Colin Campbell Ross dituduh membunuh Alma Tirtschke pada akhir 1921 di Melbourne, Australia. Meskipun buktinya lemah, Ross dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada 24 April 1922 dengan metode baru, yakni tali gantungan beruntai empat. Setelah eksekusi, usaha untuk membersihkan namanya terus dilakukan. Pada 1990-an, bukti kunci diperiksa ulang dengan teknik forensik modern.Â
Pada 1995, peneliti Kevin Morgan menggunakan teknologi terkini untuk memeriksa rambut korban. Tes pada 1998 oleh Institut Kedokteran Forensik Victoria mengungkapkan bahwa rambut tersebut bukan milik Alma Tirtschke. Permohonan pengampunan diajukan pada 2006, dan pada 27 Mei 2008, Gubernur Victoria mengampuni Ross, menjadikannya kasus pertama hukuman salah dalam sejarah Australia.
Cameron Todd Willingham dieksekusi pada 16 Februari 2004 di Texas atas tuduhan membunuh tiga putrinya dengan membakar rumah mereka. Ilmu forensik saat itu menganggap kebakaran disengaja menggunakan akselerator cairan. Namun, laporan investigatif oleh David Grann lima tahun kemudian mengungkapkan bahwa bukti tersebut tidak cukup. Pada 23 Juli 2010, Komisi Ilmu Forensik Texas menyatakan bahwa penyelidik menggunakan "ilmu yang cacat" dalam kasus ini.
Carlos DeLuna dieksekusi di Texas pada 1989 karena diduga membunuh Wanda Lopez. DeLuna ditangkap karena memiliki kemiripan fisik dengan pelaku sebenarnya, Carlos Hernandez. Investigasi oleh profesor hukum Columbia, James Liebman, dan mahasiswanya mengungkap bahwa DeLuna dihukum berdasarkan kesaksian satu orang saja, sementara bukti lain menunjukkan dia tidak bersalah. Hernandez kemudian mengaku sebagai pelaku sebelum meninggal di penjara.
Timothy Evans digantung pada 9 Maret 1950 di London atas tuduhan membunuh istri dan putrinya. Awalnya, Evans mengakui tuduhan ini setelah diberitahu oleh tetangganya, John Christie, bahwa istrinya meninggal akibat aborsi gagal. Pada 1953, polisi menemukan bukti bahwa Christie adalah pembunuh berantai dan telah membunuh Beryl dan Geraldine. Christie dieksekusi pada 15 Juli 1953. Pada Januari 2003, kerabat Evans menerima kompensasi atas kegagalan keadilan dalam kasusnya.
Kompensasi untuk Korban Salah Tangkap
Di berbagai negara, terdapat peraturan yang mengatur tentang kompensasi bagi korban salah tangkap. Bagaimana dengan Indonesia, cukupkah dengan mengucapkan kata maaf, Bagaiman dengan penderitaan dan hilangnya waktu mereka?
Bentuk Kompensasi ini dapat saja berupa uang, rehabilitasi, atau bentuk lainnya.Â
Berikut beberapa contohnya:
Undang-Undang Ganti Rugi Orang Tak Bersalah (Innocence Protection Act) memberikan kompensasi kepada korban salah tangkap yang dibebaskan setelah menghabiskan waktu di penjara. Besaran kompensasi bervariasi tergantung pada negara bagian.
Canada, Undang-Undang Ganti Rugi Orang Tak Bersalah (Wrongful Convictions Act) memberikan kompensasi kepada korban salah tangkap yang dibebaskan setelah menghabiskan waktu di penjara. Besaran kompensasi bervariasi tergantung pada kasusnya.
Skema Ganti Rugi Orang Tak Bersalah (Criminal Injuries Compensation Scheme) memberikan kompensasi kepada korban kejahatan, termasuk korban salah tangkap. Besaran kompensasi bervariasi tergantung pada kasusnya.