Mohon tunggu...
Aulia Indra Ramadhani
Aulia Indra Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Malang

Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Brains Development in Early Childhood

21 April 2022   12:33 Diperbarui: 21 April 2022   12:47 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sains memberitahu kita bahwa pengalaman yang kita dapat di usia tahun pertama dapat mempengaruhi arsitektur fisik otak yang sedang berkembang. Ini berarti bahwa otak tidak stag disitu saja, tetapi juga harus dibangun atau dikembangkan dari waktu ke waktu.

Otak dapat diibaratkan seperti rumah. Rumah yang kuat, bagus, kokoh harus memiliki fondasi yang kuat, begitu juga dengan otak yang membutuhkan fondasi yang kuat untuk mendukung semua perkembangan anak di masa depan. Dengan membangun atau menciptakan interaksi yang positif dan pola asuh yang tepat akan berdampak pada arsitektur otak yang sedang berkembang. Membangun fondasi yang kuat sejak bayi, itu merupakan dasar yang baik untuk kesehatan mentalnya nanti.

Lalu munculah pertanyaan bagaimana membangun fondasi yang kuat untuk anak? Para ahli otak menyebutkan dengan service and return. Dapat dibayangkan seperti pertandingan tenis antara orang tua dengan anak, tetapi alih-alih memukul bola bolak-balik melintasi jaring, berbagai bentuk komunikasi yang terjadi di antara orang tua dengan anak bisa dari kontak mata, sentuhan, menyanyi. Interaksi tabg terus diulang-ulang merupakan batu batu yang dapat membangun fondasi yang bagus untuk semua perkembangan pada anak di masa depan.

Selain interaksi yang sehat, pengalaman juga membangun perkembangan otak seperti stress. Stress bertemu orang baru atau setres belajar merupakan stress yang sehat, karena dapat mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi tantangan di masa depan. Ada pula stress yang tidak sehat, seperti toxic stress. Toxic stress tidak baik bagi perkembangan otak anak. Contoh dari toxic stress yaitu seperti pelecehan, anak tidak diperhatikan akan memberikan efek stress pada anak, anak akan merasa bahwa dia tidak memiliki dukungan dari belakang dalam setiap masalah yang ia hadapi.

Tanpa fondasi yang kokoh dapat merusak perkembangannya, dan dapat beresiko mengalami masalah kesehatan terkhususnya kesehatan mentalnya seumur hidupnya. Semua anak di dunia ini adalah anak yang luar biasa. Apa yang membuat mereka luar biasa? Apakah mereka memiliki energi yang tiada habisnya?. Otak mereka yang membuat mereka menjadi luar biasa. Otak manusia itu merupakan hal yang paling komplek di dunia.

Pada saat usia 5 tahun pertama anak, tingkat perkembangan otak sangat cepat. 60% dari semua energi si baby terkonsentrasi pada otak. Faktanya 90% perkembangan otak pada anak terjadi sebelum anak masuk ke jenjang sekolah. Di umur 5 tahun pertama anak, saatnya otak dibangun dengan optimal untuk memastikan mereka dapat dan layak mendapatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya.

Di usia 5 tahun, otak anak memiliki koneksi saraf dua kali lebih banyak dari orang dewasa. Ini merupakan kesempatan yang harus dioptimalkan atau kehilangan kesempatan ini yang akan berdampak pada masa depan anak. Koneksi pada saraf yang digunakan secara teratur akan tumbuh dan menjadi permanen.

Kita akan kehilangan sekitar 50% koneksi saraf ketika kita bertambah dewasa. Otak pada anak usia dini juga dapat diibaratkan seperti tanaman yang masih muda. Jika ia diberi air secara teratur, mendaoatkan sinar matahari yang cukup, mendapat perhatian yang baik tumbuhan tersebut akan tumbuh dengan sehat dan baik. 

Begitu juga sebaliknya, jikia tumbuhan tersebut tidak dirawat dengan baik diletakkan di tempat yang minim cahaya, tumbuhan tersebut akan layu. Itu lah otak pada anak usia dini, sangat penting mengoptimalkan otak pada masak kanak-kanak. Ada satu kata yang bagus yang saya kutip dari kanal YouTube NSPCC yaitu, “To Build Better Futures, We Need To Build Better Brains.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun