Mohon tunggu...
Aulia Kholilah
Aulia Kholilah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana UNISMA BEKASI dan Direktur Al-Qur'an SMA Model Ar-Riyadh IC

mengajar alquran dan mahasiswi pascarasarjana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemandangan Pendidikan Abad 21

2 Agustus 2024   10:15 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang menggabungkan kecakapan literasi, kemampuan pengetahuan, keterampilan, perilaku, serta penguasaan teknologi. Untuk itu di abad ini peserta didik tidak hanya dituntut untuk mahir dalam ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, peserta didik juga harus terampil dalam menggunakan teknologi, menjadi insan literat, serta berakhlak yang baik. Itulah mengapa kompetensi yang harus dimiliki di abad 21 ini disebut sebagai 4C yang mencakup creativity and innovation, collaboration, communication, and critical thinking and problem solving. Selain itu juga pembelajaran di abad ini harus berbasis HOTS (high order thinking skill) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Saat ini kita sedang menekuni sebuah kurikulum, sebut saja Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini di gadang-gadangkan sebagai sebuah inisiatif pendidikan yang menekankan fleksibilitas, kemandirian dan penyesuaian pembelajaran dengan kebutuhan dan potensi siswa. Karena di dalamnya kita, baik guru ataupun murid bisa dengan fleksibel dalam pembelajaran.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi sekolah dan guru untuk menentukan materi dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini memungkinkan pendidikan yang lebih relevan dan kontekstual dengan lingkungan lokal.

Selain itu juga kurikulum ini dianggap mampu mengembangkan kemandirian siswa yang didorong untuk lebih mandiri dalam belajar. Mereka diberikan kesempatan untuk memilih mata pelajaran atau topik yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan dalam proses belajar. Kurikulum Merdeka juga fokus pada pengembangan kompetensi siswa, bukan hanya pada penguasaan materi. Kompetensi seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi menjadi prioritas, yang penting untuk menghadapi tantangan abad 21.

Kurikulum Merdeka mendukung pembelajaran berbasis proyek, yang memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman nyata dan praktik langsung. Ini membantu siswa menghubungkan teori dengan praktik dan mengembangkan keterampilan problem solving. Kurikulum Merdeka membuka peluang besar untuk integrasi teknologi dalam proses pembelajaran. Penggunaan teknologi dapat mendukung pembelajaran yang lebih interaktif, menarik, dan efektif.

Selain kelebihan yang dirasakan namun kurikulum merdeka juga mempunyai banyak tantangan dalam mengimplementasikannya, diantaranya adalah kesiapan guru dan sekolah karena tidak semua guru dan sekolah mungkin siap untuk mengadopsi perubahan yang signifikan ini. Pelatihan dan dukungan yang memadai sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasi. Selain itu kurikulum merdeka membutuhkan sumber daya dan infrastruktur yang memadai, termasuk akses teknologi, materi pembelajaran yang bervariasi, dan lingkungan belajar yang mendukung. Sistem itu ada sistem penilaian dan evaluasi perlu disesuaikan dengan pendekatan Kurikulum.

Di era zaman sekarang dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, pastinya juga akan berpengaruh pada aspek Pendidikan. Terlebih lagi teknologi yang berkaitan dengan kecerdasan atau disebut dengan AI (Artificial Intelligence). AI adalah kecerdasan buatan yang di buat oleh manusia dalam berbagai bidang. Cara kerjanya juga bisa dibilang sangat keren, karena ia dapat menyerap data, bisa mempelajari data, mengambil keputusan, bisa menjadi asisten karena bisa menyajikan data yang diinginkan oleh manusia dalam segala hal. Bahkan yang terbaru sangat mengerikan AI ini sampai bisa memberikan nasihat yang sangat sesuai dengan keadaan seseorang. Belum lagi AI ini sangat memudahkan manusia dalam mengerjakan sesuatu. Namun walau semudah apapun dan secerdas apapun AI dalam dunia pendidikan, sosok dari guru tetap harus lebih penting. Karena seperti yang dikatakan oleh Kyai Haji Imam  Zarkasyi bahkan ruhul mudarris itu lebih penting dari pada sosok guru itu sendiri.

Kurikulum Merdeka dengan adanya AI tidak hanya memudahkan proses belajar mengajar, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk masa depan yang lebih baik dengan keterampilan yang relevan dan adaptif terhadap perubahan teknologi. Namun terjadi pukulan telak seakan menghajar dunia intelektual. Kalangan intelek, yang seharusnya memiliki integritas tinggi, justru terjebak dalam rangkaian kedustaan. Kalau menurut saya jika AI hanya digunakan sebagai alat bantu yang memudahkan halal-halal saja jika memang si pemakainya bisa bijaksana. Jangan sampai hidupnya benar-benar ketergantuangan dengan AI apalagi untuk hal yang kurang baik. Sekali lagi penggunaan teknologi yang memudahkan kita haruslah bijakasana dalam menanggapinya.

Di dalam buku karangan Rhenald Kasali tentang Self Driving ada 7 element self driving yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mempunyai jiwa pengemudi, yaitu: Self discipline (disiplin diri), Growth mindset (berpikiran yang berkembang), Creative thinking (berpikir kreatif), Critical thingking (Berpikir kritis), Risk taker (siap mengambil resiko), Power of simplicity (kekuatan dari kesederhanaan) dan Play to win (bermain untuk menang).

Jadi untuk menjadi seorang yang bisa mengemudikan dirinya sendiri haruslah mempunyai ketujuh elemen di atas. Sedangkan jika kita mengasah otak dan hanya memanjakannya dengan segala kemudahakan yang disajikan oleh AI maka bagaimana otak kita bisa berfikir lebih  kritis, kreatif, berkembang dan lain sebagainya. Maka penggunaan AI boleh saja asal kita penggunanya masih tetap bijaksana dan masih ada keinginan membaca dan mendalaminya dan membiarkan otaknya terbiasa dengan kemudahan yang sebenarnya bisa menumpulkan otak.

Penjelasan lebih jelas tentang fikiran yang berkembang juga terdapat di dalam buku Growth mindset karya carol s. dweck. Dimana manusia itu terbagi menjadi dua tipe pikiran, ada yang pikirannya berkembang dan ada yang berpikir tetap. Manusia dengan pikiran tetap akan berfokus pada kesulitannya, namun manusia yang berpikir berkembang akan fokus pada hal yang bisa diraihnya walau dalam keadaan yang sulit dia akan fokus kepada jalan keluarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun