JAKARTA - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat masih berlaku hingga hari ini. Perpanjangan PPKM Darurat hingga 25 Juli mendatang membawa kabar tidak enak kepada para pedagang, seperti pada hari Rabu (21/07/21) yang berkesempatan untuk mewawancarai salah satu pedagang.
Pukul 12 siang saat tiba di pasar Warakas, Tanjung Priuk, Jakarta Utara tersebut masih terlihat beberapa pengunjung. Tidak bisa dikatakan ramai, namun tidak bisa dikatakan sepi juga. Kebanyakan dari pembeli membeli sayur-mayur serta bumbu dapur. Pembeli yang membeli daging-dagingan pun terlihat lebih sedikit, bahkan beberapa kios tidak terlihat dikunjungi oleh pembeli. Para pedagang pun juga terlihat ramai yang membuka usahanya. Dari jejeran 10 kios, hanya 1 hingga 2 saja yang menutup kios. Sementara pedagang di luar pasar dekat jalan raya, kebanyakan dari mereka membuka usahanya.
Kondisi di dalam pasar pun terlihat sedikit tidak mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Ditemukan para pedagang yang menurunkan maskernya sampai ke bagian dagu. Untuk pembeli sendiri, terlihat beberapa yang menurunkan masker mereka saat sedang jual beli.
Berkesempatan untuk mewawancarai Ibu Siti, beliau turut berbagi kisah mengenai pengalamannya berjualan di saat PPKM Darurat sedang berlangsung. Beliau sendiri merupakan penjual tahu dan tempe. Ibu Siti membuka dagangannya mulai dari pukul 7 pagi dan menuturkan bahwa beliau menutup dagangannya tergantung dari seberapa banyak yang terjual.
"Ibu sendiri buka dari jam 8 pagi. Tutupnya suka-suka, tapi biasanya jam 5 sore kalo sekarang. Kalo sebelum pandemi gini biasanya jam segini udah tutup. Biasanya saya jual ayam ini lebih dari 20 papan tempe dan 25 ikat plastik tahu per hari. 1 plastik isinya ada 10 tahu," tutur Ibu Siti. Ibu Siti biasanya menyediakan kurang lebih 50 papan tempe dan 50 ikat plastik tahu putih dan kuning untuk berjualan dalam sehari. "Harga tempe 1 papannya itu 7 ribu, buat tahunya 1 plastik itu 12 ribu. Kadang masih ada yang nawar juga, paling saya turunin seribu kalo pembelinya beli banyak," lanjut Ibu Siti saat ditanyakan mengenai harga tahu dan tempe yang dijual oleh beliau.
"Kalo dagangannya gak habis ya dibawa pulang. Diusahakan biar tidak busuk jadi bisa dijual kembali buat esok hari," sambungnya. Ibu Siti turut mengeluhkan keluhan selama PPKM Darurat berlangsung. Menurutnya, ada berbagai perbedaan yang terjadi saat PPKM Transisi dan PPKM Darurat.
"Beda banget jelas sih, neng. Kalo pas dulu, masih kejual sampai 35 papan tempe kadang sampai 40 papan tempe. Kalo tahu biasanya bisa kejual 50 ikat plastik. Terus sekarang malah makin merosot, paling banyak cuma 25 sampai 30 tempe dan tahu aja. Kadang cuma kejual 10 atau 15 aja. Hari ini pun baru kejual 15 tahu dan 12 tempe," ucap Ibu Siti yang sehari-hari hanya bisa menjual paling banyak 25 hingga 30 tahu dan tempe saja. Pendapatan yang merosot membuat Ibu Siti harus bekerja lebih lama dari jam biasanya, yaitu hingga pukul 5 sore.
Saat menjelaskan bahwa PPKM Darurat telah diperpanjang hingga tanggal 25 Juli, Ibu Siti turut memberikan pendapatnya. "Kalo saya sih dampaknya berkurang yang beli karena pasar gak bisa dibilang ramai kaya biasanya. Kadang ada pembeli yang nawarnya keterlaluan juga, yah saya tolak. Jadi, semakin sepi tapi mau gimana lagi. Ada yang beli aja syukur," ucap Ibu Siti saat mengeluhkan bagaimana sepinya pembeli saat PPKM Darurat tengah berlangsung.
Rencananya Ibu Siti akan berjualan hingga pukul 5 sore seperti biasanya. Karena, Ibu Siti sempat meliburkan diri sebab Hari Raya Idul Adha yang dirayakan pada 20 Juli lalu. Ibu Siti sendiri menuturkan bahwa ia tidak memiliki strategi apa-apa untuk meningkatkan penjualannya dikala PPKM Darurat yang tengah berlangsung sekarang.
"Gak ada rencana apa-apa. Saya mah jualan kaya biasa aja. Ikuti aturan aja, selagi barang dagangan saya gak disita sama petugas udah alhamdulillah, neng. Yang penting saya ada pemasukan aja daripada gak ada yang beli sama sekali," jelas Ibu Siti. Ibu Siti sendiri juga menuturkan bahwa selama ini petugas tidak ada yang kasar hingga mengangkut barang dagangan para pedagang. "Kalo petugas di sini biasanya datengnya kalo gak pagi ya sore, neng. Soalnya pembeli lumayan yang dateng jam segitu. Kalo siang kan orang jam kerja dan panas juga. Di sini kan jalanannya juga suka macet, jadi sekalian nertibin jalanan," jelas Ibu Siti.
Saat dilihat sekitar pasar pun tidak ada tanda-tanda petugas yang sedang berjaga. Namun, jumlah pembeli pun juga tidak banyak, meski banyak warga yang tengah berlalu-lalang melewati pasar disebabkan pasar dekat dengan jalan raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H