Mohon tunggu...
Aulia Maghfirotul
Aulia Maghfirotul Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

muda, beda, sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tetap Lebih Baik Terlambat

3 Oktober 2014   04:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejujurnya, saya termasuk orang yang tidak suka dengan keterlambatan. Entah itu saat kuliah berlangsung atau ketika kita membuat janji dengan seseorang. Saya tidak munafik, semua orang pasti pernah terlambat. Terkadang keterlambatan menjadi hal yang sulit dihindari karena satu dan lain hal. Satu dan lain hal yang sering kita sebut dengan alasan. Alasan yang bisa jadi diterima atau ditolak.


Don't waste your time with explanations: people only hear what they want to hear.”
―Paulo Coelho

Berbicara tentang keterlambatan, ada salah satu dosen saya yang punya toleransi tinggi terhadap kesalahan yang satu ini. Kata beliau, "mahasiswa mau telat berapa menit, berapa jam pun tetap saya izinkan masuk karena saya tahu mereka datang ke sini untuk belajar". Walaupun dengan keterlambatan tersebut mahasiswa bisa dikatakan tidak niat sejak awal karena tidak bisa menghargai waktu, menurut saya. Well, saya pikir saya terlampau idealis mengatakan opini demikian. Namun di sisi lain saya tidak bisa menyalahkan kalimat dosen saya di atas karena saya paham benar bahwa setiap mahasiswa bertujuan untuk belajar di kampus.

Kembali ke judul di atas, nampaknya saya ingin membagi beberapa hal dengan teman-teman tentang keterlambatan fatal yang pernah saya lakukan. Baiklah, mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana ini.

"Apa cita-cita anda?"

Kalau teman-teman merasa bingung untuk menjawab pertanyaan di atas, maka saya akan mengubah pertanyaannya.

"Untuk apa anda hidup?"

Basic question yang seharusnya bisa kita jawab dengan mudah JIKA dan HANYA JIKA kita TIDAK TERLAMBAT menyadari apa hakikat hidup ini. Kalau anda masih juga bingung menjawab pertanyaan di atas, maka saya nyatakan anda juga melakukan kesalahan yang sama dengan saya; kita sama-sama terlambat.

Tahun ini menjadi tahun ke-18 bagi saya menghirup udara segar pemberian cuma-cuma dari Allah swt. Begitu banyak hal luar biasa yang terjadi di kehidupan saya, tetapi seberapa sering saya bersyukur atas segala nikmat itu mungkin bisa dihitung dengan jari. Parahnya, baru saat saya mulai menginjakkan kaki di tanah rantau dan menyandang status mahasiswa, saya bisa mengetahui jawaban dari kedua pertanyaan di atas yang berkaitan dengan keterlambatan saya menyadari apa hakikat hidup di dunia ini.

Hidup hanya satu kali maka manfaatkan dengan sebaik mungkin.

manfaatkan dengan sebaik mungkin. Ya, pengertian 'manfaat' di sini sengaja saya underline karena saya ingin meluruskan persepsi teman-teman tentang satu kata berjuta makna ini.

Banyak hal yang mendatangkan manfaat BUKAN HANYA untuk diri kita sendiri TETAPI JUGA untuk orang-orang di sekitar kita. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi pribadi yang lebih mensyukuri hidup dan memahami apa hakikat kehidupan, mengerti apa cita-cita kita ketika kita dewasa kelak. Menurut agama yang saya yakini, suatu hari setelah kita meninggal kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan di dunia. Akan ada kehidupan baru dimana bekal untuk kehidupan tersebut hanya bisa kita pupuk saat di dunia ini, benar?

Tenang, masih ada waktu untuk mencari bekal masa depan walaupun umur manusia hanya Dia yang tahu. Maka, sebelum atau sesudah kitamenyadari keterlambatan itu, mari gunakan sisa-sisa napas yang ada untuk memaknai hidup dan menjadi bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Toh, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali..

Tulisan pertama saya di kompasiana.  Kesannya terlalu general dan tidak spesifik. Well, setiap kesalahan bisa menjadi manfaat bila kita bisa mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama di masa depan, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun