Mohon tunggu...
Aulia Fajarianti
Aulia Fajarianti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Peneliti

Menggeluti penelitian/riset dan jurnal ilmiah mengenai politik- hukum nasional dan internasional, pendidikan, dan masyarakat. Pemakalah dalam Webinar Pendidikan Sendiksa IV Universitas Sultan Agung Semarang, Puisi (Air Mata Pertiwi) termuat dalam buku antologi puisi (Jerit Hening, Binarmedia), Alumni Kampus Mengajar 5, Artikel (Manuver Mette Frederiksen Demi Kursi Sekjen NATO, Omong-Omong Media)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Catatan Kelam Demokrasi pada Pemerintahan Hasina

29 Agustus 2024   00:05 Diperbarui: 5 September 2024   19:06 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sheikh Hasina Wazed merupakan Perdana Menteri Bangladesh yang ke-10. Beliau merupakan putri sulung dari Sheikh Mujibur Rahman, Presiden Pertama Bangladesh. Ia telah menjabat sebagai Perdana Menteri dimulai dari tahun 1996 hingga 2001 dan dari 2009 hingga 2024. Sepanjang masa kepemimpinannya, ia tidak pernah lepas dari segudang pemberitaan konflik dan juga kontroversi yang tidak pernah surut. Hingga setelah pengunduran dirinya pada bulan ini, berbagai kasus tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia dimasa kepemimpinannya telah menjelma menjadi catatan kelam yang akan terus membekas dalam sejarah Bangladesh.

Berita pengunduran diri Sheikh Hasina Wazed sebagai Perdana Menteri Bangladesh pada tanggal 5 Agustus 2024 yang lalu menjadi momentum yang sangat bersejarah sekaligus menjadi babak baru dalam percaturan politik negara Bangladesh. Diketahui, pengunduran dirinya yaitu akibat demo besar pada akhir Juli lalu yang digerakkan oleh mahasiswa dinegara tersebut akibat Hasina menyatakan bahwa sebanyak 30% kuota Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus diisi oleh keturunan para pejuang kemerdekaan Bangladesh. Setelah ia dinyatakan mengundurkan diri, Hasina diketahui mengasingkan diri ke India bersama adik perempuan dan para kolega Liga Awami yang dipimpinnya menggunakan helikopter militer India selama beberapa hari sebelum akhirnya ia kembali untuk mengikuti pemilu dalam pembentukan pemerintahan baru sebagai simbol resmi berakhirnya kabinet pemerintahan di masa kepemimpinannya. 

Sheikh Hasina sebetulnya dapat dikatakan sebagai sosok Perdana Menteri wanita yang memiliki segudang prestasi selama masa kepemimpinannya. Dikutip dari CNBC Indonesia, perekonomian Bangladesh telah mengalami lonjakan peningkatan yang sangat fantastis sebesar rata-rata lebih dari 6% setiap tahunnya sejak tahun 2009 karena tersedianya lapangan dan tenaga kerja pabrik yang mayoritasnya diisi oleh para perempuan telah menggerakkan industri ekspor garmen negeri itu. Selain itu, Hasina juga mendapatkan banyak pujian atas ketegasannya  terhadap para militan di negara berpenduduk mayoritas Muslim tersebut yang mana sebanyak lima pemimpin Islam terkemuka dan seorang tokoh oposisi senior dieksekusi mati selama beberapa dekade terakhir setelah dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan, yang dilakukan selama perang pembebasan brutal pada tahun 1971 dimana pada masa itu Bangladesh memisahkan diri dari Pakistan dengan mendeklarasikan sebagai negara yang merdeka.

Meskipun selama masa kepemimpinannya ia juga tidak pernah lepas dari banyaknya protes yang menganggap bahwa segala tindakannya ini tidak lebih daripada bentuk pembalasan dendam atas terbunuhnya sebagian besar keluarganya termasuk ayahnya di tahun 1975, ia benar-benar tidak peduli. Justru sebaliknya, Hasina selalu bersikeras menerangkan kepada media informasi nasional dan internasional bahwa dirinya serta pemerintahannya telah bekerja banyak untuk kemajuan negaranya dan akan tetap berdiri untuk memimpin ditengah banyaknya kritik baik dari masyarakat maupun oposisi yang menentangnya. 

Catatan kelam semasa kepemimpinan Hasina tercatat selalu menumpahkan darah. Pada 14 Agustus 2022, Netra News, yang merupakan sebuah portal berita independen berbasis di Swedia, menerbitkan laporan investigasi whistleblower yang menjabarkan bahwa pejabat Bangladesh menahan serta menyiksa para korban untuk dihilangkan paksa disebuah penjara bernama Aynaghar yang berarti rumah cermin dalam bahasa Bengali yang terletak di jantung ibu kota Dhaka. Disana, para pengkritik atau penentang kebijakan Hasina disiksa hidup-hidup dengan pemberian makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya serta sedikit. Selain itu, mereka dipukuli sampai mereka berteriak kesakitan dan meminta pengampunan seperti yang  dialami oleh Hasinur Rahman dan Sheikh Mohammad Salim.

Dua orang lainnya yang juga merupakan mahasiswa di salah satu Universitas terkemuka di Dhaka, Faiz dan Almarhum Abrar Fahad turut menjadi korban kejahatan otoriter Hasina. 

Dimulai dari Faiz yang juga pernah memasuki tempat hukuman terkejam di Dhaka, Aynaghar, melalui salah satu laman sosial medianya, dia turut menceritakan betapa pahitnya berurusan dengan kekejaman pemerintahan Hasina yang menjadikan selama hampir lima tahun kehidupannya sebagai tersangka pengkritik demokrasi ekstrimis pada masa pemerintahan Hasina.

Sebelumnya, Faiz memang diketahui aktif di salah satu media sosialnya dalam mencurahkan pemikirannya melalui politik dan demokrasi. Akibatnya, ia disebut sebagai pengkritik pemerintahan Hasina yang ekstrim dengan cara terus menerus membagikan isi dan pendapatnya bersama isi dari buku-buku pemikiran politik miliknya. Setiap ia tidak ingin menjawab maksimal atas interogasi terkait aktivitasnya yang selalu mengkritik pemerintahan Hasina itu, matanya terus menerus ditutup dengan kain dan tangannya diborgol selama hampir 24 jam lalu dipukuli sampai ia memberi keterangan yang jelas. Ia dibebaskan bersyarat setelah 30 hari didalam Aynaghar karena kehadiran seorang pemuka dari organisasi militan yang juga diikutinya mengajukan permohonan pembebasan. Disisi lain, saat itu mereka juga sedang melakukan Dawati dalam rangka memperkuat harmonisasi dan integrasi antar partisipan juga komitmen organisasi yang berada di Dhaka itu. 

Selanjutnya, kisah Almarhum Abrar Fahad yang meninggal di sekitar asrama universitasnya akibat penganiayaan pada malam hari oleh sekelompok pemuda dari liga mahasiswa pendukung Awami. Kejadian itu tidak lama setelah ia mengkritik dengan keras bahwa pemerintahan Hasina membiarkan sumber daya alam Bangladesh baik yang ada didaratan maupun perairan Bangladesh untuk kesejahteraan ekonomi India. Seperti yang kita ketahui bersama, Hasina juga memang bersahabat baik dengan Modi. Padahal saat kejadian kelam itu terjadi, Almarhum diketahui sedang menjalani masa orientasi pengenalan lingkungan kampus untuk mahasiswa di universitas.

Hingga saat ini, satu persatu kekerasan untuk membungkam suara masyarakat sipil selama masa kepemimpinan Hasina terus terungkap. Berdasarkan informasi yang telah beredar pada media sosial X, saat aksi demo besar-besaran akhir Juli lalu sedang terjadi, kepolisian setempat melepaskan tembakan sebanyak lebih dari tiga kali terhadap seorang pemuda yang lantang mengkritik Hasina secara terbuka di jalan raya. Pemuda yang secara mendadak tidak sadarkan diri tersebut kemudian ditempatkan diatas mobil kepolisian, diarak selama beberapa kilometer dan dibanting ke aspal hingga menghebuskan nafas terakhirnya. Selain itu, saat Hasina diberi ultimatum oleh Panglima Militer Bangladesh untuk mengundurkan dirinya dari jabatannya sebagai Perdana Menteri selama 45 menit, ia masih memerintahkan untuk membunuh para  masyarakat sipil yang menentangnya.

Tidak hanya itu, pendukung Hasina yang masih berkeliaran di sana turut berusaha mengembalikan harga diri Hasina dengan cara yang salah. Dikutip dari Inilah.com, Politisi oposisi Liga Awami mengumumkan kepada masyarakat untuk saling melindungi satu sama lain tanpa memandang agama dan kecondongan politik dari kekerasan diskriminatif yang menargetkan kuil serta gereja. Tidak menunggu waktu lama, utamanya kaum pelajar terlihat menjaga kuil-kuil Hindu dan tempat ibadah lainnya dalam sebuah rekaman video dari media sosial dan gambar yang telah diverifikasi oleh lembaga pemeriksa fakta Al Jazeera, Sanad, termasuk di Chittagong yang merupakan kota terbesar kedua di negara itu. "Para penjahat secara sistematis menyerang berbagai lembaga publik dan swasta untuk membuktikan bahwa gerakan mahasiswa salah. Maka kami telah membentuk komite perlindungan yang ada disetiap Distrik untuk berjaga-jaga." ungkap Russell Ahmed yang merupakan koordinator Universitas Chittagong kepada surat kabar Bangla Tribune.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun