Jean Piaget, seorang psikolog perkembangan terkenal, memberikan sumbangsih besar pada dunia pendidikan melalui teorinya tentang perkembangan kognitif anak. Teori Piaget menekankan bahwa anak-anak membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi aktif dengan lingkungan. Mari kita bahas lebih dalam bagaimana teori Piaget dapat diaplikasikan dalam praktik pendidikan sehari-hari.
Pengertian Kognitif dari Para Ahli
Sementara itu, para ahli juga memiliki pendapat masing-masing terkait definisi kognitif. Berikut beberapa di antaranya:
Williams dan Susanto menyebutkan bahwa kognitif adalah suatu cara seseorang bersikap, mengambil tindakan, dan cepat atau lambatnya respons saat menghadapi masalah.
Neisser mengatakan bahwa kognitif merupakan proses memperoleh, mengatur, dan memakai ilmu pengetahuan yang ada.
Gagne yang berpendapat bahwa kognitif berarti proses internal yang terjadi pada pusat saraf manusia saat berpikir.
Drever menyebut kalau kognitif merupakan suatu istilah yang mencakup proses pemahaman, yaitu sudut pandang, penilaian, logika atau penalaran, imajinasi, dan bagaimana mengartikan makna.Â
Piaget yang mengartikan kognitif sebagai proses adaptasi pada seorang anak dan mengartikan objek maupun semua peristiwa pada kondisi sekitarnya.
"Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada tiap anak. Psikolog J. Piaget membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap berdasarkan usia anak
Aspek kognitif memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat inteligensi atau kecerdasan seseorang. Misalnya, saat kamu sedang belajar, mencoba memecahkan masalah, dan menciptakan sebuah ide.
Apa Saja Fungsi Kognitif?
Fungsi kognitif dapat membuat seseorang lebih mudah berinteraksi dan bergaul. Agar lebih jelas, berikut beberapa peran penting dari fungsi kognitif yang perlu orang tua ketahui:
1.Perhatian
Perhatian berperan sebagai penyeleksi datangnya rangsangan yang selanjutnya dapat menjadi perhatian utama dan secara bersama bisa diabaikan. Rangsangan bisa berupa suara, bau, atau gambar.
2.Daya ingat atau memori
Fungsi ini berhubungan dengan tingkat konsentrasi dan fokus. Semakin tinggi tingkat fokus, tentu semakin baik daya ingatnya. Ini menunjukkan proses informasi akan masuk ke otak dan bagaimana otak menyimpannya.
3.Peran eksekutif
Selanjutnya, fungsi eksekutif yang mengarahkan seseorang untuk bisa menjadi seorang perencana yang baik dan merealisasikannya. Mudahnya, melalui fungsi ini orang tua bisa melihat bagaimana cara sang buah hati menyelesaikan masalah.
4.Kemampuan untuk berbahasa
Aspek kemampuan berbahasa berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam merangkai kata ketika berbicara dengan orang lain. Setiap individu mempunyai kapabilitas berbahasa yang pastinya tidak sama, bergantung dari bagaimana fungsi kognitifnya.
5.Merasa dan mengamati
Adanya fungsi kognitif seharusnya bisa membuat seseorang mengenali dan merasakan semua yang ada pada lingkungan sekitar. Contohnya, mereka bisa membedakan buah semangka dengan melon, buah lemon dan jeruk, atau lainnya.
Teori ini menyebutkan, seseorang tidak hanya menunjukkan kaitan antara rangsangan dan respons saat belajar, tetapi juga sikap untuk mencapai apa yang menjadi tujuan belajarnya.
Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif adalah istilah yang menyebutkan kalau tingkah laku menjadi aspek penting yang membuat seseorang melalui proses mental. Hal ini selanjutnya dapat membantu meningkatkan kapabilitas dalam memberi nilai, membandingkan, maupun merespons rangsangan sebelum muncul reaksi
Secara sederhana, pendekatan ini berfokus pada isi pikiran manusia sehingga bisa memperoleh pengalaman, lebih mudah memahami, dan lainnya.
Lantas, seperti apa sih tahapan teori Piaget dalam perkembangan kognitif anak?
1.Tahap Sensorimotor (Usia 18-24 bulan)
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).
Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.
Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.
2.Tahap Praoperasional (Usia 2-7 Tahun)
Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.
Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis.
Selama akhir tahap ini, anak secara mental bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.
3.Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)
Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik.
Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
4.Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.
Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret.
Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.
Level Kognitif
Membicarakan kognitif sebenarnya tidak lepas dari bagaimana siswa mengerjakan soal ketika ujian. Inilah sebabnya, penting bagi para guru untuk mempertimbangkan level kognitif sebelum membuat soal. Adapun tingkatan dalam level kognitif yaitu:
Level 1
Level ini berarti tingkat kapabilitas yang paling rendah, sebab tingkatan ini hanya menuntut daya pemahaman dan pengetahuan dari siswa. Apabila mengarah pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkat ini hanya berupa mengingat atau C1 dan memahami dan C2.
Level 2
Kemudian, tingkat 2 yang tentunya lebih tinggi daripada tingkat 1. Sebab, level ini menuntut siswa untuk dapat menerapkan. Jika berfokus pada taksonomi Bloom, soal untuk level ini juga termasuk aplikasi atau C3.
Level 3
Terakhir, level 3 yang merupakan tingkatan paling tinggi dari dua tingkat sebelumnya. Sebab, tingkatan ini menuntut siswa untuk dapat melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkatan ini termasuk analisis atau C4, evaluasi atau C5, dan menciptakan atau C6.
Ranah dan Aspek Kognitif
Proses belajar pada ranah kognitif mengarah pada level kecerdasan seseorang, seperti keterampilan berpikir dan ilmu pengetahuan. Inilah sebabnya, guru memberikan ujian untuk mengukur bagaimana tingkat kecerdasan siswa pada lingkungan sekolah. Pembuatan soal ini sesuai mengacu pada taksonomi Bloom.
Taksonomi Bloom sendiri adalah mengelompokkan soal sesuai dengan aspek kognitif. Sang pencetus menyebutkan, soal pada ranah kognitif harusnya mencakup enam aspek, antara lain:
Pengetahuan (C1)
Pemahaman (C2)
Aplikasi (C3)
Analisis (C4)
Evaluasi (C5)
Mencipta (C6)
KESIMPULAN
Teori Piaget memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami bagaimana anak-anak belajar. Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip teori Piaget, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, efektif, dan relevan bagi siswa.
[Tambahkan subbab lain jika diperlukan, misalnya: Tantangan dalam menerapkan teori Piaget, Penelitian terbaru terkait teori Piaget, atau Implikasi bagi pengembangan kurikulum]
Tips:
 * Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
 * Sertakan contoh konkret untuk memperjelas penjelasan.
 *Tambahkan gambar atau infografis untuk membuat artikel lebih menarik.
 * Referensikan sumber yang kredibel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H