Hai aku Aulia umurku akan genap 18 tahun tanggal 16 Oktober nanti. Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, aku pernah mengalami bodyshaming secara langsung.
   Cerita pertama, saat itu entah kelas 4 atau 5 SD aku bersekolah di sekolah yang bisa dibilang luas dan lumayan jauh dari rumahku. Dari kelas 1-6 SD aku selalu naik mobil jemputan dari rumah ke sekolah. Aku punya 2 orang sahabat yang kurang lebih sudah 12 tahun berteman.
   Datang ke sekolah paling pagi dan selalu jaman permen. Di kelasku ada satu perempuan bertubuh mungil dan bisa dibilang dia seseorag yang adiwidia. Jam pelajaran dimulai, saat jam pelajaran kedua kita disuruh membuat kelompok dan aku satu kelompok dengan dia. Mungkin bu guru sengaja membuat kelompok seperti itu karena bisa dibilang dia pintar dan aku bodoh.
   Kita membagi tugas-tugas kelompok. Aku mengerjakan tabel untuk hasil pengerjaan kita. Saat menulis tabel tidak sengaja kertas tersebut terkena air. Dia cukup kesal. Lalu saat membuat tabel aku tidak mengerjakannya dengan benar. Dia semakin kesal. "Si Aul mah ceroboh, dari tadi ga bener kerjanya". I was like oke aku tidak becus dalam melakukan sesuatu.
   Akhirnya dia yang mengerjakan tugas tersebut. Gak semua orang itu mampu melakukan sesuatu dengan benar. Orang butuh proses dari kesalahan.Â
   Cerita kedua, yaitu saat aku kelas 7 SMP. Kelas 7 SMP aku bisa dibilang dalam pengetahuan belajarku meningkat. Selalu masuk kedalam peringkat 5 besar bahkan 3 besar. Tapi dibalik tentram nya nilai dan sekolah, aku pernah mengalami bodyshaming.
   Saat itu kita disuruh untuk membuat kelompok. 2 meja panjang disatukan agara menjadi besar. Di kelas bisa dibilang para perempuannya berkulit putih.
   Saat sedang asik tertawa-tawa dengan temanku tbtb ada seorang lelaki yang perawakan nya jujur biasa saja menyeletuk "si Aul kalo kalo putih cantik da". Waittt whatt? Terus kalo cewek berkulit hitam artinya dia jelek?.
   Memang kulitku agak hitam karena aku saat itu masuk dalam eskul baris berbaris. Sungguh pemikiran bodoh yang sering orang-orang katakan. Putih = cantik, hitam = jelek.
   Masih dikelas 7. Ada seorang perempuan yang bisa dibilang dia centil dan selalu mencari perhatian banyak orang, bahkan hingga sekarang.     Oke kita balik lagi. Saat itu guru-guru menyuruh muridnya untuk bersih-bersih kelas, karena akan libur sekolah. Aku kebagian untuk menyapu bagian luar kelas. Dia juga kebetulan ada diluar kelas sudah siap-siap pulang.
   Entah datang dari mana tiba-tiba dia berkata  ihh kenapa ya bibir si Aul mah tebel?". I mean like, so aku harus gimana, harus operasi mengecilkan bibir kah?.
Mungkin dia tidak tahu masih banyak orang yang kurang bersyukur dengan keadaan tubuh mereka. Mulai dari ingin kulit putih lalu bibir tipis menjadi tebal, hidung ingin terlihat mancung. Kita disini hanya perlu menjaga bentuk yang sudah dikasih oleh tuhan kita maisng-masing. Tidak boleh merubahnya.
Dampak dari bodyshaming ini akan membekas kepada korban. Contohnya aku, kejadian ini sudah sekitar beberapa tahun yang lalu. Tapi kejadian di kelas 7 yang sangat membekas hanya dua kejadian itu. Hingga sekarang kedua sahabatku tidak tahu jika aku pernah mengalami bodyshaming.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H