Perihal Pilu, Rindu dan Malam Kelabu.
———
Malam ini hujan turun lagi.
Deras, disertai sambaran petir yang menyala-nyala. Seolah sedang merayakan kesunyian yang ada, seolah sedang merayakan kehilangan yang entah sampai kapan harus terus dirayakan sendirian.
Kepergiannya bagaikan musibat. Tanpa ada peringatan, tanpa ada yang bisa menahan, raganya tiba-tiba saja raib ditelan oleh gelapnya langit malam.
Rindu ini semakin mencekat hingga kerongkongan. Hadirnya bagai lokawigna yang menggilas harsa oleh kenangan yang mengikat.
Senyumnya bagai neraka dunia. Manis, namun mampu membakar seluruh adorasi yang pernah ku pertahankan habis-habisan.
Perihal pilu, rindu dan malam kelabu...
Ketiganya hadir bersamaan, bersatu padu memporak-porandakan tembok kokoh yang telah ku buat dengan susah payah begitu saja.
Melupakanmu,
adalah satu dari sejuta mimpi buruk yang terpaksa harus ku buat menjadi kenyataan.
Aku menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H