desa kecil di Jawa Barat, keheningan malam tahun 2016 tiba-tiba dipecahkan oleh berita yang mengejutkan. Vina, seorang gadis muda yang dikenal oleh semua orang di desa itu, ditemukan tewas. Desa yang biasanya tenang, tiba-tiba dipenuhi ketakutan dan spekulasi.
Keesokan harinya, kepolisian mengumumkan bahwa ada tiga DPO yang dicari terkait kasus pembunuhan Vina. Nama-nama Pegi, Andi, dan Dani disebut sebagai tersangka utama.Â
Pengumuman ini segera memicu kegemparan di desa dan menarik perhatian media nasional.
Di rumahnya, Pegi yang sedang asyik bermain dengan anak-anaknya, tidak pernah menyangka bahwa namanya akan diumumkan sebagai DPO. Dengan wajah pucat dan tangan gemetar, ia melihat berita di televisi bersama keluarganya.
"Apa ini, Bu? Kenapa nama saya disebut?" tanya Pegi pada istrinya dengan suara gemetar.
"Tenang, Pak. Kita pasti bisa buktikan kalau Bapak tidak bersalah," jawab istrinya sambil memegang erat tangannya.
Andi, seorang pedagang sayur yang dikenal ramah, juga terkejut saat mendengar namanya disebut. Ia segera menghubungi temannya untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Ini pasti ada kesalahan, saya tidak pernah melakukan hal seperti itu!" seru Andi sambil menggenggam erat teleponnya.
Sementara Dani, seorang pemuda yang baru pulang dari merantau, bingung dan ketakutan mendengar kabar itu.
"Kenapa nama saya? Saya baru pulang, saya bahkan tidak kenal Vina!" kata Dani kepada orang tuanya dengan air mata menggenang di matanya.
Desa yang awalnya tenteram berubah menjadi arena ketegangan. Media berbondong-bondong datang, meliput setiap sudut desa, menambah kekacauan. Wartawan mewawancarai setiap tetangga, mencari tahu tentang tiga DPO tersebut.
Tak lama setelah itu, Pegi, Andi, dan Dani ditangkap dan dipenjara. Tanpa bukti yang kuat, mereka dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Kehidupan mereka berubah drastis. Di balik jeruji besi, mereka harus menghadapi ketidakadilan yang nyata, menjalani hari-hari penuh ketidakpastian dan penderitaan.