Mohon tunggu...
Aulia Febri
Aulia Febri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Geliat Transportasi Sumsel

21 Juni 2016   17:25 Diperbarui: 21 Juni 2016   17:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu 18 Juni 2016, jalan-jalan utama menghubungkan antarkota di Palembang tampak padat  namun tetap lancar dan pelan.  Hanya beberapa rute kendaraan pribadi dan umum  mengalami  kemacetan.

Tiang-tiang pancang Light Rail Transit (LRT) tampak berdiri kokoh di tengah  jalur lalulintas jalur Protokol kota Palembang hingga Jakabaring dan  jalur penghubung ke kota-kota lainnya utamanya menghubungkan ke pusat-pusat bisnis, pusat pemerintah pemerintahan, pusat peribadatan, dan pusat pendidikan.  

Gerak pelan awan mendung terbawa angin menghiasi langit Sriwijaya. Tepat pukul 11.00, lalu lalang kendaraan mobil menghiasi jalan utama Kota Palembang, di depan pusat perbelanjaan Internasional Plaza (IP) kulihat para pekerja pembangunan LRT sedang menjalankan tugas-tugas mereka, ada yang mengatur jalan, ada yang mengendalikan truk pengeruk tanah, ada yang sedang memaku bumi,  mengecor lahan, dan ada yang memasang tiang.

Di tengah Keramaian jalan Jakabaring Kota Palembang aku berhenti, aku menemukan sesok  dua  orang wanita duduk di pinggir jalan yang sedang menunggu Warung makanan dan konter pulsa, satu wanita berambut hitam panjang berwajah manis dengan  lukisan alis tebal hitam, hidung mancung dipadukan dengan lipstik  merah di bibir menghiasi wajahnya. Satu  wanita lagi mengenakan jilbab coklat, bergamis bunga orange sedang menggendong anaknya, ku taksir berusia dua tahunan sedang terlelap tidur.

Aku mengunjungi mereka untuk sekilas bertanya info tentang Pembangunan LRT di Palembang, kupikir sangat tepat rasanya bila aku menanyakan hal tersebut pada mereka.  

 “Dek, aku dak senang dengan pembangunan ini, karno pembangunan LRT inimematikanlangkah jualan ku” ujar Maryam seorang perempuan yang berambut panjang.

“Buat apo pulok dek bangun kereta yang cak ini? Kagek jugo habis Event Asian Games 2018 palingan idak dipakek lagi” kata Aisyah sosok perempuan cantik yang berada disamping Maryam.

Aku tersenyum menyimak 2 wanita ini. “Pembangunan ini sudah berlangsung dek, jadi kami tinggal pasrah. Cuman kalu pacak pembangunan ini dipercepat lagi.” ujar  Maryam.

Sebaliknya berbeda dengan Witra  seorang laki-laki tua yang kutemui dipinggiran jalan sedang melihat para pekerja pembangunan LRT.

Witra, “Saya sangat setuju dek, walaupun sekarang Palembang dilanda macet karna pembangunan LRT yang sedang berjalan. Tetapi setidaknya saya bangga karena LRT adalah transportasi pertama di Indonesia dibangun di Palembang”

Ada banyak para pekerja kulihat sedang menjalankan tugasnya. Ada seorang laki-laki mengenakan helm proyek berwarna merah dengan baju yang dilapisi rompi berwarna orange cerah sedang mengatur lalu lintas keluar masuk truk proyek yang mengangkut tanah hasil galian pondasi pancang-pancang rel LRT.

Di tengan kebisingan lalu lintas jalan Jakabaring dan suara dentuman mesin pancang tiang LRT kudekati laki-laki tersebut

“Awas dek, jangan mondar mandir disini, dak jingok apo kami lagi begawe!” jelas seorang pekerja yang aku tidak kenal  namanya.

Pro Kontra selalu ada pada proses pembangunan. seperti halnya Pembangunan LRT ini. Di satu sisi menurut Maryam tidak setuju dengan pembangunan LRT, dikarenakan Pembangunan mematikan perekonomian dianya, disisi lain ada Witra mengatakan dia  menikmati proses Pembangunan tersebut, bahkan  sangat bangga menjadi orang Palembang  jika LRT selesai digarap.

LRT,  Light Rail Transit atau disingkat Palembang LRT sebuah sistem Mass Transit dengan kereta api ringan (LRT) sedang dibangun di Palembang, LRT ini akan menghubungkan  Bandara  Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Kompleks Olahraga Jakabaring atau  biasa dikenal Stadion Gelora Sriwijaya, tempat di mana Event Asian Games 2018  akan diselenggarakan.

Pemprov sudah memprediksi akan timbul kemacetan besar jika Asian Games diadakan di Kota Palembang. Maka dari itu, angkutan akan menampung penumpang dalam kapasitas banyak bisa membuat pengendara kendaraan pribadi baik mobil atau motor, mulai beralih ke LRT.

Pengamat Transportasi Sumatera Selatan, Saidina Ali beranggapan,seperti aku kutip dariLRT sangat dibutuhkan untuk kota maju dan modern. Artinya,LRT adalah sebuah sarana transportasi berkualitas baik dari segi fisik maupun keyamanannya. (RadarPalembang)

Pembangunan jalur LRT sepanjang  23 km dibagi 5 zona. Pembangunannya berupa jalur layang dilengkapi prasarana lainnya 13 Stasiun LRT, 1 jembatan (sejajar dengan jembatan yang melintasi Sungai Musi) dan satu depo.

Pembangunan jalan layang kereta LRT Palembang tidak menggunakan balast tetapi dengan menggunakan teknologi slabtrack dengan lebar jalan rel adalah 1.067 mm dengan beban gandar 12 ton.

Stasiun LRT memiliki ketinggian minimum ruangan sebesar 2,7 meter dengan jarak minimal dengan jalan raya 5,2 meter. Pembangunan LRT Palembang meliputi konstruksi dan supervisi dibiayai APBN Rp 11,49 triliun Multiyears contractatau kontrak tahun jamak (2016–2018).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun