Mohon tunggu...
Aulia Nabilah Fasya
Aulia Nabilah Fasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

suka menulis dan meromantisasikan kehidupan ini ☺️❤️

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perundungan Hingga Visum! Tradisi SMA Unggulan di Bandung

27 November 2024   12:08 Diperbarui: 27 November 2024   12:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembullyan di sekolah sudahlah tidak asing lagi, layaknya tradisi, perundungan dari kaka kelas ke adik kelas akan terus turun temurun jika tidak ada yang memberhentikannya. Apalagi di sekolah unggulan yang cukup bergengsi di wilayahnya, dimana senioritas merajalela dan sedihnya itu sudah dianggap wajar dan normal.

Seperti kejadian pada bulan Agustus tahun 2023, saya berkesempatan mewawancarai langsung salah satu korban kejadian perundungan di salah satu SMA favorite di Bandung yaitu Panji dan ada tiga korban lainnya, yaitu fahri, gege dan farhan (semua nama disamarkan atas permintaan korban).

Menurut penjelasan Panji, perundungan ini sudah dilakukan turun temurun seperti tradisi di sekolahnya, dengan dalih di "ospek" atau di test seleksi guna lolos menjadi kordi atau koordinator acara di angkatannya.

"Ada empat orang yang bersedia menjadi koordinator acara dan kami semua di ospek sama kaka kelas 12 di sebrang sekolah" tambah Panji.

Pada akhirnya yang terpilih menjadi kordi ialah yang hafal lagu hymne sekolahnya. Namun, pemukulan dalam rangka "ospek" kaka kelas ke empat adik kelas yang mengajukan diri menjadi kordi tidak bisa di hindari. Pelaku yaitu kaka kelas nya sendiri ada sekitar kurang lebih 35 orang dan diketuai oleh inisial A.

Lalu berdasarkan pengakuan korban, ada satu orang tua korban yang tidak terima dengan perlakuan kaka kelas terhadap anaknya yang menjadi luka-luka sehabis pulang sekolah. Korban akhirnya di visum di rumah sakit bandung untuk bukti karena orang tuanya ingin melaporkan hal ini ke kepolisian.

Pada akhirnya masalah ini diselesaikan dengan cara damai di kepolisian. Dan menjadi pembelajaran untuk para pelaku juga siswa lainnya. Tidak lupa, perhatian yang lebih intensive dari sekolahnya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun