yang dikatakan, tetapi juga harus memahami sikap dan niat pembicara, yang mungkin tidak diungkapkan secara langsung. Dalam kehidupan akademik, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik sangat mempengaruhi hasil belajar dan interaksi dengan sesama mahasiswa dan dosen. Diskusi kelompok, presentasi, atau seminar sering kali melibatkan pertukaran ide dan pemikiran yang memerlukan keterampilan berbicara dan mendengarkan yang baik. Mahasiswa yang memahami pragmatik lebih mampu mengelola percakapan, merespons dengan tepat, dan menghindari kesalahpahaman yang dapat menghambat proses belajar.
Pragmatik juga berperan dalam cara mahasiswa mengelola perbedaan pendapat dan konflik yang mungkin timbul dalam diskusi atau kolaborasi kelompok. Sebagai contoh, dalam sebuah diskusi kelas, mahasiswa yang menguasai pragmatik lebih mampu menyeimbangkan antara berbicara dengan meyakinkan dan mendengarkan dengan sabar. Mereka bisa memahami kapan harus memberi ruang bagi orang lain untuk berbicara, kapan harus memberikan kritik yang konstruktif, dan kapan harus menggunakan bahasa yang persuasif tanpa merendahkan pendapat orang lain. Selain itu, dalam komunikasi tertulis, seperti esai atau laporan, pragmatik membantu mahasiswa untuk memilih gaya bahasa yang sesuai dengan audiens dan tujuan penulisan. Ini mencakup pemilihan kata yang tepat, pengaturan kalimat yang jelas, serta struktur yang mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Menguasai seni komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting bagi mahasiswa dalam mencapai keberhasilan akademik dan sosial. Pragmatik, sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari konteks dan makna dalam komunikasi, memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Dengan memahami pragmatik, mahasiswa dapat berkomunikasi lebih efektif, menghindari kesalahpahaman, dan beradaptasi dengan situasi sosial yang beragam. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk terus menggali dan mengaplikasikan prinsip-prinsip pragmatik dalam kehidupan sehari-hari, agar dapat menguasai seni komunikasi dengan lebih baik.
Oleh : Aulia Putri Nur Shafa'ah
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret