Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Jiwa Sehat, Maka Berkurbanlah

18 Juni 2024   21:54 Diperbarui: 19 Juni 2024   11:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Manusia diciptakan dengan naluri untuk berbagi dan merelakan apa yang mereka miliki untuk dirinya dan juga untuk orang lain. Hal ini sudah menjadi pemandangan harian, bahkan seseorang yang diberi label bos mafia besar dan pelaku kriminal pun suka berbagi untuk kelompok orang yang mereka sayangi. Hal ini tertanam dalam fitrah manusia untuk saling terhubung dan membantu satu sama lain.

Berbagi dan berkurban dapat dilakukan secara sukarela atau dipaksa, namun dalam konteks berkurban, hal ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih.

Sejarah Berkurban

Sejarah berkurban sudah dimulai sejak zaman Nabi Adam dan keturunannya. Kisah ini diceritakan dengan jelas dalam Al-Quran dan Hadith. Diceritakan bagaimana Nabi Adam dan Hawa diusir dari surga karena melanggar aturan dengan memakan buah khuldi. Mereka harus mengorbankan kehidupan yang sempurna di surga untuk menjalani hidup di dunia. Sebuah hukuman yang harus diterima dengan ikhlas oleh Adam dan Hawa.

Kisah selanjutnya adalah ketika Nabi Adam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai ujian ketaatannya kepada Allah SWT.

Pada usia mereka sudah dewasa, Qabil dan Habil, anak-anak Nabi Adam, diperintahkan untuk berkurban untuk memilih jodoh.

Namun sayang Qabil yang tidak ikhlas dalam berkurban, membunuh Habil, saudara kandungnya sendiri demi untuk memuluskan pilihan jodohnya.

Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang keikhlasan dalam berkurban.

Berkurban kemudian menjadi tradisi yang diwariskan kepada para nabi selanjutnya. Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail AS, sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah SWT. Namun, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai kurban.

Kisah ini menunjukkan betapa besarnya pengorbanan yang harus dilakukan untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT.

Tradisi berkurban kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri selalu berkurban setiap tahunnya. Beliau menganjurkan umatnya untuk berkurban sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Berkurban memiliki banyak makna dan manfaat, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, berkurban dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan ketakwaan, dan melatih keikhlasan. Bagi masyarakat, berkurban dapat membantu meringankan beban fakir miskin dan memperkuat rasa persaudaraan.

Mengapa Berkurban Adalah Keharusan

Berkurban adalah salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Dalam Surah Al-Kawthar ayat 2, Allah SWT berfirman, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." Perintah ini menunjukkan bahwa berkurban memiliki posisi yang sangat penting dalam Islam. Melalui perintah ini, umat Muslim diingatkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT dengan cara berbagi rezeki kepada yang membutuhkan.

Berkurban bukan hanya sekadar ritual, tetapi merupakan manifestasi dari ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun