Mohon tunggu...
Aulia Isbandyyah
Aulia Isbandyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Scientist, Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Polio Sejak Dini

3 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 3 Juni 2024   07:30 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki tanggungan dalam menghadapi masalah penyakit. KLB atau biasa yang disebut dengan Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. KLB ini pertama kali ada pada 13 Maret 2005 yang saat itu ditemukan kasus polio importasi pertama di kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Penyakit menular masih tinggi bahkan cenderung meningkat. Salah satu penyakit menular yang saat ini menyebar di Indonesia adalah polio. Polio adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh infeksi virus yang bernama Poliovirus. Virus polio dapat menyerang manusia melalui rongga mulut serta hidung. 

Kemudian, virus akan memasuki aliran darah sehingga mengakibatkan kerusakan pada saraf sehingga dapat berisiko terjadi kelumpuhan, sulit bernapas, bahkan kematian sekaligus. Virus polio sering kali menjangkiti balita atau anak berusia di bawah lima tahun. Mereka yang terjangkit terutama apabila belum melakukan vaksinasi polio. 

Tetapi, bukan tidak mungkin polio juga dapat dialami oleh orang dewasa. Penularan polio ini mudah terjadi apabila seseorang melakukan kontak langsung dengan tinja dan cairan tubuh penderitanya. Selain itu, polio juga dapat ditularkan melalui makanan serta minuman yang terkontaminasi poliovirus.

Seperti yang diketahui, pandemi polio adalah suatu waktu dimana adanya virus polio yang menular di wilayah tertentu. Pandemi polio dapat menularkan virus polio yang berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara. Pandemi polio ini ditandai dengan adanya penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah atau biasa disebut agentif. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang terjangkit penyakit polio.

  • Kebersihan yang Buruk: Polio menyebar melalui jalur fekal-oral, artinya virus dapat ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung virus. Kondisi kebersihan yang buruk, seperti sanitasi yang tidak memadai, meningkatkan risiko penyebaran polio.
  • Kurangnya Imunisasi: Anak-anak yang tidak divaksinasi atau tidak menerima dosis lengkap vaksin polio sangat rentan terhadap infeksi. Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah polio.
  • Perjalanan ke Daerah Endemik: Orang yang bepergian ke daerah di mana polio masih endemik atau sedang terjadi wabah berisiko lebih tinggi terinfeksi.
  • Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS atau orang yang menerima terapi imunosupresif, lebih rentan terhadap infeksi polio.
  • Kondisi Lingkungan dan Sosial Ekonomi: Lingkungan padat penduduk dan kondisi sosial ekonomi yang buruk, yang sering kali berhubungan dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan dan kebersihan yang buruk, meningkatkan risiko penyebaran polio.
  • Paparan Langsung dengan Penderita Polio: Kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi virus polio, terutama dalam kondisi rumah tangga atau lingkungan yang padat, dapat meningkatkan risiko penularan.
  • Usia: Anak-anak di bawah usia lima tahun lebih rentan terhadap infeksi polio dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
  • Kurangnya Edukasi Kesehatan: Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya vaksinasi dan cara pencegahan lainnya dapat meningkatkan risiko penularan polio.

Dengan mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko ini, penyebaran polio dapat dikendalikan dan kemungkinan terjangkitnya penyakit dapat diminimalkan. Vaksinasi tetap menjadi langkah pencegahan yang paling efektif dalam melindungi individu dari polio.

Polio adalah penyakit yang kerap kali tidak disadari oleh penderitanya karena sering tidak menimbulkan gejala. Walau begitu, tetap ada gejala polio yang perlu diwaspadai. Gejala polio ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu polio paralisis dan nonparalisis.

Pengobatan polio akan dilakukan untuk meredakan gejala serta mencegah terjadinya komplikasi. Beberapa pengobatan polio yang dapat dilakukan, yaitu pemberian obat antibiotik, pemberian obat pereda nyeri, dan pemberian obat antispasmodic. Selain itu, penderita polio juga dapat melakukan terapi yang salah satunya, yaitu fisioterapi.

Penyakit polio ini dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi polio. Vaksin tersebut nanti akan membantu tubuh untuk mengenal virus polio. Tubuh dapat menciptakan sistem kekebalan tubuh yang mampu melawan virus tersebut. Vaksin polio ini juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu vaksin oral (via mulut) dan injeksi (suntikan). Berikut adalah grafik cakupan vaksinasi polio beberapa daerah di Indonesia pada tahun 2022.

Berdasarkan tabel diatas bahwa di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah terdapat cakupan dosis bOPV dan IPV1 masing-masing sebesar 89,8% dan 88,6% pada tahun 2022. Kabupaten Pamekasan melaporkan cakupan bOPV sebesar 88,1% dan IPV1 sebesar 74,1%, sedangkan Kabupaten Bangkalan melaporkan cakupan bOPV sebesar 69,9% dan IPV1 sebesar 53,7%. 

Tidak ada daerah yang sulit dijangkau di wilayah ini. Namun, hambatan sosiokultural masyarakat Madura di Jawa Timur menimbulkan tantangan terhadap vaksinasi akibat keraguan pada vaksin karena beberapa alasan termasuk ketakutan akan efek samping, suntikan berulang kali dan terkadang karena alasan agama.

Banyak masyarakat yang masih belum mengetahui mengenai akibat yang ditimbulkan jika belum melakukan vaksinasi polio pada balitanya. Perlu adanya pendekatan dan penyuluhan pada balita sejak dini (terutama balita di bawah umur lima tahun) dalam melakukan vaksinasi polio. 

Jika virus polio menyebar di masa pandemi maka perlu adanya pencegahan dan penanggulangan. Selain melakukan vaksinasi, kita juga bisa memutus rantai penularan dengan cara meningkatkan sanitasi lingkungan, mengisolasi penderita (pasien), dan melindungi orang-orang yang rentan dengan meningkatkan gizinya. 

Karena jika bukan saat itu juga balita tersebut divaksin maka ada kemungkinan balita tersebut terpapar virus polio. Seperti kita ketahui bahwa virus polio sangat berbahaya. Apalagi jika di masa pandemi yang dapat memudahkan virus menyebar dengan sangat mudahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun