Mohon tunggu...
Aulia Isnaini
Aulia Isnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Perpustakaan, Universitas Diponegoro

stratostella.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genrefication di Perpustakaan FPIK Undip: Temu Balik Informasi dengan Warna

10 Februari 2023   19:33 Diperbarui: 10 Februari 2023   19:39 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna-warni label koleksi di Perpustakaan FPIK/dok.pribadi

Ketika datang ke sebuah perpustakaan, seorang pengunjung mungkin bertanya-tanya: bagaimana buku-buku di tempat ini disusun? Sebagian orang datang ke perpustakaan untuk mencari buku yang spesifik, sementara lainnya belum memiliki gambaran persis akan buku yang ingin mereka baca. Perpustakaan diharapkan mampu menyusun koleksi mereka agar mudah ditemukan oleh para pemustaka yang maksud kedatangannya bermacam-macam dan sistem klasifikasi koleksi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ini.

Di dunia perpustakaan sendiri, sistem klasifikasi perpustakaan telah banyak dikembangkan untuk menciptakan metode penyusunan yang baku di dalam perpustakaan. Sistem klasifikasi perpustakaan yang paling populer dan banyak digunakan hingga saat ini sendiri Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1876 oleh Melvil Dewey.

 Sementara sistem klasifikasi ini adalah sebuah pengetahuan umum bagi para pustakawan dan mahasiswa Ilmu Perpustakaan, sistem klasifikasi yang membagi koleksi ke dalam kotak-kotak kelas, dari kelas 000 hingga kelas 990, ini merupakan hal yang asing bagi masyarakat umum. Angka-angka DDC tidak banyak membantu mereka yang tidak tahu menahu tentang klasifikasi. Di beberapa perpustakaan, kreativitas pustakawan diperlukan untuk menciptakan cara penemuan koleksi yang lebih mudah dibandingkan sistem baku yang umum dipakai.

Sebagai salah satu perpustakaan yang berada di bawah UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro, Perpustakaan FPIK Undip melayani kebutuhan informasi para mahasiswa yang berasal dari enam departemen studi yang ada di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selain menyediakan koleksi yang membahas informasi yang terkait dengan program studi yang ada di FPIK, Perpustakaan ini juga menyediakan koleksi dari bidang ilmu yang lebih umum, contohnya adalah koleksi yang memiliki subjek cabang keilmuan Sains seperti Matematika, Fisika, dan Kimia. 

Statusnya sebagai Perpustakaan Fakultas yang sama artinya dengan pemustakanya memiliki kebutuhan informasi yang masih satu rumpun membuat tidak banyak perbedaan nomor klasifikasi DDC yang kerap muncul dalam identitas koleksi. Jika koleksi secara mutlak disusun berdasarkan nomor klasifikasinya, seorang mahasiswa yang datang untuk mencari referensi bisa saja kesulitan menemukan apa yang dia inginkan dikarenakan kuantitas sebuah koleksi yang secara masif berkumpul di rak kelas klasifikasi yang sama.

Untuk menghadapi dilema ini, Perpustakaan FPIK UNDIP menerapkan Genrefication dalam penyusunan koleksinya. Genrefication, atau dapat diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Genrefikasi, merupakan sebuah proses mengatur, mengklasifikasikan, dan mengkategorikan item ke dalam genre. Sistem penyusunan koleksi ini mulanya populer di tempat seperti toko buku dan toko musik, dimana barang-barang di dalam toko disusun berdasarkan genre sehingga pembeli akan mudah menemukan apa yang mereka cari. Beberapa pustakawan kemudian menggunakan sistem yang sama, mengesampingkan beberapa aturan klasifikasi baku yang dimiliki DDC untuk menciptakan sistem perpustakaan yang lebih nyaman untuk pemustaka mereka. Genrefication memungkinkan Perpustakaan FPIK UNDIP mengatur koleksi mereka sesuai dengan kebutuhan civitas academica FPIK. 

Di Perpustakaan FPIK UNDIP, koleksi disusun berdasarkan topik subjek keilmuan mereka; Ilmu Kelautan, Pangan, Ekologi, Perikanan, dan lain-lain. Menariknya, Genrefication tidak berhenti pada pemisahan koleksi sesuai topik studi. Seperti perpustakaan lain, koleksi diberikan penanda dalam bentuk label di punggung buku untuk mempermudah dalam membedakan kategori. 

Namun, dibanding membedakan penyusunan koleksi dengan angka, perpustakaan ini memilih warna. Koleksi diberikan label warna sesuai dengan topik subjek mereka; merah muda menyala untuk Ilmu Kelautan, biru tua untuk Matematika, toska untuk Ekologi---setiap subjek memiliki warnanya sendiri, menimbulkan kesan perpustakaan yang cerah dan bersemangat karena banyak hadir warna-warni di segala sudut. Tidak hanya terbatas pada koleksi sirkulasi, label warna juga digunakan untuk koleksi skripsi milik Perpustakaan FPIK UNDIP  dimana setiap program studi memiliki warna uniknya sendiri.

Sekilas, Genrefication  yang dilakukan Perpustakaan FPIK ini terlihat mudah. Membedakan koleksi dan memberi label pada buku tidak terdengar seperti pekerjaan yang sulit. Namun, bahkan dengan bantuan empat mahasiswa dari program studi Ilmu Perpustakaan yang sudah tidak asing dengan sistem klasifikasi, kegiatan ini tetap membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan ketelitian. 

Tidak hanya dalam proses pemasangan label yang membutuhkan ketekunan, tetapi dalam penentuan topik subjek sebuah koleksi juga membutuhkan ketelitian dan pengetahuan yang mumpuni. Pustakawan perlu memiliki setidaknya pemahaman umum akan bidang ilmu dari koleksi yang tengah diolah karena koleksi tidak bisa sembarang dikategorikan. Hambatan ini membuat banyak pustakawan yang enggan melakukan Genrefication; tidak mudah untuk mendedikasikan waktu dan usaha yang diperlukan untuk merestrukturisasi sistem klasifikasi perpustakaan ketika banyak pekerjaan lain yang perlu dilakukan. Hanya saja, seperti yang sudah dilakukan Perpustakaan FPIK UNDIP, kegiatan ini menciptakan banyak manfaat dalam kelancaran operasional perpustakaan.

Mahasiswa magang dari Ilmu Perpustakaan UNDIP bersama pustakawan FPIK melakukan berbagai kegiatan pengolahan dengan tujuan genrefikasi koleksi/dok.pribadi
Mahasiswa magang dari Ilmu Perpustakaan UNDIP bersama pustakawan FPIK melakukan berbagai kegiatan pengolahan dengan tujuan genrefikasi koleksi/dok.pribadi

Untuk pustakawan sendiri, melakukan Genrefikasi menciptakan kesempatan untuk sekaligus melakukan penyiangan (weeding) koleksi dan untuk memeriksa apakah ada kesalahan dalam inventaris koleksi yang mungkin dulu dilakukan. Selain itu, pustakawan dapat menjadi familiar dengan koleksi perpustakaannya. Bahkan untuk pustakawan profesional yang telah lama bekerja di perpustakaan, tidak mudah bagi pustakawan untuk mengingat semua arti dari angka-angka klasifikasi DDC. Di Perpustakaan FPIK UNDIP dimana koleksi dapat dibedakan dari warna labelnya, pustakawan dapat dengan mudah mengenali koleksi dan mengingat posisi mereka dengan lebih jelas. Hal ini tentunya sangat memudahkan pekerjaan pustakawan dalam kegiatan seperti kegiatan shelving.

Genrefication yang disempurnakan dengan warna ini juga tentunya sangat menguntungkan bagi pemustaka. Mahasiswa yang datang ke Perpustakaan FPIK dapat dengan mudah menemukan informasi yang mereka inginkan secara mandiri. Hal ini sangat membantu mereka yang terlalu malu dan merasa tidak nyaman untuk meminta bantuan pustakawan dalam mencari kebutuhan informasi mereka. 

Nilai utilitas dari sistem klasifikasi yang diterapkan Perpustakaan FPIK UNDIP ini sangat terasa dalam penggunaan koleksi skripsi, dimana mahasiswa dapat dengan mudah menemukan skripsi spesifik yang mereka cari dengan melihat warna serta nomor urut dari judul skripsi tersebut. Selain itu penggunaan label warna juga tidak terbatas pada memudahkan pemustaka dalam melakukan temu balik informasi, tetapi dapat menarik minat mahasiswa untuk kembali ke perpustakaan karena perpustakaan jauh dari kata monoton dan membosankan.

Koleksi Skripsi milik Perpustakaan FPIK UNDIP/dok.pribadi
Koleksi Skripsi milik Perpustakaan FPIK UNDIP/dok.pribadi

Tentunya, sebagai perpustakaan yang berada di lingkungan akademik, seseorang yang berasal dari latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan dapat merasakan kebingungan dengan cara Perpustakaan FPIK UNDIP mengatur koleksinya karena tidak sama persis dengan sistem klasifikasi tradisional yang diajarkan di kelas. Namun, realitas lapangan tidak dapat dipaksakan untuk sama dengan teori. Seiring dengan kemajuan zaman, klasifikasi perpustakaan sudah seharusnya tidak lagi terikat dengan standar atau alat dari masa lalu. Bagaimana pun juga, koleksi ada untuk pemustaka. Daripada mengikuti sistem tradisional secara penuh, perpustakaan perlu menempatkan kemudahan akses pemustaka sebagai prioritas utama dalam melakukan klasifikasi koleksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun