Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Digital: Sejarah dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Menulis dan Content Creator

13 Juni 2024   14:47 Diperbarui: 13 Juni 2024   16:16 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghindari perilaku yang dapat menyebabkan gangguan atau kerugian bagi orang lain secara online sangat penting. Kasus-kasus seperti cyberbullying yang dialami oleh artis Korea Selatan, Sulli, menunjukkan dampak serius dari intimidasi online . Sulli, yang terus-menerus menjadi sasaran komentar jahat di media sosial, ditemukan meninggal pada tahun 2019. Kasus ini menyoroti perlunya pendidikan dan regulasi yang lebih baik mengenai etika digital.

Pengaruh Etika Digital Terhadap Perilaku Menulis

Dalam konteks menulis, etika digital mempengaruhi berbagai aspek mulai dari cara penyusunan konten hingga bagaimana informasi disampaikan kepada pembaca. Penulis yang mengikuti etika digital cenderung lebih berhati-hati dalam memverifikasi fakta, menghindari plagiarisme, dan memberikan sumber yang akurat untuk referensi mereka. Etika ini juga mendorong penulis untuk menciptakan konten yang bertanggung jawab dan tidak memicu kontroversi yang tidak perlu.

Misalnya, dalam jurnalistik online, etika digital menuntut penulis untuk menghindari clickbait atau judul yang menyesatkan. Clickbait adalah praktik membuat judul sensasional untuk menarik perhatian, tetapi sering kali tidak sesuai dengan isi artikel. Hal ini bisa menurunkan kepercayaan pembaca terhadap media tersebut. Penulis harus berusaha untuk tidak menyebarkan hoaks atau berita palsu yang dapat merugikan masyarakat.

Contoh lain adalah, selama pandemi COVID-19, penyebaran informasi palsu tentang virus, seperti teori konspirasi dan rekomendasi pengobatan yang tidak terbukti, bisa berakibat fatal . Penerapan etika digital yang baik akan meningkatkan kredibilitas penulis dan media tempat mereka berkarya.

Etika digital dalam penulisan akademik mencakup penggunaan sumber yang valid, penghindaran plagiarisme, dan penyajian data secara akurat. Universitas-universitas di seluruh dunia semakin ketat dalam menerapkan aturan anti-plagiarisme dengan menggunakan perangkat lunak deteksi seperti Turnitin untuk memastikan keaslian karya mahasiswa. Pelanggaran etika ini dapat mengakibatkan sanksi akademik yang serius, termasuk pencabutan gelar atau dikeluarkan dari institusi pendidikan .

Pengaruh Etika Digital Terhadap Content Creator

Bagi content creator, etika digital memegang peranan yang sama pentingnya. Content creator seringkali memiliki pengaruh yang besar terhadap audiens mereka, sehingga tanggung jawab etis mereka sangat tinggi. Berikut beberapa cara etika digital mempengaruhi content creator:

1. Konten Asli dan Kredibel

Content creator diharapkan untuk menciptakan konten yang orisinal dan tidak mencuri karya orang lain. Mereka juga harus memastikan bahwa informasi yang mereka bagikan benar dan dapat dipercaya. Misalnya, YouTuber yang terkenal karena konten edukatif, seperti Hank Green dari channel "CrashCourse," selalu mencantumkan sumber referensi yang valid dan memberikan kredit kepada peneliti dan penulis asli. Hal ini tidak hanya meningkatkan kredibilitas mereka tetapi juga memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi audiens mereka.

2. Penggunaan Musik dan Gambar

Banyak content creator menggunakan musik dan gambar dalam karya mereka. Menghormati hak cipta dengan menggunakan konten bebas royalti atau mendapatkan izin dari pemilik adalah bagian penting dari etika digital. Kasus seperti gugatan yang diajukan oleh Marvin Gaye's estate terhadap Pharrell Williams dan Robin Thicke karena pelanggaran hak cipta lagu "Blurred Lines" menunjukkan betapa seriusnya masalah ini . Content creator harus memastikan bahwa mereka menggunakan materi yang sah untuk menghindari masalah hukum.

3. Interaksi dengan Pengikut

Etika digital juga mencakup bagaimana content creator berinteraksi dengan pengikut mereka. Ini termasuk menghindari cyberbullying, trolling, dan perilaku negatif lainnya. Misalnya, PewDiePie, salah satu YouTuber paling populer, menghadapi kritik dan kehilangan sponsor setelah membuat lelucon yang dianggap anti-Semit dalam salah satu videonya . Kasus ini menekankan pentingnya menjaga etika dalam berinteraksi dengan audiens untuk mempertahankan reputasi dan hubungan yang baik.

4. Transparansi Iklan

Ketika content creator mempromosikan produk atau layanan, mereka harus transparan dengan pengikut mereka tentang adanya sponsorship atau endorsemen. Ini menjaga kepercayaan dan integritas di antara content creator dan audiens mereka. Contoh yang baik adalah influencer kecantikan seperti Huda Kattan dari "Huda Beauty," yang selalu jujur tentang produk yang disponsori dan memberikan penilaian yang objektif. Transparansi ini membantu audiens merasa lebih percaya dan menghargai opini content creator.

Contoh Kasus

PewDiePie, dengan nama asli Felix Kjellberg, adalah salah satu YouTuber paling terkenal di dunia dengan lebih dari 100 juta pelanggan. Namun, perjalanan kariernya tidak lepas dari kontroversi terkait etika digital. Pada tahun 2017, PewDiePie menghadapi kritik besar setelah menggunakan gambar anti-Semit dan membuat lelucon yang dianggap tidak pantas dalam beberapa videonya . Akibatnya, Disney dan YouTube memutuskan hubungan bisnis dengan PewDiePie, yang merugikan reputasinya dan menyebabkan kerugian finansial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun