Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Belajar dari Pencopotan Dekan FK Unair: Tergesa-gesa dan Pertimbangan Akal Sehat

10 Juli 2024   19:50 Diperbarui: 11 Juli 2024   12:23 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

"Rektor Universitas Airlangga mengembalikan jabatan Prof Budi Santoso sebagai Dekan Fakultas Kedokteran (FK). Sebelumnya, polemik pemberhentian Budi Santoso, yang diduga karena berbeda pendapat tentang dokter asing, membuka wacana lebih dalam tentang seberapa mendesak Indonesia membutuhkan keberadaan mereka".

Berita di atas menyentak publik mengingat baru beberapa hari sang Dekan dicopot oleh sang Rektor. Satu sisi berita ini menenangkan tetepai di sisi lain menimbulkan beragam pertanyaan, terutama seberapa mendesaknya menghentikan Budi Santoso sebagai dekan dan kemudian diangkat Kembali. Realita ini mengesankan adanya pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan diluar prosedur.

Tergesa-gesa bagaikan api yang membakar logika dan akal sehat. Tindakan impulsif tanpa pertimbangan matang seringkali berakibat fatal, mengantarkan kita pada jurang penyesalan dan konsekuensi tak terduga. Seorang rector dengan jabatan akademik tinggi boleh dianggap sebagai seorang yang paling logis, ternyata bisa tersandung kasus juga.

Kisah pencopotan Dekan FK Unair menjadi contoh nyata bagaimana tergesa-gesa dapat menjerumuskan kita ke dalam pusaran keraguan dan pertanyaan. Kasus ini mirip dengan apa yang terjadi dengan Pegi Setiawan yang ditangkap oleh Polda Jawa Barat karena dituduh pembunuh Vina Cirebon. Setelah melalui praperadilan, dia bebas karena tidak cukup bukti.

Kasus pencopotan Dekan FK Unair, Prof. Dr. Budi Santoso, dan penangkapan Pegi Setiawan yang dituduh sebagai pembunuh Vina Cirebon, memiliki kesamaan: keputusan tergesa-gesa yang berakibat pada keraguan dan pertanyaan publik.

Kronologi Kejadian

Dekan FK Unair diberhentikan dari jabatannya setelah menolak kebijakan pemerintah untuk mendatangkan dokter asing. Tindakan ini memicu kontroversi dan mengundang kritik dari berbagai pihak. Banyak yang mempertanyakan proses pengambilan keputusan yang terkesan terburu-buru dan mengabaikan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berikut isu terkait pencopotan Dekan FK Unair:

  • Menteri Kesehatan melontarkan wacana mendatangkan dokter asing untuk mengatasi kekurangan tenaga medis di Indonesia.
  • Dekan FK Unair menyatakan penolakan terhadap kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa masih banyak dokter Indonesia yang kompeten dan perlu diberdayakan.
  • Rektor Unair memberhentikan Dekan FK Unair dengan alasan insubordinasi.
  • Pencopotan ini menuai kritik pedas, termasuk dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan masyarakat luas.
  • Rektor Unair akhirnya membatalkan pencopotan dan mengembalikan Dekan FK Unair ke jabatannya.

Di balik kontroversi pencopotan Dekan FK Unair, terdapat beberapa isu penting yang perlu dikaji lebih dalam:

1. Kekurangan tenaga medis di Indonesia

Apakah benar terjadi kekurangan tenaga medis di Indonesia? Jawabannya adalah ya, dan masalah ini cukup parah. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2023, rasio dokter di Indonesia adalah 0,47 per 1.000 penduduk, jauh di bawah standar WHO yang merekomendasikan 1 dokter per 1.000 penduduk.

Angka ini menunjukkan bahwa jumlah dokter yang tersedia tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Kekurangan ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, distribusi dokter yang tidak merata, dengan banyak dokter terkonsentrasi di kota-kota besar sementara daerah terpencil sangat kekurangan tenaga medis.

Kedua, minat generasi muda untuk menjadi dokter cenderung rendah, mungkin karena pendidikan kedokteran yang panjang dan biaya yang tinggi. Ketiga, fenomena brain drain, di mana banyak dokter memilih untuk bekerja di luar negeri dengan alasan peluang kerja yang lebih baik dan penghasilan yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun