Self love terkadang disalah artikan untuk menerima diri sendiri dengan kondisi apa adanya, atau melakukan membenarkan atas pilihan hidup. Seperti kutipan menurut Deborah Khoshaba Psy.D, self love yaitu suatu apresiasi terhadap diri sendiri yang bersifat dinamis, yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual kita (Psychology Today, 2012).
Sejatinya self love harus diimbangi dengan self dicipline. Bagaimana mencapai banyak hal dalam kehidupan pribadi dan karir? Sebagian jawaban terletak pada discipline diri. Karena kedisplinan yang mendorong kita agar mewujudkan niat dan tujuan terbaik kita, bahkan ketika tak ingin melakukannya.
Jika manusia memiliki kedisiplinan diri, maka ia akan menunda kesenangan jangka pendek (atau menanggung ketidaknyamanan) demi mengejar mimpi masa depan. Karena manusia akan menyadari bahwa tidak semua hal yang dicapai benar-benar ia miliki, semua sekedar titipan dari Allah. Titipan yang akan ditagih pertanggung jawaban oleh Dia Yang Maha Memiliki pada hari penuh penyesalan
Self love yang biasa diartikan sebagai penghargaan pada diri sendiri yang tumbuh dari Tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis dan spiritual. Namun penghargaan saja, tidak cukup perlu dimaknai sebagai bentuk cinta dan syukur pada kesempatan ataupun peluang yang telah Diberikan-Nya sehingga membuat manusia tumbuh dan berkembang kearah dewasa.
Self dicipline itu kesadaran untuk senantiasa konsisten, gigih dan tekun untuk menjaga Nikmat-Nya. Sehingga kemampuan akan mendorong diri agar selalu termotivasi dan mengambil Tindakan, terlepas dari apa yang dirasakan, baik secara fisik atau emosional. Displin diri berbeda dengan motivasi diri atau kemauan keras. Movitasi dan kemauan keras berkontribusi padanya. Begitu pula ketekunan, kemampuan untuk menindaklanjuti niat yang tertanam.
Dengan demikian, ada banyak cara untuk memulai pengembangan diri. Tidak harus memulai pada tujuan yang terlalu ambisius. Salah satu cara dalam menjalani hidup ini: Keras pada diri sendiri dan lembut kepada orang lain.
Lhoo, dalam hidup udah keras dan susah, mengapa harus lebih keras pada diri sendiri?
Ya, keras kadang dibutuhkan untuk mengeluti ego sendiri - dan terus konsisten selama diberikan kesempatan untuk bernafas. Lembut pada orang lain, karena memahami mereka, seperti perlakuan yang sama dengan diri sendiri. Kalaupun kita tidak bisa menyenangkan semua kalangan, serta mewujudkan ekspetasi dari berbagai pihak.
Dengan memulai menetapkan tujuan, seperti rencana memulai olahraga setiap akhir pekan, membaca buku setiap hari agar kemampuan bisa meningkat, atau melatih disiplin diri dari hal yang kecil seperti konsentrasi pada pekerjaan yang ditekun selama 1 jam tanpa memeriksa pesan atau menghindari makan yang kurang sehat dalam hari itu.
Keras pada diri sendiri adalah ajakan untuk tidak menyesal pada kemudian hari. Karena kenyamanan sekarang belum tentu benar atau tepat. Lebih baik susah dahulu dan tidak nyaman sekarang, daripada nanti, esok atau bahkan selamanya.
Hambatan yang mungkin akan dihadapi berupaya mencapai tujuan, maka ada strategi untuk mengatasinya. Lalu disaat mengembangkan disiplin diri, kita sering kali mencoba menghentikan kebiasaan buruk dengan hal yang produktif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H