Mohon tunggu...
AULIA FAHIMAH ADDIN
AULIA FAHIMAH ADDIN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga D3 Perpustakaan '22

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Perilaku Penyimpangan, Arogansi dan Hedonisme Para Anak Pejabat di Indonesia

11 Mei 2023   19:30 Diperbarui: 11 Mei 2023   19:29 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling rawan. Remaja diibaratkan sebagai topan dan badai. Perasaan emosi tinggi seringkali dialami dan disebabkan dari adanya pergesekan nilai-nilai. Umumnya, pada kebanyakan remaja salah satu hal yang harus dihadapi yakni adalah pengendalian emosi yang sulit dan juga rentan terseret terhadap hal-hal menyimpang maupun negatif.

Lalu, apa yang menyebabkan banyak anak pejabat yang notabene masih remaja berani melakukan tindakan yang jelas hal tersebut adalah menyimpang berupa penganiayaan hingga berakibat fatal dan bertindak semena- mena?

Pengertian Perilaku Penyimpangan Sosial, Arogansi dan Hedonisme.

Penyimpangan Sosial

Penyimpangan sosial adalah setiap tindakan yang melanggar keinginan-keinginan bersama sehingga dianggap menodai kepribadian kelompok yang akhirnya pelaku dikenai sanksi (Ronald A Hordert). Adapun dari pandangan lain mengenai penyimpangan sosial menurut Narwoko dan Suyanto, mereka mengemukakan bahwa perilaku menyimpang (deviance behavior) dibedakan kedalam empat sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang pertama yakni secara statistikal adalah perilaku yang jarang atau tidak sering dilakukan. Kedua yakni pandangan secara absolut (mutlak) bahwa masyarakat menetapkan aturan secara jelas dan warga harus setuju tentang apa yang telah dianggap menyimpang atau tidak. Yang ketiga adalah pandangan reaktif yakni, berkaitan dengan reaksi atau respon masyarakat sebagai kontrol sosial terhadap penyimpangan individu. Dan yang terakhir adalah pandangan secara normatif bahwa penyimpangan adalah pelanggaran atau bertentangan dengan norma sosial (Narwoko, 2013).

Arogansi

Arogansi merupakan sikap superioritas atau keserakahan dari orang yang percaya bahwa pengendalian internal tidak berlaku secara pribadi (Crowe Horwarth, 2012). Arogansi juga merupakan sikap sombong dari seseorang yang yakin bahwa dirinya mampu melakukan kecurangan dan tidak akan diketahui apabila kecurangan telah terjadi. (Aprilia, 2017).

Hedonisme

Hedonisme ialah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup (KBBI). Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.

Seperti yang kita sering jumpai akhir- akhir ini di berbagai portal sosial media tentang video viral yang beredar, terkait kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak dari salah satu pejabat dirjen pajak, sehingga menyebabkan korban mengalami koma. Menurut kuasa hukum korban, motif tersangka sengaja menyebarkan video penganiayaan ke sejumlah pihak diduga sebagai ajang kebanggaan untuk dirinya sendiri, juga sebagai bentuk arogansi dan berpikir akan selalu lolos dari jerat hukum karena kekuasaan dari sang ayah.

Kejadian serupa sayangnya terjadi kembali, kali ini dilakukan oleh anak dari perwira polisi. Kasus yang dilakukan pelaku yakni penganiayaan terhadap korban yang meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya, yang disebabkan oleh kemarahan pelaku yang dengan sengaja menendang mobil korban. Video penganiayaan tersebut juga menyebar di sosial media sehingga menimbulkan kecaman publik.

Penyebab dari maraknya perilaku yang dilakukan oleh beberapa anak pejabat di Indonesia tersebut tidak terlepas dari sikap semena- mena, menganggap bahwa mereka mempunyai sosok yang bisa diandalkan dan akan kebal atas tuntutan hukum yang semuanya bisa terselesaikan dengan uang, yang membuat mereka enggan untuk berpikir beribu kali sebelum melakukan perbuatan tersebut.

Mencuatnya pemberitaan ini ke media masa menyebabkan pihak terkait dan masyarakat merasakan dampak dari kejadian tersebut. Pihak terkait khususnya pelaku, menjadi sasaran utama dari geramnya masyarakat dan menjadi bulan-bulanan atas tindakan yang dianggap tidak mencerminkan nilai kemanusian dan orang yang berpendidikan. Caci- makian, gunjingan kemarahan yang masyarakat lontarkan untuk pelaku tentunya menjadi sanksi sosial tersendiri selain dari sanksi hukum yang berlaku. Selanjutnya, dilihat dari prespektif masyarakat sendiri, dampak yang timbul atas kejadian ini adalah krisis kepercayaan dan pandangan positif mereka terhadap para pejabat. Dari yang awalnya mereka beranggapan bahwa para pejabat adalah panutan yang dapat mengayomi mereka akan berbanfing terbalik setelah kejadian ini.

Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai pencegahan agar tiada lagi kasus yang serupa untuk kalangan remaja khususnya, diantaranya :

1.Kontrol dan arahan orang tua terhadap teman sebaya anak harus tetap dilakukan. Orang tua juga ikut membantu dalam membentuk ketahanan diri bagi sang anak sehingga tidak gampang terpengaruh apabila kenyataannya teman sepergaulan atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan perilaku yang diharapkan.

2.Pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak agar menciptakan kenyamanan serta hubungan yang komunikatif antar individu yang ada di dalamnya.

3. Kontrol tegas dari masyarakat atau pihak yang berwenang dalam menerapkan sanksi terhadap masyarakat yang menyimpang untuk menimbulkan efek jera.

4.Remaja diharapkan dapat menemukan figure yang mampu memberikan teladan yang dapat di contoh dalam tahap perkembanganya menjadi individu dewesa yang positif dan terarah.

5.Selektif dalam mengakses informasi di media massa untuk menghindarkan diri dari pengaruh yang negatif.

Untuk mencegah kejadian layaknya kasus diatas maka, kunci penting dalam menghentikan perilaku penyimpangan yang dilakukan remaja ada di orang tua. Bagaimana orang tua bertanggung jawab dan ikut dalam proses pertumbuhan serta pembentukan mental dan sifat dari anak-anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun