Dalam kacamata komunikasi antar pribadi, perlu diperhatikan aspek-aspek karakter yang bersifat kedaerahan pada diri komunikan. Baik dari komunikator maupun komunikan harus sama-sama berwawasan mengenai perbedaan budaya yang ada agar masing-masing pribadi mampu menyesuaikan diri saat menjalin komunikasi, sehingga meminimalisir terjadinya konflik atau masalah yang timbul di kemudian hari akibat perbedaan budaya yang dibawa.
Dilansir dari E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta oleh G. Zelin tahun 2023, bahwa Komunikasi Interpersonal dan memiliki kaitan yang erat dimana suatu budaya akan mendikte gaya komunikasi seseorang dan juga turut menentukan bagaimana seseorang tersebut akan menginterpretasikan informasi dari pihak lainnya. DeVito (2016) dalam jurnal elektronik yang sama menganjurkan para individu untuk mementingkan beberapa aspek saat melakukan komunikasi, salah satunya budaya yang berupa dialek bahasa serta logat bicara sebagaimana tersebut di atas. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi diri sendiri, memahami perbedaan antara budaya, mengonfrontasikan stereotip yang melekat pada budaya tertentu, mengurangi etnosentrisme, serta yang paling penting dalam komunikasi interpersonal antar budaya berbeda yaitu penyesuaian saat berkomunikasi. Bagaimanapun juga, komunikasi interpersonal tidak bisa terlepas dari pengaruh budaya individu yang terlibat dalam komunikasi.
Budaya dapat begitu memengaruhi proses komunikasi yang berlangsung antar individu, atau yang biasa disebut dengan komunikasi interpersonal. Budaya bukan hanya tentang sesuatu yang bersifat lokal atau kedaerahan. Budaya juga menyangkut kebiasaan, ajaran, dan pola asuh yang tertanam dalam diri individu yang membentuk karakter individu dan terlibat dalam proses interaksi serta komunikasi yang dilakukan individu terhadap individu lainnya.
Menurut DeVito (2007:56) dalam Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana, budaya yang memengaruhi proses komunikasi interpersonal merupakan hal yang sangat dekat dengan individu, budaya seperti orang tua, guru dan media yang mengajarkan individu dengan berbagai cara dan macam-macam kepercayaan yang menghasilkan nilai dan sikap untuk berhasil dalam melakukan proses komunikasi. Artinya, budaya yang ada pada diri seseorang juga tentang apa-apa yang diajarkan kepadanya.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa culture shock yang dialami para perantau yang berasal dari daerah kidulan biasanya seputar logat dan cara bersikap yang bertentangan dengan orang lokal kota Surabaya. Area kidulan Jawa Timur yang notabenenya berupa dataran tinggi, dengan karakteristik masyarakatnya yang terkenal lembut dengan nada bicara halus, kemudian dipertemukan dengan masyarakat Surabaya yang berkarakteristik keras dan kasar dalam hal berkomunikasi. Kepribadian warga lokal yang dinilai kurang etis bisa jadi sebagai dampak dari bentuk daerah perkotaan yang ramai dan sibuk dengan perindustrian yang cukup unggul, dataran rendah, dan cuaca yang nyelekit akibat banyaknya kegiatan industri yang dilakukan.
Gegar budaya yang ada muncul karena antar pribadi belum sepenuhnya memahami karakter serta latar belakang budaya yang dimiliki oleh lawan bicara, konsep diri dari masing-masing subjek, serta persepsi yang tepat untuk menyimpulkan kepribadian dari lawan bicara. Dengan melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang menjadi kendala bagi seseorang yang melakukan proses komunikasi interpersonal, maka akan terjalin ikatan hubungan yang baik sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam berkomunikasi.
Lalu, sudahkah Anda mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika mendapatkan lawan bicara dengan perbedaan latar belakang budaya seperti pada kasus di atas? Anda dapat mengulik lebih banyak solusi dan langkah tepat dalam menghadapi tantangan berkomunikasi dengan sesama individu, melalui proses perolehan perspektif baru dengan membaca artikel-artikel yang terdapat di dalam link berikut ini:
Anda juga dapat menggali lebih banyak wawasan dan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi dengan menyelami berbagai sumber literatur yang tersebar, baik cetak maupun digital. Saat ini, ribuan konten artikel dan jurnal telah dirilis untuk dapat dikonsumsi masyarakat secara utuh. Jangan lupa untuk selalu memfilter atau memilah-milah sumber bacaan yang menjadi referensi, karena dengan memilih data yang berkualitas dan teruji kebenarannya, akan diperoleh ilmu pengetahuan yang berkualitas pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H