Wilayah Timur Tengah adalah contoh sempurna di mana ancaman perang dan ketidakstabilan politik sering kali memicu doom spending di sektor energi. Negara-negara kaya minyak seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mulai meningkatkan cadangan energi mereka dan berinvestasi dalam infrastruktur energi baru karena ketidakpastian geopolitik di wilayah tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka juga mulai beralih ke energi terbarukan sebagai langkah antisipasi terhadap turunnya permintaan minyak di masa depan.
Namun, investasi besar dalam sektor energi terbarukan ini juga memicu kekhawatiran bahwa beberapa negara mungkin terlalu cepat dalam mengalihkan sumber daya mereka. Di tengah ketidakpastian global, terlalu fokus pada satu jenis investasi bisa menjadi bumerang jika kondisi pasar berubah secara tiba-tiba.
Penutup
Doom spending di bidang energi adalah fenomena yang nyata, terutama ketika dunia berada di ambang ancaman perang dunia ke-3. Ketakutan akan ketidakstabilan pasokan energi dan ketergantungan pada negara-negara lain mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk melakukan investasi besar-besaran dalam cadangan energi, infrastruktur, dan sumber energi alternatif. Namun, keputusan-keputusan yang didasarkan pada rasa takut dan ketidakpastian sering kali mengarah pada pengeluaran yang tidak efisien dan tidak berkelanjutan.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan perusahaan energi untuk tidak terjebak dalam jebakan doom spending. Perencanaan yang matang, diversifikasi energi yang berkelanjutan, dan investasi dalam teknologi energi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan jangka panjang adalah kunci untuk menghadapi ancaman konflik global tanpa menghancurkan stabilitas ekonomi dan lingkungan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H