Mohon tunggu...
Aulia Mauriza
Aulia Mauriza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sosiologi

Aktif menulis untuk kepentingan perkuliahan

Selanjutnya

Tutup

Film

Perspektif Sosiologi Ekonomi dalam Film Buy Now: The Shopping Conspiracy

26 Desember 2024   17:16 Diperbarui: 26 Desember 2024   17:16 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada Bulan November lalu, Netflix merilis sebuah film dokumenter berjudul Buy Now: The Shopping Conspiracy yang memiliki tema utama, yakni konsumerisme sebagai gaya hidup. Film ini berhasil mengungkap konsumerisme yang sejatinya mengelilingi kehidupan kita sebagai individu maupun masyarakat. Hal ini dikemukakan sendiri oleh berbagai ahli, tokoh, dan aktivis yang sempat bekerja di bidang FMCG (Fast Moving Consumer Goods), alat elektronik, fashion meliputi sepatu, baju, dan lain sebagainya. Mereka berbicara mengenai manipulasi yang dibuat oleh pihak perusahaan terhadap konsumen contohnya, yakni pembuatan iklan yang dilebih-lebihkan untuk menunjukkan keunggulan produk dan mendorong masyarakat untuk berbelanja produk tersebut tanpa memperhatikan kebutuhan asli masyarakat. Dimulai dari manipulasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap suatu produk yang dimilikinya, berbohong demi kepuasan masyarakat, membangkitkan alam bawah sadar masyarakat untuk terus berbelanja, sampai pada penjelasan mengenai dampak lingkungan mulai dari produksi sampah akibat pembuatan produksi berulang hingga perubahan iklim akibat penumpukan sampah.  Manipulasi iklan yang dimaksud sebelumnya ini merujuk pada sebuah mekanisme yang dilakukan perusahaan guna memberikan informasi mengenai barang atau produk dan yang tidak kalah penting adalah menciptakan keinginan konsumen untuk menumbuhkan kebutuhan baru. Di balik pembuatan iklan tersebut, perusahaan menggunakan data pendukung lainnya untuk membuat iklan secara terperinci agar iklan yang disampaikan akan berkesan dan berpengaruh bagi konsumen. Selain iklan, adanya promosi dan diskon seringkali terlihat besar dan merupakan penawaran yang bagus untuk dapat diambil oleh konsumen. Namun, hal tersebut merupakan salah satu permainan perusahaan untuk menarik konsumen walaupun sebenarnya konsumen tidak sedang membutuhkan barang atau produk tersebut.

Dengan dirilisnya film ini, tidak dapat dipungkiri bahwasanya teknologi akan menciptakan pola konsumsi berlebih. Hal ini juga tidak luput dari peran algoritma, e-commerce, seperti amazon, shopee, tokopedia, dan lainnya, serta berbagai kemudahan yang dimiliki konsumen untuk membeli suatu barang atau produk. Seiring berkembangnya zaman, teknologi yang ada di dunia, terutama negara maju sangat berdampak signifikan bagi perusahaan-perusahaan ritel seperti yang ada pada film tersebut. Dengan fitur teknologi yang semakin berkembang, pihak perusahaan memiliki kuasa untuk membuat konsumen tunduk diiringi dengan algoritma dan kemudahan berbelanja di platform e-commerce. Seiring dengan majunya teknologi dibuktikan dengan algoritma, perkembangan platform e-commerce pun memberikan keunggulannya berupa kemudahan dalam berbelanja, seperti tombol ‘buy now’ dan akses lainnya yang menarik konsumen untuk cenderung lebih impulsif dalam membuat keputusan membeli sebuah barang atau produk yang ada.

Tidak hanya itu, dalam film ini diungkapkan pula mengenai ketimpangan ekonomi dan hubungan kekuasaan dalam kapitalisme. Hal ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni kuasa korporasi atau perusahaan, eksploitasi pekerja atau pegawai, dan konsumerisme sebagai kontrol sosial. Kuasa korporasi atau perusahaan disini mengacu pada mekanisme pasar dan perusahaan yang mana perusahaan sebagai pembuat barang atau produk memiliki wewenangnya sendiri untuk membuat iklan seperti apa, bahan dasar produknya seperti apa, strategi promosinya bagaimana, dan lain sejenisnya. Wewenang ini cenderung dimanipulasi oleh pihak perusahaan untuk menunjukkan konsumerisme masyarakat yang mana hal tersebut berakibat pada timbulnya masalah-masalah sosial yang lebih besar termasuk kerusakan lingkungan. Selain berbicara mengenai kekuatan dan wewenang perusahaan, eksploitasi pekerja pun menjadi poin utama dalam ketimpangan ekonomi dan hubungan kekuasan yang mana para pekerja tidak diberikan upah atau gaji yang sesuai dengan kinerja mereka selama di perusahaan ritel tersebut. Untuk menghasilkan produk dengan harga murah, korporasi atau perusahaan juga menekan biaya yang dikeluarkan untuk upah para pekerja. Hal ini yang menyebabkan adanya hubungan kekuasaan dengan ketimpangan ekonomi. Ahli, tokoh, dan aktivis perusahaan yang sudah kaya menjadi semakin kaya dan berbanding terbalik dengan para pekerja yang bahkan tidak mendapatkan upah cukup dari kerja keras mereka.

Dapat ditarik benang merah bahwasanya film Buy Now: The Shopping Conspiracy ini mengajak dan mengajarkan kepada kita sebagai konsumen untuk dapat merenungkan gaya hidup, perilaku konsumsi, dan dampaknya terhadap lingkungan agar kita dapat mempertanyakan mengenai kebutuhan akan barang atau produk tersebut, apakah penting, apakah barang atau produk tersebut dapat digunakan dalam waktu dan jangka waktu yang panjang, apakah barang atau produk tersebut memiliki fungsi yang memang dibutuhkan, dan lain sebagainya. Dengan adanya film tersebut, diharapkan masyarakat di negara maju maupun negara berkembang menjadi konsumen yang cerdas dengan ikut memilih perusahaan yang mengutamakan keberlanjutan dan etika bisnis maupun lingkungan, serta dapat berpartisipasi dalam komunitas atau organisasi yang berkaitan dengan lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari perilaku konsumsi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun