Mohon tunggu...
Aulia Gurdi
Aulia Gurdi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

spread wisdom through writing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Antara Saya, Kompasiana dan Fenomena “Blog Sebelah”

11 April 2014   17:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_331180" align="aligncenter" width="630" caption="www.kompasiana.com"][/caption]

Artikel ini lahir sebagai sebuah catatan perjalanan kebersamaan saya dengan Kompasiana. Sedianya apa yang ingin saya tulis ini, sebagiannya ingin saya sampaikan langsung di acara Nangkring Kompasiana beberapa hari lalu. Namun sayang, karena satu kendala saya tak bisa hadir.

Sejarah saya dengan Kompasiana lumayan panjang dan berwarna. Selama ini, bagi saya Kompasiana bukan sekedar storage, penampung karya sederhana saya yang selama ini menjadi katarsis pemecah rasa jemu akan rutinitas hidup  saya. Tapi Lebih dari itu, Kompasiana sudah begitu banyak memberi kontribusi bagi perjalanan menulis saya. Kiprah menulis itu saya mulai dari sini, sampai saya memiliki begitu banyak teman yang tak hanya maya tetapi juga nyata. Teman yang bukan sekedar tempat haha hihi saja tapi  beberapa bahkan jadi teman dekat.

Pun begitu halnya dengan interaksi saya dengan para punggawa Kompasiana. Saya mengenal mereka dengan baik. Itu boleh jadi karena saya mungkin salah satu dari sekian banyak kompasianer yang amat rajin bertandang ke markas Kompasiana setiap ada acara, hingga boleh jadi mereka amat bosan dengan wajah saya, hehe..piss min :P  Kadang buat saya acaranya sendiri menjadi tak lagi penting, karena justru yang paling asyik dari itu tentu saja nongkrong dan seru-seruannya. Maklumlah saya ibu RT yang amat rempong setiap harinya dengan urusan rumah, sehingga pergi ke acara kompasiana dan bertemu dengan sahabat-sahabat saya jadi sesuatu yang  amat saya nikmati, karena saya punya alasan pergi dan minta pada suami untuk beliau mau menjaga anak bungsu saya. Hehe..modus banget ya :D

Dari Kompasiana juga saya bisa merasakan berkah manisnya efek ngeblog yang ternyata bisa juga mendatangkan materi lebih dari sekedar iseng belaka. Dari memenangkan lomba ngeblog, membuat buku antalogi bersama kompasianer, menjadi exclusive writer sebuah produk, menembus dua kali hattrick freez edisi cetak Kompasiana di harian Kompas dan aneka lomba ngeblog lainnya. Mungkin bukan prestasi luar biasa, tapi saya cukup bersyukur bisa sampai di tahap ini. Saya menikmatinya. Alhamdulillah.

Selama ini saya memang tidak banyak bersuara protes ini itu pada Kompasiana atas keluhan-keluhan terkait maintenance Kompasiana, artikel HL, TA, seperti yang diramaikan kompasianer. Pun saya bukan orang yang senang berdebat dalam konflik meski bukan sekali dua kali juga artikel saya di kritik dan dipancing untuk masuk pusaran perdebatan, Saya lebih memilih jurus damai, piss aja gitu. Kalo memang sudah berbeda sejak awal, ya apalagi yang harus saya ladeni. Mending sepakat untuk tidak sepakat. Sehingga seringnya saya hanya menjadi silent reader atas artikel perdebatan. Kadang senyum-senyum juga melihat eyel-eyelan kompasianer di satu artikel. Saya jadi belajar bahwa memang karakter manusia itu beragam adanya. Hal itu akan nampak dari cara mereka mengelola konflik.

Kompasiana dan Fenomena Blog Sebelah

Kemarin, saat hari Autis Sedunia tanggal 2 April, sedianya saya akan memposting artikel di Kompasiana. Artikel yang rutin setiap tahun saya buat, sebagai kontribusi kecil dan support saya bagi penyandang autis di seluruh dunia.  Tapi entah kenapa sejak dua hari sebelum 2 April, saya tidak bisa mengakses dashboard saya. Tak sengaja saat saya mencari sebuah artikel, saya menemukan website kroyokan baru dengan format yang hampir menyerupai Kompasiana. Ya, sangat mirip formatnya, masih milik media besar juga. Saya sebutnya saja "Blog Sebelah". Iseng saya coba-coba register menjadi membernya. Saya jalan-jalan ke setiap  kanalnya. Hmm..cukup menarik juga blog sebelah ini. Mengusung ide Citizen Jurnalism yang sejatinya bukanlah ide orisinil. Bahkan untuk ini, Kompasiana sudah jauh hari mengusungnya. Bolehlah jika kita menyebutnya ini idcol yang 11 12 juga sama curcol :)

Singkat cerita, artikel yang tidak berhasil saya posting di Kompasiana saya coba posting di sana. Karena, teramat sayang bila tak dipublish mengingat topiknya sangat aktual dan begitu saya minati. Setelahnya, saya jalan-jalan ke kanal tulisan yang saya pilih untuk artikel saya tadi, mencari-cari dimana gerangan tulisan terbaru yang saya posting tadi, ternyata saya tidak menemukannya. Bak masuk hutan belantara, saya lelah mencari karena ketidakmengertian saya sebagai member nyubi, akhirnya artikel itu saya tinggal tidur. Keesokan harinya baru saya ngeh kalo tulisan saya semalam sepertinya belum di approved admin, karena ada tanda un-approved dan approved di salah satu kolom dashboard. Ternyata ada proses moderasi dari adminnya sebelum artikel tayang. Yang membuat saya surprise, ketika saya masuk ke home Blog Sebelah itu, taraaa... terpampanglah tulisan perdana saya itu menjadi headline. Surprise tentu saja. Member baru dengan artikel perdana bisa nangkring di tahta depan Blog Sebelah itu. Seorang teman men-screen shootnya untuk saya. Surprise  saya ini sukses membuat saya menjadi sedikit norak dan eforia, dan seketika saya memajang SC itu di wall FB saya.

Posting screen shoot  itu dilike banyak teman kompasianer dan mengundang banyak komentar. Sebagian berpikir saya akan pindah rumah. Sejujurnya ini membuat saya kemudian bergumam ke diri saya sendiri. Dalam pikiran berkelebat aneka analisa saya tentang blog Sebelah dan kaitannya dengan Kompasiana sebagai tempat saya menuangkan karya selama ini. Mungkin hanya analisa amatiran. Tapi menjejak kaki di blog Sebelah dengan segala fiturnya membawa ingatan saya ke masa saya bergabung dengan Kompasiana dulu 3 tahun silam. Semuanya nyaris sama. Dari mulai pemilihan nama yang sebutannya nyaris mirip, format dashboard, kanal, headline, trending topik, dan lainnya, semuanya sama, semuanya Kompasiana bangeeet. Andai saya boleh berteriak untuk Kompasiana mungkin kira-kira begini,Heiii..look my Kompasiana, you have a real competitor now, you are not alone anymore, please wake up dong cynn...

Ya, begitulah. Faktanya era digital ini sangat dimungkinkan segala sesuatu terkait ide besar difollow, ditiru dan dimodifikasi pihak lain. ATM begitu orang sering menyebutnya. Hal biasa dalam dunia bisnis tentu saja. Pesainglah yang biasanya akan  membuat pemain lama mawas diri, memange semua mis yang selama ini dikeluhkan usernya. Diantaranya dengan membuat terobosan inovatif baik dari segi produk juga layanan. Walau ada nilai positif dari keberadaan kompetitor, namun dalam konteks persaingan mereka adalahthe real enemy. Yang siap melibas bila saja pemain lama tak lagi update dan berbenah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun