Sebelum ini anda mungkin berpikir Indonesia hanya pernah dijajah oleh beberapa negara yaitu, Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris, dan Jepang.Â
Namun, tahukah kalian bahwa Indonesia pernah menduduki wilayah di bagian Timur Indonesia?
Ya, Indonesia pernah menduduki wilayah Timor Timur yang saat ini menjadi Timor Leste pada tahun 1975. Timor Timur adalah koloni Portugis yang menjadi negara merdeka pada tahun 1975. Setelah kolonialisme berakhir, Timor Timur mengalami masa depan yang tidak pasti. Militer Indonesia mengambil alih Dili, kota terbesar di Timor Timur, pada Desember 1975.Â
Latar Belakang
Pada akhir tahun 1975 Indonesia menduduki wilayah Timor Timur karena beberapa alasan, diantara nya: Â
- Ketakutan terhadap komunisme: Salah satu alasan utama mengapa Orde Baru Indonesia menginvasi Timor Timur pada Desember 1975 adalah karena mereka khawatir bahwa Fretilin, sebuah kelompok yang mendukung kemerdekaan Timor Timur, akan menganut ideologi komunisme. Indonesia khawatir bahwa setelah Vietnam, Timor Timur akan menjadi tempat yang mendukung komunis, menimbulkan ancaman geopolitik besar. Â
- Geopolitik dan keamanan nasional: Pada Juli 1976, militer Indonesia melakukan Operasi Seroja, yang bertujuan untuk menghapus pasukan Fretilin dan memasukkan Timor Timur ke dalam provinsi baru ke-27. Selain itu, ada kekhawatiran tentang keamanan dan stabilitas negara Indonesia. Â
- Solidaritas dan dukungan internasional: Meskipun dukungan dan solidaritas internasional terus meningkat untuk kemerdekaan Timor Timur, termasuk kecaman dari Amerika Serikat, Indonesia tetap menduduki wilayah tersebut hingga referendum pada tahun 1999, yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduknya ingin memerdekakan diri dari Indonesia. Â
Dari pembahasan diatas, disinggung mengenai Operasi Seroja. Â
Operasi Seroja adalah operasi militer yang dilakukan oleh Indonesia di Timor Timur pada tahun 1975. Operasi ini disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia, dengan melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, hingga Angkatan Udara. Operasi Seroja dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia melakukan invasi ke Timor Timur. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk memukul mundur pasukan Fretilin dan memasukkan Timor Timur ke dalam provinsi baru ke-27 pada Juli 1976. Operasi ini berlangsung selama 24 tahun hingga referendum kemerdekaan diadakan di Timor Timur pada tahun 1999 yang diawasi oleh PBB. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka dari Indonesia.
Selama Timor Timur memperoleh kemerdekaannya dari Indonesia, banyak peristiwa penting terjadi. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang terjadi selama konflik:
- Insiden Santa Cruz dan Liquica: Kejadian ini pada tahun 1991 memicu rakyat Timor Timur untuk berjuang untuk kemerdekaan. Mereka berhadapan dengan pemerintah Indonesia, yang menolak kemerdekaan mereka dan mengakui bahwa Timor Timur akan menjadi bagian dari Indonesia.
- Krisis Timor Timur 1999: Krisis politik di Timor Timur pada tahun 1999 menyebabkan pemerintah Indonesia meninggalkan negara itu. Pada 31 Oktober 1999, pasukan internasional yang didirikan oleh Portugal, Australia, dan Amerika Serikat tiba di Timor Timur untuk menghibur milisi pro-Indonesia dan mengelola wilayah tersebut sampai kemerdekaannya pada tahun 1999.
- Referendum kemerdekaan Timor Timur: Pada 27 Januari 1999, Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie, melaporkan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, untuk mengadakan referendum kemerdekaan untuk memilih antara provinsi di Indonesia akan diberikan pilihan lebih besar otonomi dalam Indonesia atau kemerdekaan.
- Embargo penjualan militer AS ke Indonesia: Pada tahun 1999, AS memberlakukan embargo penjualan militer ke Indonesia sebagai tanggapan terhadap penolakan pemerintah Indonesia terhadap kemerdekaan Timor Timur
Banyak hal yang menyebabkan konflik di Timor Timur, seperti kemiskinan, keragaman etnis, pemerintahan yang represif, dan kehilangan sumber daya.
Penyelesaian konflik Timor Timur melibatkan banyak pihak dan proses yang berbeda. Pada awalnya, Indonesia menolak resolusi PBB yang mengecam tindakan invasi dan pendudukan di Timor Timur. Namun, PBB terus berperan dalam proses penyelesaian konflik antara milisi kemerdekaan Timor Leste dan pemerintah Indonesia yang didukung oleh sebagian rakyat Timor Leste pro integrasi Indonesia. PBB menjadi mediator antara pihak yang berseteru, melakukan operasi penjagaan keamanan, dan melakukan pembangunan pasca konflik. Pada tahun 1999, referendum kemerdekaan diadakan di Timor Timur yang diawasi oleh PBB. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka dari Indonesia. Setelah referendum, PBB terus berperan dalam memulihkan perdamaian dan stabilitas di Timor Leste. Selain itu, Indonesia juga melakukan proses peradilan atas terjadinya pelanggaran HAM di Timor Timur. Dengan demikian, penyelesaian kasus Timor Timur melibatkan keterlibatan PBB, referendum kemerdekaan, dan proses peradilan atas pelanggaran HAM.