Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kecurangan Sertifikat dalam PPDB: Tantangan bagi Integritas Pendidikan

15 Juli 2024   16:51 Diperbarui: 16 Juli 2024   01:56 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sumatera Barat baru-baru ini menyoroti sebuah masalah serius dalam sistem pendidikan kita, yaitu kecurangan sertifikat. Dari total 100 poin yang bisa diperoleh siswa, 40 poin di antaranya berasal dari sertifikat prestasi.

Besarnya skor ini memunculkan potensi kecurangan, di mana orang tua atau siswa mungkin tergoda untuk memperoleh sertifikat dengan cara yang tidak jujur demi diterima di sekolah impian melalui jalur prestasi.

Berbagai kasus kecurangan sertifikat telah terungkap di beberapa daerah, seperti di Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Di Jawa Tengah, sebanyak 65 siswa didiskualifikasi karena terbukti menggunakan sertifikat palsu. Di Palembang, Sumatera Selatan, jumlahnya bahkan lebih besar, dengan 911 peserta PPDB yang didiskualifikasi karena alasan serupa. Kasus-kasus ini mencerminkan betapa seriusnya masalah kecurangan sertifikat dalam PPDB.

Sistem penilaian dalam PPDB yang memberikan bobot besar pada sertifikat prestasi menjadi celah bagi praktik kecurangan. Besarnya bobot 40 poin untuk sertifikat prestasi menciptakan peluang bagi mereka yang ingin meningkatkan nilai dengan cara yang tidak jujur. Sistem ini, meskipun bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada siswa berprestasi, malah membuka peluang bagi manipulasi.

Praktik manipulasi sertifikat di Semarang, misalnya, menunjukkan bagaimana orang tua menggunakan piagam marching band palsu untuk mendaftarkan anak mereka di SMA. Kasus ini menimbulkan kekecewaan dan kebingungan dari para orang tua yang merasa dirugikan. Salah satu orang tua mengaku tidak mengetahui bahwa piagam marching band anaknya palsu dan terkejut saat mengetahui bahwa marching band tersebut hanya meraih juara tiga, bukan juara satu.

Modus kecurangan dalam penerbitan sertifikat semakin beragam. Beberapa di antaranya adalah pemalsuan sertifikat, manipulasi nilai sertifikat, dan penggunaan sertifikat milik orang lain. Tindakan-tindakan ini tidak hanya merugikan siswa-siswa lain yang berprestasi secara jujur, tetapi juga merusak integritas sistem pendidikan secara keseluruhan. Kecurangan ini memberikan contoh buruk bagi siswa, menanamkan nilai yang salah bahwa kecurangan dan ketidakjujuran bisa diterima demi mencapai tujuan.

Kecurangan dalam penggunaan sertifikat prestasi dalam sistem PPDB merugikan banyak pihak, terutama siswa yang benar-benar berprestasi dan memiliki sertifikat asli. Mereka yang seharusnya mendapatkan hak mereka untuk diterima di sekolah favorit berdasarkan prestasi yang sah terancam kehilangan kesempatan tersebut. Selain itu, kecurangan ini merusak kepercayaan publik terhadap kredibilitas sistem PPDB dan integritas pendidikan secara keseluruhan. Ketidakpercayaan ini bisa mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan dan pemerintah.

Lebih jauh, kecurangan sertifikat juga menanamkan nilai yang salah kepada calon siswa. 

Dengan melihat bahwa kecurangan bisa memberikan keuntungan, mereka bisa terdorong untuk percaya bahwa cara-cara yang tidak etis dapat dibenarkan demi mencapai tujuan. Ini berbahaya bagi perkembangan moral dan etika generasi muda.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengurangi bobot poin yang diberikan untuk sertifikat prestasi dalam sistem PPDB. 

Skor maksimal 40 poin yang diberikan untuk sertifikat prestasi menjadi celah yang menggiurkan bagi mereka yang ingin mendongkrak nilai dengan cara tidak jujur. 

Oleh karena itu, perlu ada evaluasi dan perbaikan terhadap sistem penilaian ini agar lebih sulit dimanipulasi dan lebih adil bagi semua pihak.

Implementasi teknologi dalam proses PPDB bisa menjadi solusi untuk meminimalisir kecurangan. Sistem berbasis teknologi seperti pendaftaran online yang terintegrasi dengan database prestasi nasional bisa memudahkan verifikasi dan validasi sertifikat. Teknologi juga bisa digunakan untuk memantau dan mengaudit proses pendaftaran secara real-time, sehingga transparansi dan akuntabilitas dapat lebih terjaga.

Kecurangan dalam PPDB melalui sertifikat adalah pelanggaran serius yang merusak nilai-nilai etika dan integritas pendidikan. 

Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam mencegah dan menindak tegas praktik kecurangan ini demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan adil bagi semua. 

Transparansi, keadilan, dan integritas harus menjadi pilar utama dalam proses PPDB agar tujuan utama pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat tercapai dengan baik. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, institusi pendidikan dan olahraga, serta masyarakat menjadi kunci sukses dalam menciptakan sistem PPDB yang adil, transparan, dan berintegritas tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun