Mohon tunggu...
Aulia Meynisa Wirshananda
Aulia Meynisa Wirshananda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga

Mahasiswi Ilmu Sejarah yang juga suka dan tartarik di bidang kesenian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korea di Antara Cina dan Jepang

13 Juli 2020   22:08 Diperbarui: 2 Juni 2021   16:49 2233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posisi Korea diantara dua negara, Cina dan Jepang (unsplash/sigmund)

Abstrak
Cina dan Jepang adalah dua negara di kawasan Asia Timur yang termasuk dalam negara besar. Kedua negara itu berlomba-lomba untuk menjadi yang paling kuat dalam segala aspek, salah satunya adalah dalam aspek wilayah kekuasaan. 

Cina dan Jepang sama-sama ingin memperluas wilayah mereka sebagai unjuk kekuatan dan kekuasaan negaranya masing- masing. Dalam memperebutkan suatu wilayah, terjadi peperangan yang berdampak pada kedua negara besar tersebut. 

Perang Cina-Jepang I terjadi pada 1 Agustus 1894 hingga 17 April 1895, yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Qing (Cina) dan Meiji (Jepang). 

Dalam Perang Cina-Jepang yang pertama, kedua negara besar di Asia Timur itu bersaing dalam memperebutkan wilayah Korea yang dinilai kaya akan bahan tambang dan strategis.
Kata kunci: Cina, Jepang, Korea, Perang Cina-Jepang I.

Pendahuluan

Cina dan Jepang merupakan dua negara besar yang berada di wilayah Asia Timur. Kedua negara besar itu selalu berlomba-lomba untuk menjadi negara terbesar dan terkuat, khususnya di wilayah Asia Timur. 

Berbagai persignan di berbagai aspek selalu terjadi, salah satunya dalam hal wilayah kekuasaan. Jika dilihat secara geografis, Cina merupakan negara dengan luas wilayah yang sangat luas, sedangkan Jepang merupakan negara kepulauan. 

Cina pada saat itu dipimpin oleh Qing, yang merupakan pemegang kekuasaan atau yang disebut masa Dinasti Qing, sedangkan Jepang dipimpin oleh Meiji, yang terkenal dengan Restorasi Meiji-nya.

Restorasi adalah pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula (Sugono, 1204). Restorasi berarti pemulihan, di dalamnya terkandung untuk pembangunan dan pembaharuan. 

Karena adanya Restorasi Meiji, Jepang kemudian menjadi negara imperialis yang mengedepankan industrinya. Demi mencari bahan mentah sebagai bahan baku industrinya, Jepang kemudian melakukan ekspansi atau penjelajahan ke wilayah lain yang dinilai strategis dan kaya akan bahan tambang. Sedangkan Cina yang dipimpin oleh Qing, berada dalam ambang kehancuran.

Cina dan Jepang sebenarnya telah menjalin hubungan persahabatan sejak sebelum Dinasti Ming. Hubungan antara Cina dan Jepang berupa hubungan politik melalui para utusan yang dikirimkan oleh masing-masing negara, juga melalui hubungan perdagangan. 

Setelah Kaisar Meiji naik tahta dan mengubah Jepang menjadi negara yang lebih modern dan kuat, hubungan persahabatan antara Cina dan Jepang pun menjadi renggang.

Sebelumnya, Korea merupakan negara vasal milik Cina. Kemudian pada tahun 1894, Jepang mulai tertarik untuk datang ke Korea. Karena Korea merupakan salah satu negara yang strategis dan kaya akan bahan mentah, yang berguna bagi Jepang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya. 

Jepang merasa harus mengusir Cina dari wilayah Korea agar Jepang bisa leluasa menguasai Korea. Sebaliknya Cina merasa terancam atas kehadiran Jepang di wilayah Korea, karena ditakutkan akan mengancam kekuasaan Cina di Korea.

Baca juga : Bangkai Kapal Perang Jepang di Perairan Bangka Belitung Hampir Lenyap

Pembahasan

  • Latar Belakang Terjadinya Perang Cina-Jepang I

Daerah Korea adalah daerah yang sangat subur sehingga menjadi rebutan bagi negara-negara imprealis. Korea merupakan jalan yang terbaik atau sebagai batu loncatan untuk Manchuria dan Negara Cina serta daratan Asia lainnya. Korea juga banyak mengandung bahan mentah seperti mineral, batu bara, besi, emas, tembaga, wolfram, dan perak. 

Secara umum Korea banyak mengandung bahan-bahan yang penting bagi kepentingan industri (Agung, 1992:42). Akibatnya, Jepang mengincar wilayah Korea untuk dijadikan sebagai lahan bahan baku untuk industrinya. 

Sedangkan Korea merupakan negara vasal milik Cina yang harus dipertahankan oleh Cina. Hal inilah yang menjadi awal mula terjadinya Perang Cina-Jepang I.

Setelah terjadinya Perjanjian Ganghwa3 pada tahun 1875, Jepang mendapatkan keuntungan yaitu Jepang diperkenankan untuk berdagang dengan bebas tanpa adanya intervensi dari Kerajaan Joseon . 

Pelabuhan di Busan menjadi terbuka untuk Jepang dan Korea diharuskan untuk mencarikan 2 tempat lagi di sekitaran Provinsi Gyeongsang, Propinsi Gyeonggi, Propinsi Chungcheong, atau Propinsi Hamgyeong, untuk kapal perdagangan Jepang (Han, 374). Akibat dari adanya perjanjian ini, Cina semakin khawatir akan posisinya di Korea.

Terdapat sebab-sebab umum terjadinya Perang Cina-Jepang I, antara lain: 

(1) Korea merupakan wilayah yang dianggap sebagai pintu masuk menuju ke wilayah Asia, sehingga apabila Korea dikuasai oleh Cina maka akan mempersulit Jepang untuk memasuki wilayah Korea dan Asia yang lainnya, 

(2) Korea akan dijadikan sebagai tempat tinggal untuk orang-orang Jepang yang akan dipindahkan, 

(3) Korea merupakan wilayah yang kaya akan bahan mentah, yang sangat dibutuhkan untuk perindustrian Jepang.

Selain itu, ada juga sebab khusus terjadinya Perang Cina-Jepang I, yaitu pada saat itu di Korea sedang terjadi Pemberontakan Tonghak. 

Akibat dari adanya Pemberontakan Tonghak, baik Cina maupun Jepang sama-sama mengirimkan pasukan ke wilayah Korea. Setelah Pemberontakan Tonghak, kedua belah pihak tetap mempertahankan ideologinya masing-masing, dan memperkeruh hubungan antara Cina dan Jepang. 

Dalam pemberontakan itu, Rusia ikut campur tangan dan mengancam kedua belah pihak untuk segera menarik pasukannya dari wilayah Korea.

Pemerintah Korea menginginkan pembaharuan dalam negerinya, namun hal itu tidak dapat dilakukan apabila masih ada Cina yang menduduki wilayahnya. 

Maka Korea meminta bantuan kepada Jepang untuk mengusir Cina dari wilayah Korea. Dengan begitu, kasus persengketaan antara Cina dan Jepang semakin parah dan terjadilah Perang Cina-Jepang I.

  • Kronologi Perang

Perang Cina-Jepang I terjadi pada 1 Agustus 1894 hingga 17 April 1895. Saat itu Cina sedang dalam masa pemerintahan Dinasti Qing dan Jepang dalam pemerintahan Kaisar Meiji. 

Akibat dari keinginan Jepang untuk mengambil alih Korea, dan permohonan Korea kepada Jepang untuk mengusir Cina dari wilayahnya, akhirnya perang ini tak dapat dihindarkan. Perang Cina-Jepang I diawali dari adanya Perjanjian Ganghwa, yang menguntungkan pihak Jepang, sedangkan Cina merasa dirugikan.

Setelah terjadinya Perjanjian Ganghwa, di tahun 1882, Menteri Luar Negeri Cina yang bernama Li Hongzhang menemui perwakilan Korea yang berada di Tianjin. 

Perjanjian ini berisi kesepakatan kedua negara untuk mengadakan pertukaran diplomat, serta mengizinkan Amerika Serikat untuk menaruh konsulat- konsulatnya di pelabuhan-pelabuhan Korea. 

Hal ini dilakukan Cina untuk menekan dan menyeimbangkan kekuatan Jepang di Korea (Shu, 409). Perjanjian ini menimbulkan keinginan dari negara-negara lain untuk ikut melakukan perjanjian dengan Korea, dan Cina mengajak negara-negara Barat untuk melakukan perjanjian dengan Korea. Akibatnya, Korea menjadi negara yang terbuka.

Setelah itu, Cina mengirimkan pasukan sebanyak 6 batalion ke Korea untuk menjaga keamanan pasca terjadinya Pemberontakan Jingo dan untuk meminimalisir campur tangan Jepang yang semakin bebas akibat dari adanya Perjanjian Jemulpo. Tetapi pasukan-pasukan ini ditarik mundur oleh Cina karena Cina sedang berperang melawan Perancis pada tahun 1884.

Karena ditarik mundurnya para pasukan Cina di Korea, membuat Jepang merasa untung dan dengan mudahnya melakukan aksi kudeta. 

Pada tanggal 4 Desember 1884, saat pesta makan malam untuk merayakan pembukaan kantor pos baru di Seoul, Kim Okyun beserta pasukan dan warga kota menyerbu istana dan membunuh pejabat-pejabat Korea yang pro Cina. 

Kudeta yang dilakukan mendapatkan bantuan dari tentara Jepang, namun mengalami kegagalan karena pasukan Jepang kalah dalam jumlah pasukan.

Pada tahun 1885, Ito Hirobumi diutus Jepang untuk melakukan perjanjian dengan Li Hongzhang di Tianjin, yang menghasilkan keputusan yang merugikan Cina. Terdapat tiga poin hasil perjanjian tersebut, yaitu: 

(1) Dalam waktu kurang dari 4 bulan, kedua negara harus segera menarik pasukannya dari Korea, 

(2) Kedua negara dilarang untuk melatih pasukan Korea, tetapi wajib menyuruh Korea untuk menggunakan instruktur dari negara lain, dan 

(3) Bila diperlukan untuk mengirim pasukan ke Korea, kedua negara harus saling memberitahu, dan bila urusannya telah selesai diwajibkan untuk segera menarik pasukannya dari Korea.

Pemberontakan Tonghak yang terjadi di tahun 1893 merupakan awal mula terjadinya Perang Cina-Jepang I. Pemberontakan ini berawal dari kekecewaan dari kaum petani dan nelayan terhadap pemerintah Korea. 

Para nelayan merasa kesulitan mengambil ikan karena banyaknya nelayan dari Jepang yang mengambil ikan-ikan di Korea menggunakan peralatan mereka yang canggih. Petani juga mengeluhkan mengenai biaya kirim yang mahal apabila ingin menjual hasil pertanian.

Baca juga :Awal Sejarah Korea

Kelompok Tonghak bergerak dari Kota Jeonju menuju ke Kota Seoul. Pemerintah Jeonju merasa tidak sanggup melawan para pemberontak, dan meminta bantuan kepada pemerintah pusat. Pemberontakan semakin tidak dapat dikontrol karena jumlah pemberontak yang semakin banyak. Kemudian para pemberontak bergerak menuju ke selatan hingga Pelabuhan Mokpo. 

Pemerintah Korea yang kewalahan akhirnya meminta bantuan kepada bantuan kepada Pemerintah Cina yang ditanggapi dengan sigap dengan mengirimkan kapalnya ke Teluk Asan. 

Akan tetapi pengiriman pasukan ke Korea ini dilakukan tanpa memberitahu terlebih dahulu kepada Jepang, sehingga Jepang menganggap ini sebagai pelanggaran perjanjian Tianjin (Vinacke, 135).

Jepang juga mengirimkan pasukannya ke wilayah Korea dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, sebagai alasan untuk membantu Korea melawan para pemberontak. 

Selanjutnya Jepang mendesak Cina agar segera mengakui kemerdekaan Korea, dan menyerang Istana Gyeongbok lalu menangkap para pejabat dan keluarga kerajaan yang pro Cina. 

Setelah peristiwa itu, terjadi Serangan Pungdo. Akibatnya pada bulan Juli 1894, Pemerintah Cina menyatakan perang terhadap Jepang.

Perang Cina-Jepang I terjadi di beberapa wilayah dan waktu tertentu. Perang pertama adalah Perseteruan Seonghwan pada 29 Juli 1894. 

Tentara Jepang melakukan penyerangan secara mendadak terhadap Cina di Teluk Asan, namun Cina enggan membalasnya. Cina memutuskan untuk merusak jalan, jembatan, dan membuat parit untuk menghalau pasukan Jepang yang sedang bergerak menuju Seonghwan. 

Tetapi pasukan Jepang dapat meledakkan meriam-meriam di parit yang dibuat oleh pasukan Cina. Perseteruan Seonghwan dimenangkan oleh Jepang.

Yang kedua adalah Pertarungan Pyongyang yang terjadi pada 15 September 1894. Di pertarungan ini, pasukan Cina ingin menyerang Jepang melalui jalur darat dan laut. Jepang berusaha mengirim mata-mata, namun berhasil diketahui pasukan Cina. 

Kondisi geografis Kota Pyongyang sebenarnya menguntungkan pihak Cina, karena dikelilingi oleh Sungai Daedong dan bukit-bukit sehingga pasukan Jepang kesulitan untuk menerobos Kota Pyongyang. 

Namun nyatanya pasukan Jepang dapat tiba di Kota Pyongyang dan merampas semua perbekalan makanan dan persenjataan milik pasukan Cina. 

Pasukan Cina semakin dipukul mundur dan menuju ke arah Uiju, sedangkan pasukan Jepang semakin mudah bergerak menuju Sungai Yalu dan bersiap untuk menyeberang ke wilayah Cina.

Pertempuran Sungai Yalu, terjadi pada 17 September 1894, merupakan pertempuran mendadak tanpa ada perencanaan sebelumnya. Pertempuran ini terjadi pada saat bertemunya kapal dari kedua belah pihak saat sedang konvoi. 

Kedua belah pihak saling bersiap untuk melakukan serangan mendadak. Pertarungan ini terjadi hanya sekitar 5 jam, dengan hasil Jepang menenggelamkan lima kapal Cina dan merusak kapal lainnya, sedangkan Cina berhasil merusak Mastsushima, Hiei, Akagi, dan Saikyo Maru.

Pertempuran terakhir terjadi di daratan Cina. Jepang mulai menguasai beberapa kota di Cina yang semakin mendekati ke arah Beijing, yang merupakan ibukota Cina. Akibat dari kemenangan Jepang di Sungai Yalu, akhirnya mempermudah pasukan Jepang untuk menguasai Kota Jiuliancheng. 

Selanjutnya pasukan Jepang bergerak menuju Kota Andong (Dandong, sekarang). Pasukan Jepang menyerang pasukan Cina di malam hari, sehingga pasukan Cina tidak dapat melakukan persiapan untuk menghadapi Jepang. Akhirnya kota Andong jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 26 Oktober.

Baca juga : Jalan Qianmen, Pusat Bisnis Sejak Dinasti Qing

Selanjutnya Kota Mukden (Shenyang, sekarang) menjadi target Jepang berikutnya. Selain itu pasukan Jepang juga menuju ke Port Arthur untuk menguasai Semenanjung Liaodong, dan menyeberang Kota Weihai, Provinsi Shandong. 

Sebagian pasukan Jepang menuju ke utara dan berhasil menduduki Kota Haicheng di Provinsi Liaodong, yang merupakan wilayah Manchuria. Terjadi perebutan Kota Haicheng, namun Cina gagal memukul mundur pasukan Jepang. Jepang juga melakukan ekspansi ke wilayah Pulau Formosa atau Taiwan.

Pada akhirnya Cina menyerah terhadap Jepang melalui Perjanjian Shimonoseki pada tanggal 17 April 1895 (Clide, 182). Isi dari perjanjian tersebut antara lain:

  1. Cina mengakui kemerdekaan Korea dan pengiriman upeti ke Cina diberhentikan
  2. Penyerahan Pulau Formosa dan Semenanjung Liaodong bagian timur
  3. Cina harus membayar ganti rugi kepada Jepang sebesar 200 juta tahil (300 juta Yen)
  4. Jepang diperbolehkan melakukan perdagangan di Provinsi Heibei (Kota Shashi), Provinsi Shichuan (Kota Chongqing), Provinsi Jiangsu (Kota Suzhou), dan Provinsi Zhejiang (Kota Hangzhou).

Perang Cina-Jepang I resmi berakhir, dengan hasil dimenangkan oleh pihak Jepang.

  • Dampak Perang Cina-Jepang I

Perang Cina-Jepang I mengakibatkan kerugian yang luar biasa bagi Cina, karena harus membayar kerugian sebesar 300 juta Yen kepada Jepang. Selain itu, wilayah kekuasaan Cina juga berkurang karena telah berhasil direbut oleh Jepang. 

Cina kehilangan pemasukan upeti dari Korea, serta tidak memiliki wewenang atau kuasa atas perdagangan yang dilakukan oleh Jepang di wilayah kekuasaannya sendiri.

Di lain pihak, Jepang sebagai pemenang perang menjadi negara terkuat di wilayah Asia Timur karena telah berhasil mengalahkan Cina. Wilayah kekuasaan Jepang pun bertambah akibat dari hasil perebutan wilayah dengan Cina, khususnya wilayah Korea yang telah menjadi incaran Jepang. Jepang juga bebas melakukan perdagangan di beberapa wilayah di Cina.

Baca juga : Sejarah & Kebudayaan Manchuria Era Dinasti Qing

Kesimpulan

Perang Cina-Jepang I terjadi pada 1 Agustus 1894 hingga 17 April 1895. Saat itu Cina sedang dalam masa pemerintahan Dinasti Qing dan Jepang dalam pemerintahan Kaisar Meiji. 

Perang ini merupakan akibat dari keinginan Jepang untuk mengambil alih Korea, dan permohonan Korea kepada Jepang untuk mengusir Cina dari wilayahnya, akhirnya perang ini pun tak dapat dihindarkan.

Perang ini merupakan perang dalam memperebutkan dan memperluas wilayah kekuasaan dari masing-masing negara, khususnya wilayah Korea. 

Korea dianggap sebagai negara strategis yang kaya akan bahan mentah yang dibutuhkan Jepang sebagai bahan baku industrinya. Namun Korea merupakan negara vasal Cina, sehingga terjadilah perebutan wilayah Korea antara Cina dan Jepang. Dari perebutan wilayah Korea, terjadilah perebutan wilayah yang lebih luas lagi hingga ke wilayah Manchuria.

Perang Cina-Jepang I berakhir setelah terjadinya Perjanjian Shimonoseki pada tanggal 17 April 1895. Yang dimana perjanjian tersebut sangat merugikan Cina dan sebaliknya sangat menguntungkan Jepang sebagai pihak pemenang dari perang ini.

Daftar Pustaka
Agung, Leo. 2007. Sejarah Asia Timur I. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press).
Amry Panindra. 2014. Perang Cina--Jepang 1894--1895. Makalah.
B, Rahardi dan Sri Handayani dan Sumarjono. 2008. Zaibatsu's Role in Development of Japan in the Meiji's Emperor Period of Year 1868-1912. Jurnal Historica.
vol. 2 (1).
Clide, Paul H. A History of The Far East of The Western Impact and The Eastern Response (1830 -- 1965). New Jersey: Prentince-Hall, Inc.
Shu, Immanuel C.Y. (1975). The Rise and Modern China. Hongkong: Oxford University Press
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. Taniputera, Ivan. 2008. History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Vinacke, M. Harold. 1950. A History of The Far East in Modern Times. New York: Appletton-Century Crofts, inc.
Woo-Keun, Han. 1970. The History of Korea. Seoul: The Eul-Yoo Publishing Company.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun